Bab VI - Siapa Aku

6.9K 1K 416
                                    

Rahasia terbongkar
Tapi sy tidak tahu
Apakah kalian senang atau malah nangis
Kkk~~~

Sorry for typo 😁

Adekk ngg tau harus berkata apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adekk ngg tau harus berkata apa






Kalian pernah merasakan berdebar tidak? Sesuatu yang mendadak menjalar dalam hati. Membuat gemetar tangan dan kaki. Bahkan terlampau senangnya, sampai tidak sadar, mata sudah berkaca-kaca.

Bukan apa yang ada dalam genggaman ku sekarang yang membuat ku senang. Seperti siswa-siswa lainnya yang akan berteriak histeris ketika nilai ujian tengah semester sangat fantastis. Bukan kertas-kertas lembar jawaban ini yang membuat ku senang. Tapi ekspresi Ayah dan Ibu yang akan melihatnya.

Tidak terasa, semester ku di kelas dua sudah terjalani separuhnya. Aku tidak bisa bersantai lagi mulai sekarang. Harus giat belajar agar nilai ku tetap bisa bertahan. Bagaimana lagi, karena Cuma ini yang bisa ku andalkan untuk membuat Ayah dan Ibu tersenyum bangga padaku.

Seperti semester akhir pada tingkat satu. Aku berhasil juara dua paralel. Wah, jangan main-main, itu termasuk prestasi yang luar biasa. Karena sekolah ku ini cukup diperhitungkan sebab terkenal dengan siswa-siswanya yang luar biasa cerdas.

Bisa juara kelas saja sudah ada yang sombong, terlebih juara paralel, dimana itu mewakili seluruh kelas yang ada pada tingkat tersebut, bersaing dengan juara kelas lain di tingkat yang sama.

Maka dari itu, aku harus mempertahankan angka dua itu dalam buku raport. Atau jika harus berubah, ku harap dua menjadi satu. Peringkat satu paralel, apapun yang aku inginkan pasti akan terkabulkan, bukan.

Aku ingin, di hari ulang tahun ku nanti, mereka semua merayakannya untuk ku. Sudah dua tahun belakangan, ulang tahun ku sepi. Hanya ada ucapan selamat dari teman-teman.

Kebetulan atau bagaimana, selama dua tahun yang lalu, setiap awal September Ayah dan Ibu sama-sama sibuk. Selalu ke luar kota dan pulang di hari berikutnya. Itupun jika mereka ingat, mereka akan memelukku dan mengucap maaf.

Aku ingin doa yang terbaik dari kalian. Aku tidak ingin kata maaf. Tapi yang ku dapat hanya itu. Selebihnya, tak ada kado. Memang aku yang meminta, jangan lagi memberi ku kado. Jika itu membebankan mereka. Sejak aku mulai menginjak usia tiga belas, kelas dua Junior High School, aku tidak lagi menginginkan barang pemberian kedua orang tua ku ketika ulang tahun.

Karena pada saat itu, mereka berdebat berdua di dalam kamar. Mungkin keuangan keluarga ku pada saat itu sedang kacau atau bagaimana aku tidak paham. Seperti biasa, malam tanggal 1 September kami berkumpul. Hanya keluarga kecil kami. Kakak sulungku juga hadir walaupun dia akan lebih sibuk dengan ponselnya.

Kue tart sederhana yang cukup untuk kita berlima. Lilin merah yang menyala dengan kombinasi angka usia ku. Lalu kita bernyanyi bersama memberi ku lantunan senandung selamat ulang tahun. Sederhana tapi hangat, itu yang ku suka.

Serenade ( vkook / Brothership )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang