1

5.7K 764 196
                                    

Bruk!

Guanlin menurunkan buku bacaannya sekilas untuk melihat siapa tokoh utama yang membuatnya sedikit terkejut. Ingat! Sedikit. Tak banyak! Separuh pun tidak ada.

Sebenarnya ia sudah tau kok siapa yang dengan seenak jidatnya sendiri duduk di pinggir kasurnya dan kini dengan tak tau malunya meminum habis jus nanas yang bahkan belum disentuh sedikit saja oleh si empunya.

Tapi, Guanlin tak protes. Tak ada gunanya juga sih protes. Karna nantinya tetap saja Guanlin yang akan kena berondongan omelan.

"Ngapain itu bibir maju-maju?" Ucap malas Guanlin untuk sekedar formalitas saja.

"Aku kesel deh sama Eric! Udah tau aku pacar kamu! Masih aja di modusin!" Sungut lelaki mungil yang mengaduk-aduk gelas kosong bekas jus nanas rampasannya.

"Udah diemin aja" cuek Guanlin.

Tapi sepertinya, Guanlin salah langkah.

"Kamu juga! Udah tau pacarnya di modusin depan kamu! Bukannya marahin Eric malah ikut cengengesan bareng yang lain!" Omel lelaki berbibir merah yang kini mengerucut lucu.

Menyadari langkahnya yang salah, Guanlin terpaksa harus menutup bukunya lalu meletakannya jauh-jauh dari jangkauan si kucing manis yang sudah berubah menjadi macan betina yang baru melahirkan, siap menerkamnya bulat-bulat. Guanlin turun dari kursi belajarnya untuk duduk di karpet berbulunya yang ada dibawah kasur.

"Ya emang aku harus gimana?" Ucap Guan dengan nada cueknya seperti biasa.

"YA CEMBURU KEK! EMANG KAMU NGGAK MARAH APA KALO PACAR KAMU DIMODUSIN ORANG LAIN SETIAP HARI?! NGGAK TAKUT KESAING APA?!" Pekik Lee Felix, si manis dari jurusan Kedokteran Hewan yang beruntung sekali dijadikan pacar oleh Guanlin.

Mendapat teriakan sekencamg itu, guanlin bukannya takut malah tetap saja memasang mode cueknya. Felix bersumpah, jika bukan pacar, sudah Felix pukul wajah tampan Guanlin dengan buku tebalnya hasil pinjam dari perpustakaan. Tapi sayangnya, Felix tak bisa. Ia masih ingin memamerkan wajah tampan Guanlin yang pada semua orang terutama fans Guanlin yang jumlahnya seperti kutu di bulu kambing.

"Ya nggak papa kamu banyak yang naksir. Yang penting kamu nya masih naksir aku. Ngapain aku takut kesaing?" Balas Guan masih tetap dengan nada cuek yang paling disebali Felix.

"Ya seenggaknya tunjukin dong kalo kamu cemburu!" Sungut Felix yang sudah jengah dengan kecuekan sikap pacarnya.

"Tapi nyatanya aku nggak cemburu. Buat apa sih cemburuan? Nanti kalo kamu naksir yang lain baru deh aku cemburu. Sekarang aku tanya ke kamu. Kamu naksir yang lain selain aku?" Guan menatap lurus tepat dimata Felix.

"YA NGGAK LAH! KOK KAMU NANYA GITU SIH?!" Sentak Felix, lagi.

"Nah, udah kan? Kamu nya aja masih naksir sama aku. Ngapain aku cemburu?" Ucap santai Guanlin.

Tak tau saja jika kini ada api imaginer yang sudah berkobar di kepala Felix, siap membakarnya hidup-hidup.

"Bodo, ah!" Sentak Felix.

Si manis itu membuang asal tas punggungnya lalu melangkahkan kakinya ke pintu kamar pacarnya yang sangat menyebalkan.

"Mau kemana?" Tanya Guanlin.

Hanya sekedar tanya saja. Atau bahkan tak berniat menyusul. Terlanjur nyaman Guan dengan posisinya yang menyandar di kasurnya.

"Minum. Haus nanggepin orang cuek kayak kamu! Ngeselin banget sih jadi pacar!" Sungit Felix dengan kaki yang sebgaja ia hentak-hentakan kasar untuk melampiaskan panas fihatinya.

Punya pacar seperti Guanlin yang cueknya mengalahkan apapun di dunia ini memang harus ekstra sabar.

Dan punya pacar semodel Felix yang kekanakan, banyak maunya, cemburuan, manja, galak, dan tsunder juga harus tak kalah sabar juga.

***
**
*



*Next or Stop*

THE LITTLE THINGS {END🍬}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang