Chapter 26

1.1K 42 0
                                    

Memasuki hari terakhir Ujian. Lalu setelahnya,sekolah akan diliburkan selama dua minggu. Saat kembali masuk kesekolah, baru akan dibagikan raport kenaikan kelas bagi kelas sepuluh dan sebelas. Sedangkan untuk kelas dua belas,akan menerima raport kelulusan dan ijazah.

"Lo masuk universitas mana?" tanya Mondy pada kedua sahabatnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Aldo dan Dito.

Dito menarik nafas panjang,dibuangnya dengan perlahan. Ia mulai membuka suara.

"Gue pengen masuk UGM di Yogya,dan alhamdulilah Mami sama Papi gue setuju. Ya,walau pertamanya sempet debat" ucap Dito dengan senang.

Kini giliran Aldo yang menjawab pertanyaan dari Mondy. Aldo menatap kedua sahabatnya bergantian. Membuat Dito maupun Mondy mengernyit bingung.

"Oke,gue bakal kuliah di luar negri, di Harvard" Aldo menggaruk rambutnya gusar.

"GILA!" pekik Dito dan Mondy berbarengan.

"Lo kuliah dimana Mon?" tanya Dito sambil menyenggol lengan Mondy.

"Gue mah di Bogor, di IPB euy" jawab Mondy dengan bangga.

Sesaat hening. Tidak ada yang membuka suara,bahkan suara jangkrik di pagi hari ini tidak terdengar sama sekali.

"Sorry bro,gue gak bisa bareng sama kalian lagi" ucap Aldo memulai pembicaraan kembali.

Dito dan Mondy yang awalnya tertunduk,langsung mengangkat kepalanya. Mereka bertiga tersenyum sendu. Tidak terasa sebentar lagi mereka akan berpisah.

Tidak ada lagi cowok playboy seperti Mondy. Tak ada lagi nasehat cinta dari Dito. Tak ada lagi kemarahan dari Aldo.

Dibawah pohon mangga taman sekolah,mereka saling merangkul. Tak disangka,pria sekuat Aldo meneteskan air matanya.

"Eh,bro,jangan nangis dong. Kapan-kapan kan bisa reunian lagi" ucap Dito memberi semangat pada Aldo.

Dihapusnya air mata itu oleh tangan mungil seseorang. Wangi body lotion yang dipakai oleh gadis itu menyeruak kedalam rongga hidung Aldo.

"Kak Aldo jangan nangis dong. Masa cowok strong kayak Kakak nangis" ucap gadis itu.

Ersya. Dito dan Mondy segera meninggalkan taman. Membiarkan Aldo dan Ersya berdua disana.

Tanpa basa-basi,Aldo langsung memeluk Ersya erat. Pelukan hangat yang sangat Ersya rindukan. Elusan di puncak kepalanya yang sangat lembut. Ersya rindu semua itu. Ersya mengira tidak akan bisa melakukan itu lagi. Tapi kini,ia mulai merasakannya lagi. Meski hanya sesaat.

"Maafin gue,udah mutusin lo tiba-tiba. Gue yakin,lo bisa ngertiin semuanya" Aldo mengurai pelukannya.

Mata Ersya terasa panas,air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi.

Melihat mata Ersya yang mulai berkaca-kaca. Aldo kembali memeluk Ersya.

"Nangis Sya. Nangis sepuasnya,kalo itu bisa bikin hati lo lega" ujar Aldo sambil mengusap puncak kepala Ersya.

"Ma-kasih Kak. Jj-jangan lupain Ersya ya kalo udah disana" Ersya berucap sambil tersedu-sedu.

Kring kring kring!

Bel masuk berbunyi, membuat keduanya langsung mengurai pelukan. Ersya segera berlari,meninggalkan Aldo yang tersenyum.

"KAK ALDO CENGENG" jerit Ersya saat akan berbelok dari taman.

"Dasar kecot"

***

Jam ujian terakhir telah selesai. Semua murid SMA Bhakti Pelita diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Besok murid SMA Bhakti Pelita masih diwajibkan bersekolah,untuk upacara penutupan UKK. Dan pengumuman libur sekolah.

"Besok jangan lupa bawa hp semua! ucap Neza mengingatkan kepada semua teman sekelasnya.

"OKE" jawab semuanya serempak.

***

Paginya,Ersya bangun lebih awal dari biasanya. Ia segera masuk kedalam kamar mandi.

Setelah berkutat didalam kamar mandi selama 10 menit,Ersya keluar dengan seragam yang rapih.

Ersya memoleskan serum pelembab wajah. Tak lupa ia memakai lipbalm,agar bibirnya tidak kering dan pecah-pecah.

Tepat pukul 06.47 Ersya sampai disekolah. Ia diantar oleh Fandi menggunakan mobil.

"Sya" panggil Dito sambil berlari mendekati Ersya.

"Hai Kak. Kenapa?" Ersya mengernyit.

Dito merogoh saku jaket denimnya. Sebuah kotak berwarna hitam pekat ditunjukan pada Ersya.

"Ini,buat lo. Takutnya setelah ini,kita gak ketemu lagi" jelas Dito sambil mengeluarkan kalung yang ada didalam kotak hitam kecil itu.

Kalung berliontin huruf 'D' itu, Dito pakaikan dileher jenjang Ersya.

"Wah,bagus Kak. Makasih ya" ucap Ersya sambil memeluk Dito.

Ersya melepaskan pelukannya, lalu ia berpamitan pada Dito untuk menuju kelasnya.

***

"Guys. Dua minggu kita gak ketemu. Dan setelahnya, kita bakal ketemu. Tapi,kita udah beda kelas" ucap Dirga sambil berdiri diatas meja.

"Gue harap,kita gak bakal saling ngelupain satu sama lain. Jangan lupdir kalo udah punya temen baru! Inget,dikelas ini kita pernah susah seneng bareng. Ada yang bilang,kalo solidaritas kelas kita ini tinggi. Satu anak gak ngerjain tugas, semuanya gak ngerjain. Satu anak sakit,semuanya ngejenguk. Satu anak dihukum,terus kita bikin kesalahan yang disengaja,biar kita juga ikut dihukum. Jujur,kalian temen-temen terdebest yang pernah gue temuin. Please guys,kalo ada acara kumpul-kumpul,usahain bisa kumpul!" tambah Neza dengan air mata yang sudah membasahi pelupuk matanya.

"Dan,gue mau sifat dan sikap kalian gak berubah, saat udah pisah nanti" ujar Ersya sambil menepuk bahu teman-temannya satu per satu.

Kini,kelas XI IPA1 dipenuhi dengan isak tangis haru. Tak peduli lelaki ataupun wanita,mereka menangis bersama-sama.

"SEPATU,sebelas Ipa satu! Kalian keluarga kedua gue!" teriak Windy.

Mereka saling berpelukan secara bergantian. Lalu berfoto untuk dijadikan album kenangan dan menceritakannya pada anak cucu di masa yang akan datang nanti.

"Kehilangan kalian lebih berat,dibandingkan kehilangan dia. Orang seperti Dia mungkin masih bisa ditemui. Tapi,apakah orang seperti kalian masih bisa aku temui lagi? Tentu bisa,tapi berbeda!"

***

Tbc...

Sumpah, Aku baca ending chapter ini nangis. Apalagi pas baca quotesnya,nyesek banget!

Kalo Aku sih,lebih baik kehilangan Dia daripada kehilangan temen.
*curhat:v

Ily ♥️

KAKAK KELAS [SELESAI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang