5

3.1K 513 32
                                    

"Mama" sapa Felix dengan ceria memasuki cafe bergaya nature, pada calon mertuanya yang duduk tak jauh dari pintu masuk.

"Eh, Felix. Udah pulang kuliah, Fel?"

Luhan tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya yang cantik membuat bulan sabit. Kedua tangannya merentang menunggu calon menantunya masuk kedalam pelukannya.

Greb!

Felix menyamankan dirinya di pelukan Luhan yang sangat mirip sekali dengan pelukan Mamanya sendiri. Ah, Felix jadi semakin merindukan Lay.

"Iya nih ms. Capek banget habis praktikum" keluh Felix.

Praktikumnya kali ini benar-benar menguras tenaganya. Apa lagi sudah beberapa hari juga ia tak bisa bertemu Guanlin yang sedang sibuk dengan BEM. Makin tak bertenaga saja Felix karna tak mendapat asupan tenaga dari muka ganteng pacarnya.

"Mama bikinin Jus nanas ya?" Luhan meregangkan pelukan mereka lalu mengelus rambut karamel Felix.

"Entar aja Ma. Mama disini dulu aja sama Felix. Felix kangen" Felix bergelayut manja pada lengan Luhan.

"Yaampun, manis banget sih, Fel" Luhan mencubit gemas pipi tembam Felix.

"Guan mana Ma?" Tanya Felix yang baru ingat tujuan utamanya datang ke cafe milik Luhan.

"Tuh, lagi bikinin kopi" tunjuk Luhan dengan dagunya ke arah Guanlin.

Felix memutar kepalanya ke depan dan di sambut dengan lambaian tangan Guanlun dari meja bar. Pipi Felix merona begitu melihat badan jenjang pacarnya yang dibalut kemaja putih, celana kain hitam panjang, dan juga apron yang membungkus pinggamgnya. Kedua lengan kemeja Guanlin digulung ke atas dan memperlihatkan urat tangannya yang terluhat sexy dimata Felix.

Dan sialnya juga di mata semua pengunjung yang tak tau diri mencuri-curi pandang pada pacarnya. Cih!

"Cih! Dasar anaknya Sehun! Sok ganteng banget! Mirip bapaknya!" Decak Luhan antara memuji dan mengatai.

"Hehee, emang ganteng sih
Ma. Tapi cueknya kebangetan" Adu Felix. Matanya masih saja menatap pacarnya yang kini sedang serius membuat kopi pesann pelanggan.

"Cetakan papanya banget itu, waktu muda. Hampir gedeg Ma waktu pacaran sama om" sungut Luhan yang membuat Felix tak bisa menahan tawanya.

Sama persis dengannya ternyata. Ia juga hampir tak bisa menahan diri untyk tak menjambak rambut Guanlin setiap bertemu. Untung Felix masih ingin riba memamerkan pacar gantengnya pada siapapun yang melihat.

"Tapi bikin iri loh ma" Felix mengagumi kedua orang tua pacarnya yang terlihat manis saat berdua. Felix jadi iri rasanya.

"Kamu yang sabar-sabar aja ya pacaran sama tiang telfon. Kalo udah mulai gedeg, jambak aja sampe botak" sungut Luhan tanpa tau ada sosok ganteng yang berjalan mendekati mejanya.

"Iya, biar anaknya nggak ganteng lagi. Entar juga nyesel nggak ada yang di pamerin di arisan" balas Guanlin dengan santai.

Sudah muak dia sebenarnya setiap kali mengantar Mamanya arisan, pasti Mamanya akan kesana kemari memamerkan wajah ganteng anaknya.

Plak!

"Kamu tuh ngagetin mama aja deh, guan!" Omel Luhan yang baru saja memukul lengan keras hasil gym anaknya.

"Nih, minumnya!" Guanlin meletakan segelas teh hangat didepan Felix.

"Aku kan pengen jus nanas, bukannya teh anget!" Protes Felix dengan bibir yang mengerucut kedepan.

"Sama aja. Sama-sama air. Udah cepet minum!" Perintah Guan yang mau tak mau dituruti Felix.

"Kenapa sih cepet-cepet? Mama kan masih mau ngerumpi sama Felix" gantian Mamanya yang protes.

"Nggak. Guan nggak mau jadi bahan rumpian kalian" Guanlin melepas apron yang membungkus di pinggangnya lalu diletakannya disandaran kursi belakang Felix.

"Tau aja sih kalo lagi dirumpiin. Kenapa? Kupingnya panas ya?" Ucap santai Luhan yang dengan sok elegannya meminum espresso dicangkirnya.

"Ck! Udah selesai kan?" Tanya Guan pada Felix yang baru menandaskan segelas teh hangat buatanya.

"Iya udah nih" Felix meletakan gelas tehnya yang sudah kosong.

"Yuk!" Guanlin menggandeng tangan kanan Felix.

"Mau kemana?" Felix memundurkan kursi yang menghalangi langkahnya.

"Ikut aja!" Guanlin mengambil tas punggung Felix untuk digendong dipunggungnya.

"Ck!" Decak Felix.

"Ma, aku pergi dulu" pamit Guanlin pada Mamanya yamg masih hikmat menyesap cangkirnya.

"Iya. Ati-ati. Jangan sampe lecet calon mantu mama!" Balas Luhan yang entah masih bisa didengar Guanlin atau tidak yang sudah melangkahkan kakinya ke arah pintu.

***
**
*
*TBC*

*******TBC*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE LITTLE THINGS {END🍬}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang