Saya tidak tahu kalian sudah bosen apa belum, rasanya kok cerita ini panjang banget yaakkk
Apa cuma perasaan saya aja? HemmmSampai di titik ini, apakah cerita sy mirip dengan karangan orang lain?
😌😌😌Warn : baca part ini usahakan jangan ngamuk!! 😅
Sorry for typo
Psstt!!
Bantu Adekk jaga rahasia
Di Part ini ya
Hihi~~~
🐰🐰🐰Lelah yang berkepanjangan, akan menjadi bait puisi penghantar kematian. Tergambar dengan lugas garis keputusasaan dengan ribuan luka sayat tak kasat mata yang menyakitkan. Terpancar begitu kuat dalam sorot pandang yang melemah perlahan. Mungkin dengan bahasa sederhana, bisa di katakan, tak ada lagi semangat hidup yang membara.
Masih dalam kondisi yang sama, di tempat yang tak pernah berpindah. Dengan satu perasaan yang tak bisa berubah. Duduk diam memaku diri di depan jendela yang terbuka. Memandang pada langit yang membisu tanpa suara. Satu-satunya hal terbaik yang ia lakukan belakangan.
“Apa yang sudah terjadi pada ku? Mengapa aku merasa ada yang salah disini?” Ucapnya lirih dengan memandang kedua tangannya sendiri.
Salah satu tangan itu tertancap sebuah selang yang terhubung dengan infus. Sudah berkali-kali dia menanyakan perihal ini. Mengapa harus di infus. Bahkan terkadang tanpa ia sadari infus itu selalu bersandingan dengan darah yang ditransfusikan ke dalam tubuhnya. Selama hampir sebulan dia tinggal di tempat itu tanpa tahu keadaan di dunia luar.
“Sedang apa?”
Suara lembut masuk ke dalam keheningan ruang, memecah semua kecemasan dalam kesendirian. Jungkook mengalihkan pandangan dan mendapati sosok cantik masuk mendekat. Sosok yang akhir-akhir ini sering muncul dan membawakannya masakan rumah yang lezat.
“Nyonya Kim, anda datang,” Jungkook tersenyum lebar melihat wanita anggun itu ada di kamarnya. Dia beringsut perlahan dan duduk di tepi ranjangnya.
“Sampai kapan Kookie akan tetap memanggil seperti itu pada Bunda?” Kim Soobin harus protes seperti itu agar Jungkook mau mengucap kata Bunda untuknya.
“Saya hanya merasa tidak pantas,”
Soobin, duduk di depan Jungkook yang hari ini nampak tenang. Seminggu yang lalu, setelah kedatangan Taehyung dan membuat Jungkook tantrum, Kim Hwan memperketat penjagaan.
Menyiapkan beberapa ahli kejiwaan untuk membantu Jungkook sembuh dari trauma mental yang mengkhawatirkan. Kim Hwan tidak ingin melihat penderitaan Jungkook berlipat ganda.
Rupanya, luka parah dalam hati Jungkook tidak bisa jika hanya di tangani oleh para phsikiater. Justru yang membuatnya membaik perlahan adalah kehadiran Soobin. Cara sederhana yang tak pernah terbesit tapi akhirnya membuahkan hasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade ( vkook / Brothership )
FanfictionKau tau seberapa indah cahaya rembulan? saat ku dengar kembali suara lembut mu ditengah heningnya malam dengan guyuran sinar rembulan lalu kau senyum temaram Sehangat senja pertama kala musim semi masih diawal