"Sudahlah, kamu nggak usah bela dia."
-Shinji-
💙
SURAT ancamandan paketan aneh terus datang ke rumah Rania. Sudah dua minggu seperti ini membuat Shinji tampak makin tertekan. Lelaki itu duduk di sofa ruang keluarga sambil memegangi kepalanya, memikirkan masalah tersebut.
Rania yang sedang membuatkan kopi untuk suaminya, melihat ke arah Shinji dengan tatapan iba. Ia tidak tega dengan masalah yang menimpa prianya. Setelah kopi siap, Rania segera mengantarkan kopi itu pada Shinji.
"Bang, diminum dulu kopinya," ucap Rania sembari meletakkan kopi di atas meja lalu duduk di sebelah suaminya. Ia menatap dan menepuk lengan Shinji. "Bang ...?"
Shinji menoleh, tatapannya kosong. Wajah pria itu terlihat muram dengan rambut yang berantakan. "Oh, iya. Maaf, Sayang."
Shinji mengambil cangkir kopi dan menyeruputnya sedikit lalu diletakkan kembali ke meja. "Aku ... nggak tahu harus bagaimana lagi."
Rania meraih tangan Shinji dan menggenggamnya. "Kita ... pikirkan sama-sama, Bang."
Rania menatap Shinji dengan senyuman tulusnya. Shinji pun menarik sedikit sudut bibirnya. "Mmm ... kira-kira, kamu tahu nggak siapa yang dendam sama aku?"
"Eh?" Rania bingung, tetapi ia mencoba menyampaikan apa yang ada dalam benaknya. "Ingat-ingat orang yang ada di sekitar kita, Bang! Kalo orang tua enggak mungkin, 'kan, Bang?"
Shinji setuju dengan pendapat Rania. Sekeras-kerasnya orang tua tidak akan tega berbuat seburuk itu pada anaknya.
"Kalo temen?" tanya Rania sambil menatap Shinji penuh rasa penasaran.
"Temen kantor?" Shinji mencoba menegaskan apa yang dimaksud istrinya. Rania mengiyakan lantas Shinji membayangkan sesuatu di benaknya. "Rezky, Ajeng, Bu Ratih, Pak Juned, hmmm, sepertinya nggak mungkin juga. Enggak ada alasan."
"Begitu? Wah siapa, ya?" tanya balik Rania.
"Temen kamu?" celetuk Shinji.
"Aku? Hmm, Dela? Nita? Hmm, enggak juga deh. Buat apa coba?" tanya balik Rania Keduanya kembali terdiam.
"Nino?" celetuk Shinji memecahkan keheningan. "Mungkin ... dia?"
"Hah? Kok, Nino?"
Shinji berdeham. "Yah ... itu ... Nino 'kan bukannya suka sama kamu?"
"Eh? Suka?" Rania terkejut dengan penuturan suaminya. "Tunggu, Bang! Kok, jadi bahas ini? Lagian, Nino itu 'kan sahabat aku, Bang. Kamu tahu sendiri."
"Iya, aku tahu. Tapi ...," ucap Shinji tertahan. "Tapi waktu itu kamu diantar pulang sama dia malam-malam."
Rania mengingat saat hubungannya dengan Shinji masih renggang. Namun, tetap saja tuduhan suaminya salah. Ia yakin sahabatnya itu tidak mungkin berbuat keji seperti ini. "Bang? Dia cuma sahabat aku, waktu itu kita ketemuan karena udah lama nggak ketemu. Itu aja, nggak lebih. Jadi, dia nggak ada hubungannya sama masalah ancaman ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Husband✓ (Tamat)🌹
Mystery / ThrillerRania beruntung memiliki suami orang Jepang yang tampan, pintar, dan perhatian. Hingga suatu rangkaian masalah muncul dalam kehidupan rumah tangganya. Di sisi lain, di balik senyum Shinji yang manis ada hal mengerikan sedang menunggu Rania untuk men...