"Sekali lagi lo nyakitin dia, lo bakal berhadapan sama gue."
-Nino-
💛
KULIT Rania tampak lebih putih dari sebelumnya. Bukan karena kelebihan BB Cream atau yang lainnya, tetapi perasaannya yang terus gelisah sejak semalam. Rania memikirkan rumor yang beredar di keluarganya, pun memikirkan sikap aneh suaminya. Namun, ia masih harus melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia menyiapkan makanan.
Sementara Shinji yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya, berjalan menuju ruang makan. Ia menyadari wajah istrinya begitu pucat. "Sayang, kamu kenapa? Sakit?"
Rania tercengang dengan pertanyaan suaminya. Tangannya gemetaran, ia menyembunyikannya di belakang punggung. "E-enggak, kok, Bang. Pa-paling cuma kecapekan."
"Jangan terlalu dipaksakan. Kalau emang lagi capek, beli makanan di luar, aku nggak apa-apa, kok," tutur Shinji diiringi senyum menawan yang menenangkan hati.
Rania heran dengan sikap suaminya yang sering berubah. Apa dia nggak inget lagi kejadian semalem? Dia cuma diem sepanjang malam dan sekarang seperti nggak ada apa-apa. Apa cuma perasaanku aja? Apa aku yang terlalu sensitif?
"Rania?" panggil Shinji heran istrinya diam saja.
Rania tersadar dan segera menghapus pikiran negatifnya. "Ah! Ah, iya, Bang, sebentar."
Mereka pun sarapan dan mengobrol seperti biasa. Lalu Shinji pamit untuk bekerja. Di rumah, Rania masih saja terus memikirkan soal suaminya. Sekitar hampir tengah hari, terdengar suara ketukan gerbang diiringi teriakan. "Pakeeeet! Pakeeeet!"
Ada kurir di luar rumah Rania. Rania segera membukakan pintu dan menerima paketnya.
"Dari siapa ini, Pak?" tanya Rania sambil melihat paket yang cukup besar.
"Maaf, Bu, nggak ada nama pengirimnya," sahut kurir itu merasa menyesal.
"Oh, tapi dari kota mana, Pak? Biasanya 'kan ada catatannya gitu," tanya Rania sok tahu.
"Ah, itu ...," kata kurir sambil menggaruk kepala, "maaf sekali lagi, Bu. Sebenarnya, ada orang yang datang ke kantor kami antar barang ini, tapi dia buru-buru pergi dan kami tidak bisa melihat wajahnya."
"Ah, begitu, Pak. Ya sudah, nggak apa-apa. Sayang sekali," ucap Rania kecewa.
Melihat kekecewaan kliennya, kurir itu menawarkan diri. "Atau ... kalau Ibu curiga dengan isi paket, bisa saya bukakan."
Rania menggeleng. "Enggak perlu, Pak. Sepertinya aman. Terima kasih, ya."
Kurir itu pun pamit pergi dan Rania masuk ke rumah. Ia heran dengan paketan itu. Paketnya ditujukan untuk dirinya, tetapi ia heran siapa yang mengirimnya. Dengan jantung yang berdegup kencang karena merasa takut dan was-was dengan isi paket tidak diketahui, ia memberanikan diri untuk membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Husband✓ (Tamat)🌹
Mystery / ThrillerRania beruntung memiliki suami orang Jepang yang tampan, pintar, dan perhatian. Hingga suatu rangkaian masalah muncul dalam kehidupan rumah tangganya. Di sisi lain, di balik senyum Shinji yang manis ada hal mengerikan sedang menunggu Rania untuk men...