Jenis Kasih (I)

12 0 0
                                    

KASIH TERHADAP SESAMA

Salah satu alasan Tuhan menempatkan Hawa di sisi Adam adalah agar Adam dapat mengasihi Hawa sama seperti Allah yang mengasihi dirinya. Selain itu, Allah juga bertujuan sebaliknya, supaya Adam juga memperoleh kasih dari Hawa. Allah berfirman, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja" (). Ungkapan Allah ini menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia butuh sesamanya karena sesungguhnya manusia tidak dapat hidup tanpa sesamanya. Manusia perlu sesamanya agar ia tidak kesepian, agar dirinya dimengerti, sebagai objek kasih dirinya, dan sebagai penolong baginya untuk menjalankan tugas yang Allah berikan baginya. Tanpa kasih dari sesamanya yang berasal dari Tuhan, pribadi manusia menjadi tidak utuh.

Selanjutnya, dalam keberdosaan, manusia tidak mampu lagi mengasihi sesamanya dengan baik, tulus, dan murni. Tidaklah mengherankan jika disebutkan bahwa manusia adalah serigala bagi sesamanya. Manusia cenderung untuk berbuat jahat dan tidak hormat pada sesamanya. Namun, bagi setiap orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, ia memiliki kesanggupan untuk menjalankan salah satu hukum yang terutama yaitu, "Kasihilah sesamamu manusia." Dan kasih itu tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia (). Berdasarkan pengertiannya yang mendalam dari ajaran Alkitab, Philip Yancey mengatakan bahwa kasih tidak menyetujui dosa, tetapi menghargai orang berdosa. Ia menambahkan bahwa kasih itu diberikan secara cuma-cuma pada mereka yang tidak layak menerimanya dan tidak ada yang tidak bisa diampuninya. Artinya, bagaimanapun keadaan seseorang, kejahatan seseorang, tidak boleh membatasi kita untuk tetap mengasihi mereka. Seperti Yesus mengasihi kita yang berdosa, yang meskipun setelah hidup dalam kasih-Nya kita masih tetap jatuh bangun dalam keberdosaan, Ia tetap mengasihi kita dengan setia.

Pokok kasih terhadap sesama dapat dibagi menjadi beberapa bagian, sebagaimana dipaparkan berikut ini.

Kasih terhadap lawan jenis

Kasih ini sering disebut dengan pacaran. Seseorang tertarik terhadap lawan jenis dan akhirnya sepakat untuk pacaran. Biasanya kasih ini muncul karena ketertarikan secara fisik (wajah yang cantik, tubuh yang indah, badan yang atletis, dsb.). Setelah itu, ketertarikan dengan melihat kepribadian pasangannya seperti sikapnya yang bertanggung jawab, budi pekertinya yang luhur, rendah hati, sikapnya yang pantang menyerah, dsb.

Buku ini memang tidak membahas khusus tentang pacaran, namun yang menjadi prinsip adalah pertama, jika seseorang mengasihi hanya sebatas pada ketertarikan fisik, kasihnya bukanlah kasih yang tulus dan benar. Biasanya setelah bercumbu-cumbuan dan (maaf) berhubungan seperti suami istri, kekasihnya terutama wanita akan ditinggalkan dengan berbagai alasan. Memang ada juga yang setelah melihat kepribadian orang yang dikasihinya lalu ia memutuskan hubungan. Kasih dalam berpacaran seharusnya kasih yang melihat sampai kedalaman hati seseorang dan kepribadian, tidak berhenti pada ketertarikan fisik.

Kedua, carilah pasangan yang seiman. Paulus mengingatkan, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya" (). Peringatan ini tentu beralasan, yakni agar orang percaya tidak terhambat imannya, bahkan meninggalkan imannya. Kemudian agar terjadi kebahagiaan dalam hidup rumah tangga karena mempunyai satu pemimpin, yaitu Yesus.

Ketiga, berhati-hatilah terhadap nafsu seksual dan unsur-unsur yang membangkitkannya. Sentuhan, belaian, ciuman sering dilandasi oleh nafsu birahi, atau juga sering mengakibatkan nafsu birahi yang tak tertahankan. Bagaimanapun juga, seks di luar nikah ditentang oleh Tuhan. Kaum pria umumnya memiliki tangan yang "kreatif" terhadap tubuh wanita dan jika dibiarkan "berkreasi terus", sampai titik tertentu wanita akan membiarkan dirinya dinistai dan menyerahkan kehormatannya. Oleh karena itu, dalam berpacaran, wanita harus menyediakan "proyek" agar kreativitas tangan pacarnya tidak tertuju kepada anggota tubuhnya. Misalnya, lelaki perlu diberi pekerjaan atau diajak main halma, dan sebagainya. Kontrol dalam pacaran seharusnya dipegang oleh masing-masing, baik laki maupun perempuan. Namun dalam hal ini, perempuanlah yang seharusnya memegang prinsip yang teguh. Bujuk rayu lelaki yang meminta pembuktian cinta sampai kepada hubungan fisik itu adalah bujuk rayu setan yang menggunakan lelaki tersebut. Jadi berhati-hatilah. Sebaliknya, kaum pria yang menghormati pacarnya adalah mereka yang menghormati tubuh teman wanitanya.


Manusia Abadi [SELESAI]Where stories live. Discover now