Allah itu berpikir dan merencanakan. Itu sebabnya ketika manusia diciptakan-Nya sesuai gambar dan rupa-Nya, manusia juga diberikan potensi rasio yang memungkinkan untuk berpikir, menghitung, merencanakan, menganalisis, berimajinasi, dan lain sebagainya, yang dalah pekerjaan logika. Karena memiliki rasio, manusia dapat terbang sampai ke bulan, dapat membangun gedung pencakar langit, teknologi informasi yang sedemikian canggih dan sebagainya. Namun, tidak dapat disangkali bahwa dampak dari kemajuan yang telah dihasilkan oleh rasio manusia juga adalah degradasi moral. Manusia semakin sombong, yang membawanya semakin tidak mampu mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama.
Sesungguhnya, rasio diberikan agar manusia dapat berpikir dan merencanakan, mengembangkan, membangun, dan memelihara bumi (). Manusia perlu menggunakan kekuatan rasionya untuk membawa seluruh ciptaan seturut dengan kehendak Allah, Sang Pencipta. Bahkan rasio diberikan agar manusia dapat mengerti kebenaran, mengerti hukum (Tuhan menghendaki agar manusia boleh makan apa saja kecuali buah yang ada di tengah-tengah taman, ), dan berkomunikasi serta menyembah Allah. Tuhan Yesus pernah berkata, "Kasihilah Tuhan Allahmu, ... dengan segenap akal budimu" ().
Kadang saya pernah mendengar ungkapan, "kalau kita mengasihi Tuhan jangan pakai akal, tetapi pakai hati." Istilah ini sama sekali tidak alkitabiah. Manusia juga perlu memakai akal untuk mengerti kebenaran dan mengasihi Tuhan. Dalam konteks kejatuhan, akal manusia telah dipenuhi dengan konsep yang tidak berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, manusia sering menggunakan akalnya untuk hal-hal yang tidak memuliakan Tuhan. Manusia juga sering mengandalkan akalnya (konteks keberdosaan) dalam upayanya mengenal Allah. Menurut saya, walaupun Allah memberikan akal kepada kita untuk dapat mengenal Dia, manusia perlu karunia dari Tuhan yang lebih agar dapat mengenal Tuhan. Tuhan itu supra-akali, jauh lebih tinggi dari yang dapat dijangkau oleh akal manusia. Karunia Tuhan sajalah yang memungkinkan manusia dapat mengerti Tuhan juga dengan akalnya. Apakah mungkin manusia berada hanya dari seorang wanita yang tidak pernah berhubungan kelamin dengan pria, atau tidak pernah ditanamkan sel sperma ke dalam kandungannya?
Ini contoh bahwa fenomena tersebut rasanya di luar kemampuan akal manusia. Tetapi jika dengan akal saya harus menjawab pertanyaan tersebut, saya mungkin akan berkata, bukankah kita percaya bahwa Allah itu Mahakuasa? Jika kita percaya bahwa Allah itu Mahakuasa, tentunya tiada yang mustahil bagi Dia. Manusia pernah ada dari debu tanah, manusia juga pernah ada hanya dari tulang rusuk laki-laki, kemudian manusia dengan cara yang normal ada dari hubungan seksual laki-laki dan perempuan. Kalau begitu mengapa manusia (Yesus Kristus) tidak boleh hanya dari seorang wanita saja jika itu memang Allah yang menghendaki? Allah dapat membuat apa dan siapa saja dari apa saja, Ia Mahakuasa.
Akal manusia yang telah disucikan oleh Allah akan dimampukan untuk mengerti hal-hal yang Allah kerjakan yang tampaknya berada di luar kemampuan akal untuk dimengerti. Akal manusia yang telah disucikan akan berdampak pada keadaan dunia yang semakin baik secara moral dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Manusia akan mampu melayani Tuhan dan sesama, serta melestarikan alam sekitarnya karena akalnya.
YOU ARE READING
Manusia Abadi [SELESAI]
Non-FictionMembaca cerita ini, kamu akan memahami manusia lebih mendalam, agar dalam bertingkah laku dan berbudaya, dalam hidup di tengah-tengah masyarakat dan dunia ini, kamu akan diperlengkapi untuk menjalankan arti hidupnya di hadapan Tuhan dan sesama secar...