"Aston, kenapa ya orang-orang itu pergi?"
"Karena memang sudah waktunya." Jawab Aston asal.
"Waktunya?"
"Iya. Waktunya dia pergi, meninggalkan?"
"Ishh! Bukan meninggal!"
Aston tergelak.
"Keey, kadang emang gitu. Allah cuma pengen mempertemukan, bukan menyatukan."
"Tapi, kenapa harus ketemu kalau nggak bersatu?"
"Beberapa Allah kirim buat memberi pelajaran, Keey. Bukan kebahagiaan."
Kiki terdiam, Fahmi memberi Kiki kebahagiaan, kok. Dulu Fahmi selalu membahagiakan Kiki.
"Keey?"
"Ya?" Kiki menoleh.
"Kenapa ya, orang-orang itu nggak pernah lihat perjuangan kita?"
"Emh.. mungkin perjuangan kita kurang keras."
Aston tersenyum, gadis di sampingnya ini, kenapa bisa sangat polos?
"Ya karena perjuangan itu bukan batu, Keey." Aston menyentil dahi Kiki.
Kiki mendengus.
"Jangan sentil-sentil!"
"Setelah lulus nanti, kamu mau ke mana?"
"Nggak tahu." Kiki menatap lurus ke depan.
"Loh? Nggak pulang ke Bandung?"
"Kiki nggak tahu pulang kapan,"
"Karena kamu nggak akan pulang kalau dia belum pulang, kan?"
Kiki menunduk.
"Kamu nggak bisa menghukumi banyak orang, cuma karena kesalahan seseorang di hidupmu, Keey."
"Kiki cuma nggak mau pulang ke Bandung sebelum dia pulang, itu aja."
"Kalau dia nggak pulang?"
"Ya Kiki nggak pulang."
"Nggak kangen sama Bunda?"
Kiki kembali menunduk.
"Kalau libur beberapa hari, pulang denganku, mau?"
Kiki menoleh.
"Ke Bandung?"
"Ke Jogja juga boleh. Tapi kan sudah pernah."
Kiki terkekeh, "Ke Jogja terus, masa?"
"Makanya, aku udah sering ajak kamu ke Jogja. Tapi kamu nggak pernah ajak aku ke Bandung."
"Entahlah Aston.. Kiki hanya-"
"Jangan jadi pengecut, Keey. Kalau memang dia tidak pernah ada, masih ada aku."
"Tapi kenapa?"
"Kenapa?" Ulang Aston tidak mengerti.
"Kenapa Aston selalu ada?"
"Nanti kamu akan mengerti kenapa aku selalu ada." Aston mengacak puncak kepala Kiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEYARA 2
Teen FictionSquel K E E Y A R A, jadi anggap saja ini K E E Y A R A dua, ya. Yang selama ini nunggu-nunggu, terimakasih. Ini kisah Kiki dan Fahmi dewasa, yang lebih mengerti apa arti hidup dan cinta. Tentu saja lebih pelik, dengan segala keputusan-keputusan yan...