Bab 28

1K 62 1
                                    

Okaaaaaaaay setelah sekian lama Kiki menepi dari hiruk pikuk wattpad.

Mari kita lihat kehidupan Kiki setelah pernikahan wkwkwkwkwk.

_____________

Acara resepsi sudah selesai.
Bahkan Kiki sudah membersihkan dirinya, dia sudah mandi dan berganti pakaian. Kiki sedang tidur terlentang di kasurnya sembari bermain ponsel. Kiki sibuk membalas pesan dari teman-teman kuliahnya yang rata-rata tidak bisa datang karena terpaut jarak. Mereka bergurau akan datang jika PP ditanggung oleh Kiki. Sedangkan Fahmi sedang mandi di kamar mandi.

"Makan yuk!" Ajak Fahmi saat selesai mandi dan berganti pakaian.

"Makan apa?" Kiki hanya melirik Fahmi.

"Makanan sisa resepsi masih banyak bukannya?"

"Nggak modal banget makan makanan habis resepsi." Kiki mendengus.

"Lah, kalau nggak dimakan kan mubadzir, Ki." Fahmi menjatuhkan dirinya di samping Kiki.

"Dih, Fahmi! Sempit tahu!" Kiki menggeser tubuh jangkung Fahmi.

"Siapa suruh punya kasur kecil gini?" Fahmi justru memejamkan matanya.

"Gila, capek ya Ki. Aku nggak mau deh resepsi lagi, capeknya kaya gini." Imbuh Fahmi dengan mata tertutup, merasakan nyeri-nyeri di tulangnya karena lelah seharian mengikuti acara resepsi.

Kiki mendelik, "Emangnya Fahmi mau nikah lagi apa?!"

Fahmi tergelak, "Ya kan enggak. Aku tadi kan bilang kalau nggak mau resepsi lagi."

"Itu maksudnya lagi mikir kemungkinan buat nikah lagi!" Kiki bangun, dia duduk.

"Udah sana! Nggak mau Kiki dekat-dekat Fahmi. Nikah belum ada 48 jam udah mikir mau nikah lagi." Kiki kembali mendorong tubuh Fahmi.

"Ya Allah Yang, enggak.." Fahmi terdengar pasrah.

"He? Yang?" Terdengar aneh di telinga Kiki.

"Ya emangnya kenapa? Nggak boleh manggil istrinya kaya gitu?"

"Ya boleh sih.. tapi aneh."

"Aneh di mananya coba? Besok aku beli kasur baru yang gede." Fahmi beranjak.

"Buat apa kasur yang gede?" Kiki bingung.

"Biar leluasa kalau guling-gulingan sama kamu." Fahmi keluar kamar dengan terbahak karena sudah bisa menebak bagaimana ekspresi Kiki ketika mendengar ucapannya.

"Fahmi! Jangan kurang ajar!" Kiki melempar bantal ke arah pintu, luput, bukannya mengenai Fahmi bantal itu justru membentur tembok.

Fahmi menuruni tangga rumah Kiki. Dia menemukan anggota keluarga yang lain sedang bersiap untuk makan malam.

"Mi, udah mandi?" Tanya Amira.

"Udah, Bun." Jawab Fahmi sembari duduk di depan Ken."

"Mana bini lo?" Tanya Ken.

"Tuh, di kamar. Bentar lagi juga keluar."

"Tenggat waktu lo cuma seminggu buat kasih ponakan ke gue."

"Njir apaan pake tenggat waktu segala. Dipikir deadline tugas kuliah." Fahmi mendengus.

"Ya iyalah. Biar lo serius ngerjainnya."

"Lah? Gue mah serius terus bang. Lo minta besok juga gue kasih. Langsung gue bikinin malam ini." Fahmi tergelak.

Tawa Fahmi berhenti ketika rambutnya dijambak dari belakang.

"Jangan kurang ajar terus!" Ucap Kiki.

"Ya Allah Ki, KDRT banget sih?!" Fahmi mengalah.

Ken justru tergelak.

Kiki duduk di samping Fahmi. Sedangkan Amira duduk di samping Ken, dan Keenan duduk di ujung meja. Amira mengambilkan makanan untuk Keenan. Sedangkan Kiki mengambilkan makanan untuk Fahmi.

"Lah? Gue sendiri ini yang nggak ada yang ngambilin makanan? Nasib nasib, jomblo gini amat." Ken memelas.

"Makanya buruan nikah." Cibir Kiki.

"Nikah baru tadi siang aja lo, songong." Ken mengambil nasi untuk dirinya sendiri.

"Yang penting udah nikah." Cibir Kiki.

"Fahmi masa mau beli kasur, Yah." Ucap Kiki pada Keenan.

"Loh, buat apa?" Tanya Keenan.

"Katanya kasur di kamar Kiki kecil, sempit." Balas Kiki.

Keenan tersenyum, "Ya kan itu emang kasur buat kamu waktu masih jomblo, Dek."

Fahmi terkekeh, "Aku nggak bener-bener mau beli kasur kok, Ki."

"Terus? Fahmi mau emang tidur di lantai?"

"Ya nggak lah."

"Tapi kan kasurnya sempit katanya."

"Tapi aku nggak mau beli kasur."

"Terus?"

"Aku maunya beli rumah."

"Fahmi pikir rumah tu murah." Kiki menatap Fahmi.

"Ya enggak. Tapi pengin aja emang nggak boleh?" Fahmi membalas tatapan Kiki.

"Sudah, sudah. Makan dulu. Itu bisa kita bahas nanti. Lagian tinggal di sini juga nggak papa, Mi. Bunda sama Ayah nggak masalah." Ucap Amira lembut.

"Gue juga nggak masalah." Imbuh Ken.

Kiki menanti tanggapan Fahmi.

"Iya Bun, Fahmi juga nggak masalah tinggal di sini. Tapi kan lebih baiknya Fahmi sama Kiki tinggal sendiri. Biar kita sama-sama belajar tanggungjawab juga."

"Yasudah kalau itu yang kamu mau. Nanti kita bahas lagi. Sekarang makan dulu." Ucap Keenan.

KEEYARA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang