"Itu menantu saya, lepaskan!"
-Gunawan-
🧡
SIANG itu, terdengar suara ketukan pintu di rumah Rania. Wanita muda itu sedang bermalas-malasan di sofa. Ia letih setelah berkutat dengan berbagai majalah untuk belajar secara otodidak.Selain itu, mood-nya terasa terkuras akibat memikirkan pertengkaran sejak semalam.
Memang benar kata orang, jika di malam atau pagi hari seharusnya manusia bisa menghindarkan diri dari hal-hal negatif agar tidak berakibat buruk bagi kesehatan jasmani maupun rohani. Dengan tubuh yang loyo, Rania pun berjalan membukakan pintu.
Tampak seorang pria paruh baya yang tidak asing bagi Rania. Wanita berbalut daster rumahan itu tertegun dengan kehadiran ayahnya. Ia masih belum bisa menata hati karena kejadian makan malam tempo hari juga tentang pertengkarannya dengan Shinji. Ia pun mengalihkan muka untuk menyembunyikan rasa malu dan canggungnya.
"Assalamualaikum, Rania. Papi ... Papi ke sini mau minta maaf," sapa Gunawan tanpa basa-basi melontarkan tujuannya. Ia menunduk menyesali perbuatannya.
Rania membeliak tercengang ayahnya mengucapkan kalimat yang jarang didengarnya. Sebagai seorang anak, ia tidak enak jika orang tua yang meminta maaf lebih dahulu. Tangannya segera mengibas. "Enggak, Pi. Waalaikumsalam. Enggak, kok, Pi. Papi nggak salah. Rania yang salah."
Gunawan menengadah, memandang Rania yang tersenyum hangat padanya. Lelaki tua itu sudah lama tidak melihat wajah manis putrinya, ia benar-benar rindu padanya. Tangannya segera mengulur memeluk Rania. Keduanya saling berpelukan dalam waktu sedikit lebih lama. Rania berucap, "Maafkan aku, Pi. Aku sayang Papi."
Setelah puas menyalurkan energi cinta, Rania mengajak ayahnya masuk. Ia mempersilakan Gunawan duduk di ruang tamu lalu membuatkan minuman. Lantas setelah minuman jadi, ia menyuguhkan pada ayah tercinta lalu hanyut dalam sebuah obrolan hingga tertawa bersama.
"Haha, Papi ini ada-ada aja," komentar Rania diiringi tawanya yang renyah menanggapi candaan konyol ayahnya. Setelah satu jam berlalu, keduanya kehabisan topik. Suasana pun tiba-tiba menjadi hening, dan muka Rania kembali muram. Gunawan mengerutkan dahinya, ia menyadari ada yang tidak beres dengan putri kesayangannya.
"Rania? Kamu kenapa? Kok, kusut begitu? Masih marah sama Papi?" tanya Gunawan berhati-hati, takut jika ia merusak suasana hati anaknya.
Rania menggeleng pelan, "Bukan. Bukan Papi."
"Terus?"
Rania ragu untuk menceritakan kejadian semalam, tetapi Gunawan terus mendesaknya. Ia berpikir tidak ada salahnya untuk jujur, lagi pula dirinya tidak memiliki teman akrab saat ini untuk menceritakan kehidupan rumah tangganya.
Setelah mendengar penjelasan Rania, Gunawan berubah ekspresi menjadi masam. "Nah, 'kan? Memang dari awal Papi sudah nggak suka sama dia. Ada apa-apanya, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Husband✓ (Tamat)🌹
Mystery / ThrillerRania beruntung memiliki suami orang Jepang yang tampan, pintar, dan perhatian. Hingga suatu rangkaian masalah muncul dalam kehidupan rumah tangganya. Di sisi lain, di balik senyum Shinji yang manis ada hal mengerikan sedang menunggu Rania untuk men...