Pertengahan bulan Agustus. Hari eksekusi mama Taehyung. Di tengah derasnya hujan di siang hari, penutup musim panas, penyambut musim gugur. Pergantian musim.
Jimin sudah membaca isi surat dari mama Taehyung.
Disana tertulis mama Taehyung meminta tolong pada Jimin untuk mampir ke rumah mama Taehyung dan suaminya, tempat dimana Taehyung membunuh papanya dan mamanya memanipulasi keadaan.
"Sebelum Taehyung yang kesana sendiri, pergilah. Bakar album foto yang bersampul hitam, bertuliskan Taehyung. Ambil foto Taehyung yang sendirian, bakar bila ada foto yang bersamaku, bersama ayahnya, ayah tirimu sekarang."
Kali ini, ia membuka gorden kamarnya. Menatap derasnya hujan yang mengguyur Seoul. Jimin menghela napas. Ia tidak sanggup melakukannya.
Ponselnya berdering, berkedip. Memunculkan nama kontak 'ayah'.
Jimin mengambil ponselnya, mengangkat telepon. Ia terdiam, membiarkan ayah berbicara terlebih dahulu.
"Taehyung mencarimu, nak."
"Bukan, Taehyung bukan pembunuh. Ia hanya kalap saat sakaw dan saat papanya menyuruh untuk membunuhnya. Papanya menyakitiku, berhari-hari. Memukulku. Memecut. Menampar. Dan Taehyung melihatnya hari itu. Aku yakin, dia hanya kalap, Jimin."
"Tidak, yah. Aku ada urusan."
Terus begitu, saat ayahnya berujar bahwa Taehyung mencari Jimin. Ia menghindar, setelah tahu sebuah kebenaran yang tertutupi di hari itu. Ia menghindar, takut. Di kepalanya terus terbayang semua penjelasan mama Taehyung saat di penjara kemarin.
"Kalaupun polisi di belakangku mendengarnya, itu juga tidak bisa mengubah keadaan. Sekali palu hakim di ketuk, maka keputusan final persidangan tidak bisa di rubah."
"Jimin ... Taehyung hanya ingin bertemu. Apa susahnya?"
Jimin menghela napas. Memutus sambungan teleponnya secara sepihak. Kemudian membuat ponselnya menjadi mode hening saat ayahnya menelpon kembali.
Jimin melempar ponselnya sembarangan ke ranjang. Berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga. Berdiri di depan ruang latihan dan menatap setiap perbotan disana. Matanya menelisik setiap busur dan panahan milik Taehyung.
Di kepalanya terngiang saat tidak sengaja melihat punggung Taehyung yang berbalik keluar dari ruang turnamennya dulu. Tapi Jimin hanya bisa bersorak dalam hati saat menyadari bahwa Taehyung menonton turnamennya.
Karena ia tahu Taehyung pernah membenci Jimin karena ia adalah seorang atlet. Sedangkan Taehyung tidak bisa. Tidak bisa melanjutkan apa yang menjadi mimpinya.
Jimin mendadak menjadi pengecut.
Setelah mengetahui bahwa Taehyung-lah yang menusuk papanya sampai mati. Serta mama Taehyung yang menusuk Taehyung demi melindungi Taehyung yang saat itu sedang sakau dan tidak bisa beranjak sama sekali. Rumit sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bring Me To Life ✔
FanfictionKim Taehyung pernah berharap bahwa ia tidak pernah mengenal Jimin.