Chapter IV : Good Bye

94 5 7
                                    

kicauan burung pagi Roma sama sekali tidak membuatku bersemangat menyambut hari baru, semalaman penuh aku berpikir tentang keajaiban yang bisa membuatku pulang secepatnya. apalagi besok aku sudah harus pergi diam - diam. apakah ini akhir dari impianku ? apakah aku tidak bisa merasakan yang namanya 'dream come true' ? kenapa aku mengalami hal seperti ini. sudah lama aku ingin merasakan yang namanya kebebasan.

hal ini mengingatkanku tentang cerita salah satu film disney yaitu Tangled. seorang putri bernama Rapunzel yang diculik oleh seorang penyihir yang haus akan kemudaan setelah begitu ia lahir. putri berambut blonde yang amat sangat panjang itu terkurung selama 18 tahun diatas menara kastilnya yang sangat jauh - jauh - jauh dari istana tempat ia seharusnya tinggal. tiap ulang tahunnya ia selalu melihat balon - balon cahaya yang bertaburan diatas langit, itu membuatnya ingin tahu apakah itu gerangan. kunang - kunang ? bintang ? itulah pikirnya. namun sang penyihir tidak memperbolehkan ia untuk pergi karena takut bahwa 'benda berharga' yang bisa membuatnya awet muda dan obat untuk menyembuhkan segala penyakit, apalagi sampai bisa kembali ke istana. namun aku berbahagia setelah ia bertemu dengan Flynn Rider alias Eugene sang perampok membuatnya bisa mengetahui apa itu balon cahaya terbang, sampai bertemu dengan keluarga aslinya yang merupakan raja dan ratu. ya Rapunzel akhirnya bisa memperoleh kebebasan.

aku harap aku bisa merasakan hal yang sama seperti Rapunzel. pikirku sambil menitikan air mataku.

" selamat pagi tuan putri Perrie, saatnya bersiap untuk sarapan pagi " ketukan pintu dari seorang dayang langsung membuatku untuk berakting layaknya tidak terjadi apa  - apa dengan diriku. aku langsung membuka pintu dan segera bersiap untuk sarapan pagi kerajaan.

 * * *

" bagaimana tidurmu, putri Perrie ? " tanya Ducces Hemsworth sambil ia menyaup satu sendok sup kacang polong dimangkuk peraknya. 

" um lumayan nyenyak " dustaku. tidurku sama sekali tidak nyenyak, perasaan asing kamar juga membuatku tersiksa ditambah beban pikiranku tentang bebas ! itulah kenyataan sebenarnya. tidak mungkin aku mengatakan hal tersebut didepannya. didepan ayah saja aku tidak berani apalagi didepan orang lain tempat kita menginap.

" SELAMAT PAGI ! maaf aku terlambat " tiba - tiba saja suara lantang tersebut bergema diruang makan ini, semua seketika menoleh kearah suara laki - laki lantang tersebut. pangeran Jose ternyata.

" oh Jose, berprilaku-lah sopan sedikit " ceramah kecil Ducces Hemsworth tetapi pangeran yang aku cap playboy ini malah terkekeh geli.

" ayolah ibundaku, aku hanya ingin membuat semua orang disini bersemangat ! sarapan pagi tanpa kecerian tidak lengkap bukan ? " jawab Jose sambil mengedip kearahku. gadis dalam batinku langsung memperlihatkan muka mualnya. aku hanya bisa menanggapinya dengan memutar bola mataku dan kembali memakan sup kacang polong didepanku ini.

pangeran Jose langsung mengambil tempat didepan kursiku dan itu membuatku merasa gelisah. aku rasa selama sarapan pagi ini, ia memperhatikanku terus. yang aku harapkan kali ini adalah cepat - cepat menghabiskan makanan ini dan pergi dari hadapan pangeran Jose yang tak berhenti memandangku.

" terima kasih dengan makan paginya, um boleh aku permisi terlebih dahulu ? " ucapku setelah meneguk segelas air putih. semuanya mempersihlakanku. belum aku berjalan pergi Ducces Hemsworth memanggil namaku.

FREEDOMWhere stories live. Discover now