Part 11

88 16 0
                                    

Siang ini di kantin Alvaro dan Teman-temannya melakukan hal yang sama seperti biasa, tidak ada hal menarik lainnya. Alvaro bukanlah seorang anggota ekstra kulikuler di SMA Gradian tetapi kepopularannya mengalahkan ketua OSIS ataupun ketua Ekskul basket.

Semua mata wanita menatap ke arah Alvaro dan teman-temannya berharap dewa keberuntungan menghampiri mereka dan membuat hati Alvaro jatuh kepada salah satu dari mereka.

"Var" panggil Revan membuat Albert melihat Revan.

Saat ini posisi Albert sedang membelakangi temannya itu dan menghadap Karin seorang cewek yang memiliki body goals dengan ukuran dada yang bisa dibilang besar untuk ukuran anak SMA, dan itu yang membuat Albert kerap kali menjahili cewek itu.

"Hmm" Alvaro hanya mendengung tanpa mengalihkan perhatiannya dari sepiring nasi goreng di hadapnnya.

"Lo beneran serius sama Aletha?" tanya Revan yang membuat Alvaro menoleh.

"Buat sekarang sih masih biasa aja." jawab Alvaro.

"Maksud lo?" Tanya Revan tak percaya dengan jawaban Alvaro.

"Kalo sekarang gue belum terlalu mikirin gue serius atau enggak, lagian gue juga masih kelas dua, ranking juga masih dibawah, hehe. Tapi gue masih berusaha agar Aletha mau sama gue dulu, terus gue bakalan tetapin hati gue buat dia, Lo kan tau gue cinta mentok sama dia."

Revan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Begitu juga Albert dan Cakra yang menatap Alvaro Dengan tatapan mengerti.

'Yang penting lo gak mainin adek gue aja' batin Revan yang diikiti dengan senyuman tulusnya seakan paham dengan niat Alvaro.

"Karena tanpa bantuan dia sendiri apa bisa gue buktiin kalo gue pantes sama dia atau engga" tambah Alvaro disela-sela makannya.

"Maksud lo?" Albert bertanya Heran.

"Iya, gue bingung gimana bisa buat dia buka sedikit pintu hatinya" Alvaro menjeda ucapannya sebentar dan mengambil jus terus dan meminumnya.

"Jangan kan pintu hati, buat sedikit kasih perhatian dia ke gue aja keknya mustahil. Gue liat cara dia terus menghindar dari semua cara gue untuk dapetin perhatian dia. Kayaknya dia gak suka gue perhatiin deh." lanjut Alvaro.

"Tapi lo bilang dia uda bisa senyum waktu bareng lo" Cakra mengingat saat Alvaro bercerita bahwa Aletha tersenyum tipis saat Alvaro menggodanya dan ternyata gadis itu memiliki lesung pipit.

"Oh iyaya, berarti udah mulai berhasil ni gue buat dia senyum dan bentar lagi dia bisa buka hati dong buat gue." Alvaro seperti merasakan ada pelangi di dadanya ketika mengingat kejadian itu, ia pun mulai cekikikan sendiri.

"Pokoknya lo jangan pernah nyakitin dia, dia itu cewek baik-baik var, jangan samain dia sama mantan lo yang berjibun itu" peringat Revan kepada Alvaro yang memotong kebahagiaan yang tengah dirasakan Alvaro.

"Kenapa lo tiba-tiba nanyain gitu? Suka juga lo sama dia?" Canda Alvaro yang mendapatnya balasan pelototan mata dari Revan.

Tiba-tiba saja Albert menundukkan kepalanya kebawah enggan menatap ketiga sahabatnya itu.

"Kenapa lo?" tanya cakra memotong percakapan mereka yang sedang menyadari perubahan Albert.

Albert diam.

"Heh? Jangan sedih gitu dong gue kan cuman cerita aja, secara kalian sahabat gue" timpal alvaro menyenggol tangan Albert yang ada di sebelahnya.

Albert menaikkan sedikit kepalanya agar wajahnya bisa dilihat oleh ketiga sahabatnya itu.

"Guys" Ucap Albert bergetar.

Semua sahabatnya menatap Albert heran akan sikap Albert yang tidak biasa itu.

"Gu..gue emm anu, gue" Albert menggantungkan kalimatnya. Sementara ketiga sahabatnya masih setia melihatnya yang aneh dan tidak biasa itu.

"Gue mau boker, hehe" Albert menyengir tak berdosa menampilkan muka sok imut yang lebih terlihat menjijikkan dimata mereka.

"Sempak!" Revan menoyor kepala Albert. Cowok itu selalu saja mengacaukan suasana.

"Lo pada sih, pembahasaanya serius amat. Mana gue jomlo lagi. Yaudah deh, dadah gue ke toilet dulu" ucap Albert sebelum ia ngacir keluar kantin menuju Toilet.

***

"Adohh bego! Di taro Dimana sih matanya tu anak" teriak Kesal Keisha karena bahunya di tabrak oleh seseorang yang baru saja lari ke arah kamar mandi.

Aletha dan Keisha pergi ke kantin untuk mengeisi perut mereka. Tanpa Lamia, seperti biasa gadis itu selalu memberikan banyak Alasan yang akurat agar kedua temannya itu tidak memaksanya ke kantin.

Padahal apapun alasan yang diberikan Sintia itu hanyalah dusta belaka. Ada alasan lain mengapa dirinya malas ke kantin. Ia tau pasti 'cowok' itu sekarang ada di kantin bersama teman-temannya.

"Woii" Keisha menggebrak meja yang kini dihuni Alvaro, Revan dan Cakra.

Mata Alvaro dan Aletha sempat bertemu tapi Aletha segera memalingkan wajahnya dengan cepat.

Ia merasa ada sesuatu yang bergerak di jantungnya. Entah apa itu yang ia rasakan yang penting ia tidak bisa menatap mata itu untuk waktu yang lama.

"Hai tha" sapa Alvaro kikuk karena baru saja tanpa sengaja menatap mata hazel milik Aletha.

Tidak biasanya ia merasakan hal yang aneh ketika dia menatap kedua mata coklat milik gadis itu. Tetapi mengapa saat ini ia menjadi seperti orang yang terkena penyakit jantung. Kini jantungnya tidak berdetak dengan normal, entahlah, Alvaro pun tak tau apa Sebabnya. Menyebalkan.
Alvaro berdehem menghilangkan kecanggungannya.

Tanpa membalas sapaan Alvaro Aletha duduk di sebelah Revan. Karena cowok itu meminta Aletha duduk di sebelahnya dan membuat Alvaro sedikit iri.

Padahal kan kursi disebalah Alvaro kosong karena penghuninya sedang melakukan ritual keramatnya di toilet. Tapi apakah mungkin Aletha mau jika Alvaro memintanya untuk duduk di sebelahnya?. Entahlah.

Alvaro menjadi curiga kepada Revan. Tadi ia menanyakan prihal keseriusan Alvaro kepada Aletha, sekarang dia meminta Aletha duduk di sebelahnya.

'ga tau aja tu si kunyuk kalo Revan abangnya si macan betina,hmm' batin author.

"Pantes aja sunyi, mana ni yang gila satu lagi?" tanya Keisha kepada penghuni yang duduk di meja itu.

"Cie nyariin cie" goda Revan.

"Hilih, apaan sih lo" Keisha memutar bola matanya kesal.

Keisha melirik ke arah Cakra yang sibuk memainkan ponselnya.
"Eh ada yayang Cakra" Keisha menyengir sambil menyenggol lengan cakra yang memang duduk di sebelahnya.

Karena perlakuan Keisha padanya mau tidak mau Cakra menoleh.

"Apaan ca" tanya cakra datar.

"Ciee udah mau dipanggil yayang" Keisha seperti mendapat air dipadang gurun. Sedangkan Cakra hanya memutar bola matanya malas.

"Cieee pertanda baik ni ca" kata Alvaro.

Semua orang yang duduk di meja bernomor dua puluh tujuh itu menyoraki Cakra dan Keisha. Dan tentu saja mendapat perhatian dari seluruh penghuni kantin, secara most wanted boy sedang tertawa lepas di depan mereka.

"Nasib lo bagus ya ca, yang dikejar cepet peka. Engga kek gue uda diapain juga tetep aja keras tu hati" sambung Alvaro melirik Aletha dengan kedua sudut matanya.

"Hemm, kode keras" Revan menyenggol Aletha dengan bahunya, dan hanya mendapat tatapan tajam dari Aletha.

"Sumpah, bego lo semua" Aletha seolah-olah tak menghiraukan ocehan teman-temannya. Padahal sekarang entah kenapa ia merasa seperti ada yang menari di jantungnya.

"Varo mah, baperan, huhu" Keisha sok dramatis.

Sedangkan Albert sampai sekarang belum kembali dari toilet, mungkin ia lengket di kamar mandi wanita untuk menggoda cewek yang sedang ganti baju atau yang lainnya.

Stay tune❤
Jangan lupa Voment

ALVaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang