Orang Mati Tidak Dapat Berjumpa Dengan Orang Hidup

154 0 0
                                    

Roh manusia yang sudah mati tidak mungkin dapat bertemu dengan manusia yang hidup. Ketika orang meninggal dunia, rohnya langsung dikuasai oleh Allah pencipta, karena itu roh tersebut tidak mungkin dapat bepergian semaunya seperti ketika hidup dalam dunia fana ini, seperti yang ditulis oleh Salomo, "Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya" ().

Pada kasus orang kaya dan Lazarus, ada sedikit tersirat bahwa roh manusia yang telah mati tidak mungkin dapat berpindah tempat, ia sudah merasakan kebahagiaan atau kesakitan (). Jadi, manusia tidak dapat berubah menjadi setan, juga tidak dapat menjumpai sanak familinya yang masih hidup dalam dunia fana. Pengalaman banyak orang yang bertemu dengan roh sanak familinya yang sudah meninggal adalah pengalaman yang memang bisa terjadi. Namun, bukan berarti yang menjumpai manusia yang hidup adalah benar-benar sanak famili mereka. Itu adalah wujud setan yang hendak menipu manusia yang pada akhirnya tidak akan membawa manusia untuk dekat dengan Allah.

Catatan Alkitab bahwa roh orang mati tidak dapat bertemu dengan orang hidup seharusnya membuat keluarga-keluarga yang saudaranya meninggal dunia tidak perlu lagi menyembahyangi orang yang telah meninggal tersebut, memberi sesuatu, bahkan merasa ketakutan akan diganggu oleh roh orang yang sudah meninggal. Memang, dalam kebudayaan tertentu ada yang berkeyakinan bahwa setelah orang mati, rohnya tidak langsung pergi ke tempat yang jauh. Sebagai contoh, jika seseorang mati/meninggal dunia, selama tiga hari pertama masih berdiam di dalam rumah, karena itu acara "slametan/syukuran" wajib diselenggarakan. Kemudian ada acara serupa untuk tujuh hari atau umumnya empat puluh hari. Karena sampai genap waktu empat puluh hari roh orang mati tersebut masih ada di sekitar rumah dan halaman/kampung. Setelah itu, ada peringatan seratus hari karena roh orang itu masih di sekitar kota di mana sebelumnya ia tinggal. Terakhir, ada acara seribu hari untuk melepaskan orang yang mati itu untuk pergi selama-lamanya karena selama waktu itu ia masih bergentayangan di bumi ini. Jikalau keluarga tidak mengadakan slametan, syukuran, atau bahkan dilegalisir secara Kristen, tidak mengadakan doa, dikhawatirkan roh orang mati tersebut akan marah dan dapat mengganggu, atau juga tidak akan tenang di alam "sana". Iman Kristen berkeyakinan bahwa roh orang mati tidak dapat bertemu dengan orang hidup.

BUKANKAH ALKITAB PERNAH MENCATAT ORANG HIDUP BERTEMU ORANG MATI?

Pada waktu Yesus sedang berdoa ditemani dengan para murid, para murid melihat suatu peristiwa mulia, yakni Yesus sedang bercakap-cakap dengan Elia dan Musa (). Yesus, orang yang hidup itu, bertemu dengan Elia dan Musa yang sudah mati itu. Dalam konteks ini, pertanyaan di atas benar. Tetapi harus dicermati bahwa yang bertemu itu Yesus; walaupun Ia manusia, tetapi Ia juga Tuhan. Ia berkuasa atas dunia orang mati. Ia dapat saja bertemu dengan orang-orang di sana. Namun, bukankah para murid melihat mereka? Apakah itu berarti orang hidup dapat melihat orang yang sudah mati? Kasus ini seharusnya tidak dijadikan ukuran normatif. Alkitab pernah mencatat kasus-kasus khusus yang tidak akan pernah terulang kembali seperti contoh di atas.

Ada kasus lain, yakni Saul bertemu dengan roh Samuel di Endor (). Kasus ini menarik dan cukup menjadi perdebatan di kalangan Kristen. Perdebatan itu terjadi di seputar pertanyaan apakah benar yang menjumpai Saul itu rohnya Samuel. Karena itu, mari kita perhatikan dua pandangan berikut.

Bukan rohnya Samuel, tetapi setan yang menyamar

Pandangan ini memiliki beberapa alasan. Pertama, Perjanjian Lama melarang dengan tegas: manusia tidak boleh berhubungan dengan arwah orang mati. Jika manusia melanggarnya, manusia akan dihukum berat oleh Tuhan (). Jika Allah telah melarang, tidak mungkin Samuel datang kepada Saul dengan menyatakan ulang apa yang Tuhan telah lakukan kepada Saul. Allah tidak mungkin berbicara melalui orang mati.

Kedua, Allah yang berkuasa atas roh Samuel telah memutuskan hubungan dengan Saul, kendatipun Saul telah berusaha menjumpai-Nya dengan instrumen yang telah Allah sediakan (). Adalah suatu kemustahilan kalau Allah mengizinkan ditemui oleh Saul dengan cara-cara yang Ia sendiri tidak sukai. Allah berfirman, "Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah Tuhan Allahmu. ( bdg. ).

Ketiga, waktu itu perempuan peramal mengatakan bahwa ia melihat seorang berkerudung, lalu Saul sendirilah yang menyimpulkan bahwa itu Samuel. Jadi, sebenarnya tidak jelas siapa yang tampil kepada Saul. Ada kemungkinan, dalam kepanikannya saat itu, Saul salah menafsirkan. Kalau Alkitab kemudian mencatat dengan memakai nama Samuel, itu hanya menunjukkan bahwa itu hanyalah anggapan Saul.

Keempat, bukti-bukti Alkitab yang lain tidak mendukung bahwa itu roh Samuel. Dalam , diceritakan bahwa orang yang sudah mati tidak dapat menjumpai orang yang masih hidup. Konteks yang ada di sini adalah orang mati di tempat penantian yang berbeda dapat saling melihat. Orang kaya itu meminta agar Abraham menyuruh Lazarus pergi menjumpai saudara-saudaranya. Mengapa ia tidak pergi sendiri dan memberitahukan kepada saudaranya? Jawabnya karena orang kaya itu sudah dapat merasakan bahwa ia tidak berdaya dan tidak mungkin pergi kepada saudaranya yang masih hidup. Kemudian ia berpikir bahwa Lazaruslah yang dapat pergi karena tidak sedang dalam hukuman. Kenyataannya, Lazarus tidak pergi, bukan karena tidak mau, tetapi ia tahu bahwa ia tidak akan bisa pergi. Pastilah seandainya bisa, Lazarus akan memperingatkan saudara-saudara orang kaya itu agar nasibnya nanti tidak sama dengan si kaya yang ada dalam penghukuman itu. Bukankah perbuatan memperingatkan orang jahat agar berbalik kepada Tuhan merupakan suatu tindakan mulia dan diperkenan oleh Tuhan? Namun demikian, tindakan untuk itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang masih hidup. mencatat bahwa roh orang mati ada di tangan Tuhan. Jika roh manusia ada di tangan Tuhan yang berkuasa, dapatkah ia berjalan-jalan membebaskan diri dan menjumpai orang hidup sekehendaknya sendiri?

Ada pandangan bahwa orang hidup berjumpa dengan orang mati

Itu berarti yang dijumpai oleh Saul bisa jadi adalah benar roh Samuel. Beberapa alasan yang mendukung ialah, pertama, Jika ada larangan Tuhan bahwa manusia tidak boleh berhubungan dengan roh-roh orang mati, secara logika sederhana, hal itu bisa berarti bahwa manusia dapat saja berhubungan dengan orang mati, hanya hal seperti itu dilarang Tuhan. Maka, peristiwa Saul berjumpa dengan Samuel itu benar ada, tetapi pasti tidak disukai oleh Tuhan.

Kedua, fakta pertemuan Yesus-Musa-Elia yang dapat dilihat kasat mata oleh para murid membuktikan bahwa sesungguhnya orang hidup dapat saja melihat orang yang sudah mati. Memang Elia, dicatat oleh Alkitab, bukan mati, tetapi diangkat naik ke Surga; "Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke Surga dalam angin badai" (). Namun, harus diingat bahwa Musa mati seperti yang dicatat dalam ; "Lalu matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan." Jika ada peristiwa dalam Alkitab demikian, tidak boleh orang berpendapat secara membabi buta bahwa tidak mungkin orang yang sudah meninggal dunia dapat dijumpai atau dilihat oleh orang yang masih hidup.

Saya berpendapat bahwa pandangan pertama yang benar, tetapi saya tidak menyepelekan pandangan yang kedua. Tuhan itu besar dan tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Karena itu, jika seandainya Ia mengizinkan roh orang mati untuk waktu yang sangat singkat bertemu dengan orang yang hidup, tentulah tujuannya adalah agar manusia memuliakan-Nya. Kasus Yesus bertemu Elia dan Musa, kasus Saul di Endor, bukan menunjukkan bahwa semua itu akan terjadi pada masa-masa sesudahnya. Larangan Tuhan agar tidak berhubungan dengan orang mati bukan berarti manusia dapat bertemu dengan orang mati, tetapi karena ada kebiasaan orang-orang pada konteks tersebut untuk selalu bertanya kepada arwah-arwah melalui peramal dan penenung sehingga Tuhan tidak ingin umat-Nya tersesat dengan cara yang tidak benar itu. Perilaku berdoa untuk minta petunjuk di depan kuburan, foto, atau debu dari seseorang yang sudah meninggal dunia, dan mendoakan arwah bukanlah sikap kristiani yang sejati. Melepas burung pada waktu pemakaman, meletakkan buah semangka agar dilindas oleh mobil pengangkut jenazah, dan sebagainya yang sarat dengan muatan mistik, termasuk memberi makanan atau sesajen, bukanlah cara yang muncul karena refleksi iman kristiani sejati. Tradisi-tradisi yang bertentangan dengan Alkitab hendaknya tidak lagi diteruskan oleh umat Tuhan yang sudah menerima karya keselamatan di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus.

Manusia Abadi [SELESAI]Where stories live. Discover now