Bab VII - Maafkan Keputusan Ku

6.9K 1.1K 507
                                    

Terimakasih tanggapannya
Sy bahagia dengan respon kalian
Tolong jangan salah tangkap maksud sy ya sayang hehe
Sy ngga marah/sakithati/pundung/sedih/regret/blablabla
Sy justru gg enak sama pembaca FF ini Dan sy gg mau di cap Muna hihi
Makanya sy minta kesempatan untuk membuktikan kalau FF ini murni milik sy sendiri, kesempatan buat nuntasin smp Ending
Lalu silahkan berkesimpulan sendiri

Deep thanks for the chance given to me
I'll try to not break your hearts my dear

Deep thanks for the chance given to meI'll try to not break your hearts my dear

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adekk akan selalu
Berharap yang terbaik
Untuk semua yg Adekk sayang
Hihi~~~~




Basah

Jendela kaca di kamar ku basah berembun. Hujan masih merintik di luar sana dan sore ini mulai dingin. Ku eratkan pelukan pada kedua lutut sendiri. Disini, di kamar ini, aku menyepi. Menghindar dari semua orang yang mungkin akan memberiku banyak pertanyaan.

Mengapa mata mu sembab?

Jika saja ada yang peduli, maka aku tak akan bisa menjawabnya tanpa berbohong sedikitpun. Aku tak pandai berbohong karena Ayah dan Ibu tak pernah mengajarkan itu pada ku. Jelas sekali berbohong perbuatan yang tercela tapi, tidak munafik terkadang berbohong juga diperlukan ketika kau tak ingin orang lain lebih terluka.

Setelah memecahkan vas di depan kamar Ibu semalam, aku kabur begitu saja. Kabur dari Ayah dan Ibu serta tatapan mata mereka. Tidak ingin di cap penguping, aku harus berbohong lagi kan, berpura-pura tidak mendengar apapun. Setelahnya Ibu mengejar dan mengobati lututku.

Bahkan saat Ibu bertanya terus terang, apakah aku mendengar apa yang Ayah dan Ibu bicarakan? Entah mengapa gerak kepala ku reflek menggeleng kuat. Aku menolak untuk jujur atau aku akan membuat mereka semakin sulit.

Karena pada kenyataannya mereka masih enggan memberi tahu padaku. Tentang semua hal yang menjadi rumit dimana aku terlibat di dalamnya tanpa aku sadari. Dan Ayah semakin tersudut dalam posisi sulit.

“Jungkook!! Keluar kau!! Kenapa kau berani bolos sekolah? Kau pikir biaya sekolah mu itu gratisan?”

Kak Taehyung, mengetuk pintu kamar ku begitu kasar. Membuat lamunan ku seketika terbuyar. Tak hanya kata-katanya yang menohok. Nada bicara pun sampai ia tinggikan.

Memangnya aku salah ya kalau aku tidak masuk sekolah karena sakit? Apa dia tahu sekarang kedua lutut ku terbebat kasa putih? Dan aku baru saja menelan pil penurun panas.

Dia tidak akan pernah tahu karena aku selalu mengenakan celana panjang. Dia juga tidak akan repot-repot menanyakan keadaan ku. Karena aku bukan prioritasnya. Aku sedikit membenarkan sikapnya, jika yang terjadi selama ini antara keluarga ini dengan diriku penuh kepalsuan.

Serenade ( vkook / Brothership )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang