Part 12

71 11 0
                                    

Revan berubah menjadi peduli terhadap upaya Alvaro mendekati adiknya itu. Biasanya ia hanya acuh tak acuh kepada mereka berdua, Revan selalu menjadikan Aletha seperti teman biasa dan bukan seperti saudara kandungnya.

Aletha jadi heran kenapa abangnya yang selama ini tidak pernah membahas tentang dirinya dan Alvaro menjadi sangat kepo sekarang.

Jika bersama dengan teman-temannya Revan menjadi sosok yang kocak dan pandai membual lelucon, tetapi saat bersama dengan Keluarga entah setan apa yang memasuki tubuhnya ia menjadi seseorang yang serius dan cool. Entahlah mungkin itu pemberian Tuhan.

"Dek?" panggil Revan saat ia sedang di kamar adiknya. Revan kerap kali mengunjungi Aletha saat pulang sekolah di kamar nya.

"Hmm" Aletha hanya mendengung, matanya hanya fokus kepada laptop menyala yang sedang menyayangkan film thriller yang berjudul "The Quite Place" Aletha memang senang dengan apapun yang menampilkan adegan misteri.

"Lo emang ga ada rasa sama dia?" tanya Revan serius kepada Aletha.

"Dia siapa sih? Gajelas banget?" Aletha bingung dengan pertanyaan Revan yang tidak jelas. Aletha sama sekali tidak memalingkan wajahnya dari depan layar laptop.

"Alvaro" kata Revan datar.

Aletha sontak memalingkan tatapan yang semula fokus ke laptop kini menatap kedua mata abangnya itu.

"Maksud lo?" Aletha berusaha tidak canggung mendengar abang nya menyebutkan nama orang  yang belakangan ini mengisi pikirannya.

"Masa sih lo ga niat buat balas perasaan dia?" tanya revan memancing.

"Bang, bukan gue gamau, tapi gue takut kejadian yang kemaren ke ulang lagi. Lagian dia deketin gue kayak cuman bercanda doang, jadi gimana gue mau dengan mudahnya balas perasaan dia?" Aletha menutup laptopnya dan dan kembali menatap Revan fokus.

Saat pertama Aletha bertemu Alvaro memang dia sangat membencinya. Cowok itu selalu dan mencari perhatiannya, selalu menggangu nya sehingga membuatnya risih. Tapi seperti kata pepatah.

'Seiring berjalannya waktu maka, batu yang keras akan terkikis dengan air yang menghujani tanpa henti. Sama seperti hati yang keras akan terkikis saat ada yang mencoba terus menghapiri'

Aletha sepertinya sudah kalah dengan hatinya, tetapi mengapa ego masih menggunung di dalam dirinya. Memang kejadian waktu lalu membuat Aletha jerah memberikan hatinya dengan mudah.

"Tapi dek, lo ga bisa selamanya terjebak dalam masalalu, ayolah coba buka hati lo lagi, biar lo bisa tau kalo ada orang yang ingin memperjuangkan kebahagiaan lo walau dia sendiri enggak bahagia" Revan memberikan Aletha semangat untuk segera move on dari masalalu yang selalu membuatnya terpuruk.

"Gue bakalan coba bang" Aletha tersenyum tulus memperlihatkan lesung pipinya yang membuatnya semakin mempesona.

"Gitu dong, kalo adeknya cogan harus senyum terus" Revan mencubit pipi Aletha gemas.

"Idih najisin" Aletha mengelus pipi bekas cubitan Revan.

"Yaudah deh bang, sekarang, lo keluar dari kamar gue. Mau nonton ni gue" lanjut Aletha menarik tangan Revan keluar kamarnya.

"Uda gede ternyata adek gue, uda bisa nonton" sambung revan sebelum Aletha kembali menutup pintu kamarnya.

"Emang otak lo gaada benernya sih, ambigu ayam." Aletha melanjutkan aktifitasnya untuk menutup pintu.

Revan hanya terkekeh kecil melihat tingkah adiknya itu. Sementara Aletha, ia tidak melanjutkan aktifitas menonton nya. Ia meresapi kembali perkataan abangnya berusan.

'tumben tu anak nanyaain si curut' batin Aletha terkekeh, mengingat kembali tampang sok serius abangnya.

Memang kejadian masalalu juga terjadi karenanya, ia terlalu bodoh untuk mempercayai pria brengsek itu, Aletha seperti gadis bodoh hanya karena mendapatkan perhatian lebih ia dengan mudahnya menaruh perhatiannya dan hatinya kepada seorang yang salah.

Tidak lama ia memikirkan perkataan Revan barusan, pethatiannya teralihkan oleh benda pipih yang menyala menampilkan notifikasi dari seseorang yang belakangan ini membuat ia dapat tersenyum dengan hanya me scroll chat nya.

Chat yang dulu bisa membuat moodnya rusak kini chat itu membuat hatinya ikut tersenyum.

Ia membuka chat itu dengan senyum menggembang menampakkan lengkungan di pipinya yang putih.

Ia ingin membalas tapi untuk yang kesekian kali ia kalah dengan egonya. Dan ia hanya membaca dengan senyum terus mengembang.

Stay tune💕
Jangan lupa VoMent.

ALVaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang