Saat membuka mata di pagi hari, Taehyung berharap bahwa kemarin adalah mimpi yang ia anggap sebagai bunga tidur paling menyakitkan.
Tapi semuanya terasa begitu nyata; semua sakit dan sesak yang ia hadapi bersamaan dengan hati yang hancur berantakan, tak tertata lagi. Taehyung berguling ke samping dan meringkuk, kembali memejamkan mata dengan air mata yang jatuh.
"Taehyung, ayolah. Bangun dan makan dulu sarapannya," Suara Jimin menggema dalam ruangan.
Jika memang kejadian kemarin bukanlah mimpi, maka yang begitu Taehyung inginkan kini hanyalah tidur dan lari dari kenyataan. Menyadari Taehyung yang terdiam tanpa kata, Jimin menyentuh pundak Taehyung dengan dada yang seolah dihimpit rapat-rapat hingga sesak rasanya.
"Aku mau tidur, jangan bangunkan aku."
Hening beberapa saat, tenang tanpa suara setelah Taehyung berucap. Seolah tidak membiarkan Taehyung tidur, ponselnya berdering, berkedip-kedip dan memunculkan nama Seongwoo di sana. Taehyung menghela napas dan membuka matanya. Ia meraih ponsel di nakas dan menjawab panggilan teleponnya.
"Apakah kabar tentang kau pecandu narkoba itu benar?"
Taehyung terdiam sejenak setelah Seongwoo membuka pembicaraan dengan langsung membahas poin utamanya. Taehyung meremas ponselnya dan menatap lurus jendela di hadapannya.
"Kabar darimana?"
"Berita. Dan... Mamamu—"
"Jangan bertele-tele dan cepat katakan padaku ada apa sebenarnya kau menghubungiku."
"Baiklah."
Seongwoo terdiam beberapa saat, dan kembali bersuara. "Aku dengar kau akan di drop out dari universitas karena dua hal itu. Aku tadi melihat ayahmu ke gedung pusat dan aku menghubungimu unt—"
BRAK!
Taehyung melempar ponselnya dengan napas terengah dan air mata yang kembali mengalir dengan deras. Dengan tangan yang menarik rambutnya sendiri, ia menatap sayu Jimin di hadapannya. Jimin berusaha menjauhkan tangan Taehyung dengan air mata yang merebak di matanya dan menanyakan, "Taehyung, berhenti. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Life ✔
FanfikceKim Taehyung pernah berharap bahwa ia tidak pernah mengenal Jimin.