20. Rooftop

3.7K 532 41
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dada Jimin sesak bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dada Jimin sesak bukan main. Peluh menetes dari pelipis kanan kirinya. Jantungnya berdegup kencang dan nafasnya terengah, terdengar cukup keras dan memilukan. Jimin tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia terisak pelan sembari seraya menahannya. Lelahkah Taehyung? Menyerahkah ia?

Kepala Jimin seolah memutar rentetan kejadian yang terjadi di hidup Taehyung. Menyakitkan, bagaimana bisa seseorang mendapatkan hal pahit sebegitu banyaknya dalam waktu yang cukup dekat?

Lalu, inikah pilihan yg di pilih oleh Taehyung?

Begitu Jimin meneriakinya dengan kencang, Taehyung sempat menoleh padanya dan tersenyum.

Hati Jimin sakit. Terlebih saat melihat Taehyung dipuncak keputus asa-annya. Jimin lebih baik kehilangan gadisnya, daripada ia harus kehilangan keluarga berharganya, lagi.

Bagi Jimin, Taehyung tetap saudaranya. Bagaimanapun dan seburuk apapun itu. Jimin hanya perlu berdamai dengan dirinya sendiri, namun sepertinya hal itu banyak menyakiti Taehyung.

Terlambat satu detik saja, Taehyung sudah terjun dari puncak lantai rumah sakit ini. Jimin meneriaki namanya sembari terus berlari. Ia menarik pergelangan tangan Taehyung saat kakinya mulai mengambil lagkah awal untuk maju. Mereka akhirnya jatuh terjerembab ke lantai atap. Dengan Jimin yang memeluk Taehyung erat sembari terisak pelan.

"Jimin."

"Kenapa menarikku?"

Jimin melepaskan pelukannya dan menatap Taehyung dengan penuh air mata dan peluh yang berjatuhan. Di tatapnya Taehyung yang hanya memandang kosong langit di atas mereka. Jimin sungguh ingin mengomel seperti janda, tapi ia lebih ingin mendengarkan Taehyung yang mengoceh terlebih dahulu.

"Jimin, aku mau bertanya padamu."

"Tapi sebelum itu, hapus dulu ingusmu."

Jimin mendecih sebal lalu menghapus sisa air mata dan ingusnya dengan baju lusuh penuh keringatnya. Ia menatap Taehyung yang kini juga menatapnya. Tidak sekosong tadi, namun Taehyung agaknya terlihat tengah berfikir.

"Apa normal saat temanmu mengajak untuk bunuh diri?"

"Apa?" Jimin sedikit terkejut dengan pertanyaan Taehyung yang sedikit sensitif. Taehyung mengalihkan pandangannya, menatap dinding dimana ia berpijak tadi.

Bring Me To Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang