Part 10

64 13 0
                                    

Alvaro duduk di sisi tempat tidur sambil merilekskan tubuhnya yang masih kaku.

Ia men-check ponselnya berharap jika Aletha membalas pesannya.
Ia tersenyum ketir melihat tidak ada notifikasi di layar ponselnya.

'Ngenes banget ya gue' batinnya.

Alvaro masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia keluar mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya, tanpa sehelai benang pun yang menutupi dadanya yang bidang.

Ia melihat layar ponsel yang menyala menunjukkan notifikasi Whatsap dari seseorang.

Alvaro berjalan ke arah nakas dimana ponselnya berada.

Sintia Melisa
Bisa jemput aku ga? Pak Yatno
ga di rumah ni. Lagi beli
Sarapan, lama kalo nunggu, hehe😋

Alvaro.R.D
Siap tuan putri.
Cepet siapan gue ga mau nunggu lama. Kalo lama gue tinggalin😒

Sintia Melisa
Sadis banget deh kamu😭
Yaudah aku tunggu ya.
        
Alvaro hanya me-read pesan terakhir dari Sintia. Ia segera memakai seragam dan turun kebawah untuk sarapan.

Bi Rumi sudah menyiapkan sepotong roti yang telah dioles selai coklat dan segelas susu UHT.

Alvaro hanya meminum susu dan mengambil roti yang telah disiapkan tanpa duduk.

"Varo berangkat ya bi" teriak sambil berlari meninggalkan ruang makan menuju garasi.

Bi Rumi keluar dari dapur.
"Eh, duduk dulu dong den".

Alvaro hanya melambaikan tangannya kepada bi Rumi dan langsung mengambil mobilnya di garasi.Pagi ini sedikit mendung jadi ia tidak ingin mengambil resiko dengan mengendarai motor.

Bi Rumi hanya memperhatikan Alvaro hingga ia benar-benar tak terlihat lagi dan menghilang di balik tikungan komplek perumahan elite itu.

Bi Rumi sangat menyayangi Alvaro seperti putranya sendiri. Sebenarnya bi Rumi memiliki seorang putra yang seumuran dengan Alvaro, tetapi takdir berkata bahwa mereka tidak bisa bersama untuk waktu yang lama.

Insiden yang selalu terekam jelas dalam fikiran bi Rumi yang membuatnya selalu menyalahkan takdir. Insiden dimana suami dan anaknya harus pergi menemui Tuhan terlebih dahulu.

Ia sudah mengikhlaskan semuanya keluarga Dirgantara juga selalu mensuportnya saat ia sedang jatuh.

Tuan mario dan nyonya Adelia memang tidak harmonis lagi setelah mengetahui kebusukan yang dimiliki oleh Sang suami.

Bi Rumi sangat bersyukur dipertemukan dengan keluarga Dirgantara karna walaupun begitu mereka berdua tetap menomor satukan Alvaro di kehidupan mereka.

***

"kak?" panggil Sintia menatap lembut Alvaro yang sedang mengendarai mobilnya.

Secara Sintia adalah adik kelas Alvaro sehingga wanita itu memanggilnya kakak, ya walaupun mereka sudah sangat dekat.

"Hmm?" gumam Alvaro masih menatap lurus kedepan.

"Gue mau ngomong serius ni" lanjut Sintia.

"Yaelah,sok bisa serius lo, Muka aja uda kocak kek Kiwil" kekeh Alvaro mengacak lembut puncak kepala Alvaro.

"Jangan becanda dulu dong, ini penting" Sintia mencabikkan bibirnya.

Alvaro masih belum memalingkan tatapannya dari arah jalan raya.

"Yah kita uda sampek, nanti aja ya ngomongnya" Kekeh Alvaro melihat Sintia mendengus kesal.

Seperti biasa, setelah sampai di lobi sekolah, mobil sport Alvaro di kelilingi oleh para pengemar wanitanya.

Tetapi sorakan bahagia dari para penggemarnya sirna setelah melihat Sintia seorang cewek nerd bisa berangkat sekolah bersama seorang most wanted SMA gradian.

Tetapi semenjak kejadian Sintia yang ditolong oleh Alvaro saat ia dibentak oleh kakak kelas 12 yang bernama Darwin itu.

Tidak ada lagi yang berani membully Sintia. Ya karna mereka takut akan berurusan dengan Alvaro. Alvaro memang sosok yang humoris dan mudah senyum tapi pernahkan kalian mendengar

'Salah satu Hal yang paling berbahaya ialah Marahnya orang yang selalu membuat orang senyum'

Alvaro memang kerap kali terlihat santai dalam menghadapi masalah apapun. Tapi mereka tidak akan pernah tau bagaimana ia menghadapi orang yang berani menggangu orang yang ia sayang.

Adapun Sintia,Semenjak Alvaro membiarkan air mata nya membasahi seragam cowok itu ia tidak lagi menjadi seorang wanita yang menunjukkan dirinya pantas untuk dibully.

Ia mulai merubah seluruh tampilannya mulai dari rambut yang semula hanya dikucir satu sekarang sudah tergerai indah menutupi punggung mungilnya. Kacamata yang kerap bertengger di hidungnya sekarang sudah ia kenakan ketika belajar saja.

Karena wajah Sintia yang diatas rata-rata sudah banyak cowok yang mulai mendekatinya dan hanya ia balas dengan senyuman ramah yang kerap kali ditunjukkannya ketika ia dibully.

Hola gays..
Part ini gaje? Emng-_
Part ini kusus untuk bahas Sintia  dan masa lalunya yey.
Buat next part akan lebih seru lagi yaa..

Staytune❤

ALVaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang