8

2.7K 480 40
                                    

"Gu, laper" Felix menarik-narik genggaman tangannya dan Guanlin.

Guanlin menolehkan kepalanya ke samping kiri ke arah pacarnya yang masih merengek dengan bibir yang mengerucut. Wajar sih jika Felix lapar.

Mereka baru selesai kuliah dan langsung ke Mall untuk membelikan hadiah untuk pertunangan Daniel dan Seongwoo, sepupu Guanlin. Apa lagi, imi sudah lewat jam makan siang. Pantas saja pacarnya sudah merengek kelaparan sejak di mobil tadi.

"Mau makan dulu?" Tanya Guanlin memastikan.

"Heem. Aku nggak tahan lagi nih" Felix merengkut saat perutnya mulai terasa ngilu.

"Mau makan apa?" Guanlin mengedatkan pandangannya ke ke berbagai tempat makan yang ada didepannya.

"Mau steamboat" Felix menujuk restoran steamboat yang ada didekat mereka.

Felix ingin makan yang berkuah karena perutnya yang terasa perih. Ia tak mau ambil resiko makan makanan pedas. Bisa-bisa perutnya semakin nyeri nantinya.

"Yaudah, ayo kesana!" Guanlin menarik gandengan tangannya dan tangan Felix untuk masuk ke dalam restoran.

Guanlin sebenarnya ingin makan pasta, tapi ia mengalah. Ia tak tega melihat wajah mengerut Felix yang sepertinya sedang menahan sakit. Guanlin kan tak tega.

***
**
*

Satu yang sangat Guanlin suka dari Felix. Yaitu saat Felix makan. Pipinya yang tembam semakin menggembung. Dan berkali-kali dari dalam mulutnya yang penuh, Felix memuji setiap makanan yang masuk kedalam mulutnya. Sepertinya itu cara Felix yang sedang menghargai si pembuat masakan.

Bahkan saat pertama kali mereka makan bersama pertama kalimya dulu, Felix bahkan tak canggung makan dengan lahap didepan Guanlin. Seperti, Felix sudah nyaman dengannya walau kenyataannya baru sekali mereka makan bersama. Felix seperti tak takut menjadi dirinya sendiri.

"Mau nambah lagi?" Tawar Guanlin.

Guanlin memaruh potongan daging terakhir ke mangkuk Felix. Felix memasukan potongan daging pemberian Guanlin lalu memamerkan senyum manisnya pada pacarnya yang baik hati memberikan potongan daging terakhir padanya.

"Mau dong. Mau udang sama bakso ikannya aja tapi" ucap Felix sambil.tetap mengunyah daging didalam mulutnya.

Nah, kan, Felix tetap saja Felix. Si rakus yang tak tau malu. Tapi Guanlin senang jika pacarnya banyak makan. Ia sudah gemas ingin membuat badan kecil pacarnya menjadi lebih gemuk.

"Sama dagingnya sekalian nggak?" Tawar Guanlin yang sudah mengangkat tangannya untuk memanggil pelayang.

"Nggak ah. Udang aja" tolak Felix.

Ia masih tau diri kok. Setidaknya ia tak memesan makanan yang mahal walau Guanlin menawarinya.

Setelah pelayan datang, Guanlin memesan menu pilihan Felix ditambah dengan semangkuk nasi lagi untuk pacarnya. Tadinya Felix sudah menolak, tapi Guanlin tak mau mendengarkan Felix. Ia tetap memesankan semangkuk nasi lagi untuk Felix.

"Gu, nanti aku pake baju apa ya buat acara tunangannya kak Daniel?" Felix memainkan sumpit di bibirnya.

Kepalanya berfikir keras mengingat semua baju terbaik yang ia punya. Tapi tetap saja tak ada satupun yang Felix pikir cocok untuk dipakainya.

"Yang santai aja" jawab Guanlin.

Guanlin mengambil sumpit Felix lalu menaruhnya di atas mangkuk kosong Felix. Risih Guanlin melihat Felix memainkan sumpit dibibirnya. Kan bahaya kalau Guanlin jadi ingin memainkan bibir Felix dengan bibirnya.

"Hm.. pake batik?" Ucap Felix. Ia ingat ia punya kaos batik bekas ia pakai untuk acara studi banding ke universitas lain bulan lalu.

"Kamu mau kembaran sama kakek aku? Nggak!" Protes Guanlin tak terima.

"Hm.. pake kaos?" Ucap Felix. Kali ini ia ingat kaos hitam lengan panjang yang dibelikan ibunya dua hari lalu. Masih baru dan belum sekalipun dipakai Felix.

"Kamu mau ke acara tunangan apa mau main ke lapangan, sih? Nggak!" Tolak Guanlin sekali lagi.

Ia tak cukup gila membiarkan pacarnya memakai kaos di hari penting pertunangan sepupunya.

"Ya terus aku pakai apa dong?!" Sungut Felix.

Kedua tangan mungilnya menjambak rambutnya sendiri. Ia sudah tak bisa berfikir lagi apa yang akan dia pakai untuk datang ke pertunangan Kak Daniel.

"Yang santai aja" ucap santai Guanlin yang malas ikut berfikir.

"Ish!" Sungut Felix.

Kesal ia dengan Guanlin. Dari tadi selalu menolak ide Felix, giliran Felix meminta saran malah menjawab ogah-ogahan. Kalau tak ingat makan siang ini Guan yang bayar, sudah Felix tinggal pulang si pacar menyebalkannya ini.

Guan mengamati baju yang dipakai Felix. Baju kemeja biasa sebenarnya. Tak ada yang mencolok. Hanya kemeja putih dengan kerahnya yang dilipat menjadi pitah panjang dan dilapisi dengan outher putih tulang. Felix keluhatan manis dengan baju itu.

"Pake kemeja yang kamu pake sekarang aja. Bagus kok. Sopan juga. Tapi nggak kaku" ucap Guanlin dengan kepala menunduk menyembunyikan pipinya yang memanas.

"Ini? Yah, tapi kan nanti nggak special lagi dong buat kamu. Kamu kan udah liat aku pake baju ini" Felix merengut sedih.

Ia ingin terlihat special dimata Guanlin dan juga keluarganya nanti saat hari pertunangan. Felix kan ingin mengambil hati keluarga besar Guanlin.

"Kalo nggak special nggak mungkin aku nembak kamu. Lagian, kamu nggak pake baju aja special banget buat aku" ucap Guanlin.

Plak!

Felix memukul punggung Guanlun dengan kencang. Pipi gembulnya memanas setelah mendengar ucapan Guanlin. Untung saja restoran sedang sepi, coba kalau ramai dan ada oramg yang mendengar ucapan Guanlin. Bisa-bisa mereka berfikir yang macam-macam pada Felix dan Guanlin.

"Aduh! Kok di pukul sih?" Protes Guanlin. Guanlin mengusap punggungnya yang terasa panas akibat pukulan Felix yang tak kira-kira.

"Guan mesum, sih!" Sungut Felix dengan pipi yang memanas.

Kan Felix jadi membayangkan yang iya-iya jadinya.

***
**
*
*TBC*

THE LITTLE THINGS {END🍬}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang