Part 18

92 5 0
                                    

"Pulang sekolah gue mau ketemu sama lo." Kata alvaro sedikit berbisik kepada Revan.

"Hilih, dari tadi ngacangin gue. Eh sekali ngomong ngajak ketemuan, sweet banget sih bwang." Kata Revan mengedip-kedipkan matanya genit.

"Bacot."

"Tega kau bwang, baru aja baper, heuheuheu." kata Revan memasang wajah tersakiti yang sangat menjijikkan.

Alvaro hanya memutar bola matanya malas. Ingin rasanya ia tinju saja wajah penghianat ini, agar ia tau rasanya sakit.

***

"Di taman belakang." bisik Alvaro tepat ditelinga Revan lalu berjalan cepat menuju taman belakang SMA Gradian.

Revan segera mengikuti langkah Alvaro menuju taman belakang. Langkahnya terhenti saat merasakan getaran ajip di saku celananya.

"eits, tunggu dulu martini. Apa ni getar-getar kan jadi enak gue." Revan berhenti di koridor untuk mengangkat benda pipih yang bergetar di sakunya.

"Halo, Revan ganteng here, ada yang bisa di banting?"

"..."

"Ah, lo kerjaannya ngerepotin gue aja. Males ahh."

"..."

"Ck, mainannya ngadu. Iya iya, tunggu disana gue ada urusan bentar ke taman belakang."

"..."

"Jangan coba-coba, gue gamau ada yang tau ya, curut!"

"..."

"Tungu! Sebentar janji. Oke bye."

Revan memutuskan panggilan sepihak, lalu menyimpan ponselnya ke tempat semula. Dengan langkah panjang segera menuju taman belakang menemui Alvaro. Yang benar saja. Mana mungkin Revan membiarkan adik lacknutnya itu ikut ke taman belakang. Bisa bisa Alvaro tau kalo mereka saudara. Astapir! Jangan sampek! Jangan sampek! Bisa malu lahir batin punya adek modelan kaya preman komplek. Ewh! Engakkk!.

-
-

Alvaro menangkap sosok yang memang ditunggunya sejak tadi. Ia merasa pria itu tadi berada di belakangnya, tapi mengapa ia harus menunggu lima belas menit disini.

"Hayo tebak siapa, hayo, hayo." kata Revan menutup matanya sendiri.

Alvaro hanya memandangnya risih. "Sok polos banget sih bangsat. Kaya ga punya salah." 

Revan tertegun mendengar kalimat yang baru saja di lontarkan Alvaro 'sok polos?' 'salah?', apa maksud sahabatnya ini.

"Lo suka sama dia?" Tanya Alvaro to the point.

"Maksud lo? Dia siapa?" tanya Revan bingung.

"Haha, tukang tikung." Alvaro tertawa sumbang

"Maksud lo apa sih?!" Tanya Revan semakin tidak mengerti.

Bugh

Revan tersungkur ketanah dengan luka sobek di sudut bibirnya.

Masih dengan rasa penasaran Revan bangkit dari posisinya. Menatap lekat manik hitam milik sahabatnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALVaThaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang