"Gue jadi kangen, gimana kalo ketemuan di kafe tempat kita nongkrong dulu?"
-Nino-
💛
JARUM jam berdetak normal tidak seperti detak jantung Rania. Sudah pukul tujuh malam, Shinji masih belum kelihatan batang hidungnya. Rania menggigit kuku sambil berkali-kali melempar pandang ke arah jam dinding dan luar jendela secara bergantian. Ia pun mondar-mandir tidak bisa diam.
Menit demi menit berlalu, akhirnya terdengar suara langkah kaki dari luar. Rania menyadari bahwa suaminya sudah pulang. Namun, rasa ketakutannya membuat ia mengurungkan niat menyambut langsung di pintu utama. Rania duduk di sofa ruang tengah dengan menyetel TV-pura-pura menonton acara berita.
Tubuhnya gemetaran, Rania salah pilih channel. Sayangnya, ia telah mendengar suaminya masuk rumah. Ia meremas ujung baju sambil menunggu Shinji datang ke ruang tengah.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Shinji masuk ke ruang tengah. Ia berdiri menatap Rania yang sedang menonton televisi. Ia terdiam lama hingga Rania menoleh dan beradu pandang. Shinji segera melengos dan masuk ke kamar. Lelaki itu merebahkan tubuh di atas ranjang.
Rania beranjak berdiri dan mematung. Ia masih bingung bagaimana memulai pembicaraan dengan suaminya. Namun, ia sudah tidak tahan lagi dengan rasa penasarannya. Kakinya melangkah masuk ke kamar lalu berdiri di ambang pintu. Lidahnya terasa kelu dengan tubuh masih bergetar.
Suara sang suami pun memecahkan keheningan. "Kamu ngomong apa ke Papi?"
Shinji menatap langit-langit putih, pandangannya menerawang. Rania tertegun dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut suami yang telah ia duga sebelumnya.
"A ... itu ... aku ...." Lidah Rania masih kelu, jantungnya terus berdegup kencang hingga ia mencubit sebelah tangan untuk menahan perasaan.
Shinji mengembuskan napas geli. Rania bingung dengan respons lelakinya. Lantas, Shinji menghela napas panjang yang sedikit mengerikan di telinga Rania. Lelaki itu kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi duduk tegak di pinggir ranjang. Ia menunduk diam dalam beberapa menit.
Rania pun ikut diam. Suasana menjadi hening mencekam. Rania makin bergidik dengan suasana aneh ini. Kenapa diam aja? Apa yang dia pikirkan? Aku harus bagaimana?
Setelahnya, Shinji mendongak memandang Rania dengan tatapan nyalang. Lalu ia melontarkan pertanyaan yang mengejutkan. "Kamu ... mau kita pisah?"
Kaki Rania lemas mendadak, terhuyung ke belakang bersandar pada kusen. Sebuah pertanyaan yang sangat mengerikan dan dihindari oleh wanita penggemar warna putih. "Bang, kamu enggak lagi bercanda, 'kan?"
Shinji lagi-lagi menyeringai. Ia beranjak berdiri dan mendekati istrinya di ambang pintu. Rania berdiri menegak dan mengamati suaminya. Pikirannya masih berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Husband✓ (Tamat)🌹
Mystery / ThrillerRania beruntung memiliki suami orang Jepang yang tampan, pintar, dan perhatian. Hingga suatu rangkaian masalah muncul dalam kehidupan rumah tangganya. Di sisi lain, di balik senyum Shinji yang manis ada hal mengerikan sedang menunggu Rania untuk men...