Part 7

88 21 0
                                    

"Gue tau lo itu kuat, jangan mentang-mentang dia cowok, lo biarin pipi lo di sentuh dia!" perintah Alvaro pada seorang cewek yang sedang menangis dihadapannya.

"Gue juga gamau kek gini, tapi dulu mama bilang cewek itu harus lemah lembut" tambah Sintia.

"Tapi mama lo gabakalan senang liat lo biarin tangan cowok brengsek nyentuh pipi lo Sintia!" bantah Alvaro.

"Tapi gue gamau bantah pesan terakhir mama,Alvaro!" pekik Sintia di sela isak tangisnya.

Alvaro memeluk Sintia tulus,
"Gue tau lo sedih, gue tau lo udah janji sama diri lo,lo bakalan turutin semua perkataan nyokap lo, tapi lo harus tau dia juga gabakalan seneng liat lo tersiksa sin"

"Ingat sin, walaupun nyokap lo gabisa jagain lo lagi dan bokap lo udah ga peduli sama lo lagi, datang aja ke rumah gue, lo bisa ngadu apapun ke gue, keluarga gue siap nerima lo sin. Maaf gue lupa sama janji yang udah gue ucapin ke nyokap lo."kata Alvaro kepada Sintia seraya mendekap erat kepala Sintia ke dadanya yang bidang.

Aletha hanya mendengar dan melihat apa yang sedang dilakukan oleh dua pasang manusia di dalam sana tanpa mengetahui maksudnya.

***

'Aletha POV'

Kenapa semenjak kejadian dikantin tadi Alvaro jadi dingin ke gue?

Apa maksud kata 'janji ke nyokap nya Sintia?'

Kenapa dia ga gangguin gue lagi?

Apa mereka udah di jodohin?

Kenapa gue ngerasa ada yang lain di kehidupan gue?

Kenapa gue jadi galau?

Apa gue udah naruh perasaan gue ke dia?

Kenapa harus Sintia, Cewek nerd itu?


Kenapa gue kepo?

Apa gue suka sama alvaro?

Kenapa gue nanayak sama lo pada?

kan lo semua ga tau ya,hehe
(Readers)

"Iya kak,sebentar" ucapkan dari dalam kamar.

Kak Revan membuyarkan semua pertanyaan yang mengganjal di dalam otakku.

"Kenapa dek? Kok galau gitu muka lo?" tanya kak Revan padaku.

Aku hanya menjawab singkat semua pertanyaan kak Revan yang hanya membuat moodku menjadi semakin buruk.

Seperti biasa kak Revan memanggil kami untuk ritual makan bersama. Makan bersama memang dijadikan kebiasaan di keluarga kami jika salah satu dari mama atau papa ada di rumah.

Atau jika salah satu ada di luar kota mama atau papa sengaja 'memvideo call' agar kami masih bisa bertatap muka walau hanya lewat aplikasi.

Hari itu kedua orang tua kami pergi ke Thailand untuk mengurusi salah satu rumah sakit kepunyaan mereka disana, jadi hanya Aku dan kak Revan yang makan malam bersama, tidak lupa kami 'memvideo call' mereka.

"Kenapa sih dek, lo kok kayaknya ga mood gitu hari ini" kata kak Revan membuyarkan lamunanku.

"Gapapa kak" ucapku.

Kak Revan menggeser posisi duduknya ke sebelahku.

"Kenapa lo pindah?" ucapkan ketus.

"Gapapa,gue cuman mau lebih dekat sama adek gue yang jutek ini." ucap Revan seraya mengacak lembut rambut adeknya itu.

"Au ahh gelap, gue mau tidur!" ucapku meninggalkannya.

Aku masuk ke kamarku dan mencoba segera tidur. Aku berusaha melupakan seluruh pertanyaan yang dan di benakku.

"Aduhhh gue bisa gila! Kenapa gue bisa mikirin cowok yang selalu buat gue risih!"

"Aaaaaaaa.." aku membekap wajahku ke batal agar suaraku bisa teredam.

Sampai aku tidak tau mulai kapan aku tertidur.

***

'Alvaro POV'

Mulai sekarang aku berjanji akan selalu jagain Sintia,

"Maaf tante varo udah lupain janji varo ke tante" Aku masih merasa bersalah kepada Sintia.

Aku tidak pernah menghiraukannya aku hanya fokus pada duniaku. Aku sudah berjanji kepada tante Mawar, ibunya Sintia untuk mengawasinya dan selalu memberikan perlindungan ke dia. Tapi apa?! Aku malah hampir saja membiarkan seseorang memukul nya.

Aku membekab wajahku ke dalam kasur. Ingin rasanya aku menangis menyesali perbuatanku yang telah melanggar janjiku.

Hari ini terulang lagi kedua orang tuaku bertengkar hebat dan pergi meninggalkan rumah ini.

Hanya ada aku dan beberapa pelayan yang mengisi rumah yang begitu besar ini. Selalu saja aku merasakan kesepian.

Seringkali aku merasakan kehidupan yang tidak adil bagiku. Untung saja aku masih punya bi Rumi, seorang pelayan yang telah mengabdi pada kedua orang tuaku sejak aku kecil.

Drrtt..

Ponsel ku berbunyi. Aku meraihnya dan mengangangkat telefon yang masuk itu. Mamaku menelfon menanyakan keadaanku. Mereka sedang berada di Prancis mengurusi salah satu saham mereka disana. Aku sangat menyangi sekaligus membenci kedua orang tuaku. Mereka selalu mengumbar kemesraan di depanku. Aku tahu mereka selalu bertengkar hebat ketika aku tidak ada.

Aku pernah memergoki papa yang pindah ke kamar tamu karna sedang bertengkar dengan mama.
Tapi mereka selalu saja pandai mencari Alasan ketika aku menayakan sebabnya.
"Gapapa sayang, papa cuman kepanasan aja" hanya jawaban itu dan aku hanya mengangguk.

"Iya bi, sebentar ya mau bersih-bersih dulu" ucapkan ketika bi Rumi mengetuk pintu kamarku untuk mengajak makan malam.

"Iya den, cepet ya bibi tunggu dibawah".

Aku turun dan makan bersama bi Rumi tetapi fikiranku hanya memikirkan tentang Sintia Sepupuku yang telah ditinggalkan kedua orangtuanya.

Setelah makan aku beranjak naik ke atas, masuk ke kamarku. Tidak lupa aku mengucapkan selamat malam kepada bi Rumi.

Hola gengs..
Part ini udah selesai ni..
Jangan lupa VoMent..

Happy reding:)

ALVaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang