Fahmi duduk di samping Kiki. Di trotoar pinggir jalan. Banyak mahasiswa yang lalu lalang. Mereka sesekali melirik Fahmi dan Kiki, tapi tidak berhenti.
Kiki terus menenggelamkan wajahnya di antara tumpukan tangan dan lutut.
"Aku brengsek, ya."
"Aku udah ngebiarin kamu nunggu bertahun-tahun. Aku emang brengsek, Ki."
"Ki, aku udah pulang sekarang." Fahmi menghadap Kiki, membimbing Kiki untuk melihatnya.
Kiki melihat Fahmi. Semesta, lelaki ini kenapa semakin tampan?
Fahmi menahan mata Kiki dengan ibu jarinya, hal yang biasa dia lakukan dulu ketika Kiki menangis. Kiki semakin menangis ketika mendapat sentuhan itu. Rasanya, Kiki rindu sekali.
"Fahmi brengsek.." umpat Kiki pelan.
"Iya, aku brengsek, Ki. Aku lelaki paling brengsek di dunia."
"Kenapa Fahmi pergi?" Kiki menatap Fahmi lekat.
"Aku nggak pernah benar-benar pergi, Ki. Aku selalu merhatiin kamu dari jauh. Aku tahu kehidupan kamu di sini. Kamu yang nggak pernah berani pulang ke Bandung, aku tahu semuanya."
"Aku pernah bilang kalau aku janji bakal cepat pulang, dan kamu harus bisa menghargai setiap usahaku, kan?"
"Tentang bertahun-tahun aku menghilang, aku nggak pernah benar-benar hilang. Aku di sana belajar, Ki. Aku sadar kalau aku pengen cepat pulang dan ketemu kamu, aku harus belajar lebih keras lagi. Aku sengaja nggak pernah hubungin kamu, aku cuma pengen waktu aku pulang nanti, ada sesuatu yang harus kutebus dengan luar biasa. Hari-hariku selama bertahun-tahun, yang hilang tanpa kamu itu bukan hari biasa, Ki. Tiga tahun lebih aku menahan diri biar nggak hubungin kamu, aku mau fokus sama study-ku, dan setelah pulang, aku mau menebus semuanya dengan hebat. Denganmu."
"Kalau kamu mikir aku lupain kamu, aku cari penggantimu di sana, kamu salah, Ki. Nggak ada selangkah dari setiap langkahku yang tujuannya bukan kamu. Ke manapun aku melangkah di sana, kamu selalu jadi tujuannya."
"Fahmi bohong!"
"Kasih aku satu bukti kalau aku pernah bohongin kamu." Fahmi menatap Kiki tajam.
Semesta, tatapan tajam itu masih sama. Lelaki jangkung di depannya ini, masih Fahmi dengan tatapan elang yang dulu.
Kiki menunduk, dia semakin menangis. Fahmi tidak pernah berbohong padanya, tapi kenapa kali ini sulit sekali untuk percaya.
"Kadang kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, Ki. Kita harus berani bersikap luar biasa untuk mengalahkan mereka yang biasa-biasa saja. Mungkin kalau kemarin kita biasa-biasa saja, bertukar pesan setiap saat, teleponan setiap saat, aku nggak akan di sini. Aku pasti terlena. Aku pasti mikir kalau kamu selalu di sampingku, padahal itu semu. Ada bersama yang lebih nyata, aku di sini, di depanmu. Ini kenyataan yang selalu aku impikan selama bertahun-tahun, Ki."
"Aku berlebihan, ya? Iya, memang. Itu karena aku Muhammad Fahmi. Kamu tahu sendiri kemampuan otakku biasa saja, Ki. Aku lebih suka futsal daripada belajar. Dan di Belanda, aku sadar. Kalau aku terus seperti ini, aku nggak akan bisa ketemu kamu secepatnya. Setelah dapat kabar target wisuda kamu bulan ini, aku selalu berusaha ngebut selama satu tahun."
"Aku nggak tahu apa kamu masih kuat nunggu alu kalau aku terlalu lama di sana. Jarak kita bukan cuma Bandung-Solo, Ki. Tapi Solo-Belanda. Dan aku nggak tahu berapa banyak lelaki yang mau gantiin posisi aku di sini."
"Posisi Fahmi masih sama." Kiki masih menangis.
"Aku tahu, kamu pasti nggak akan biarin siapapun buat gantiin posisi aku, kan?" Fahmi mengusap pipi Kiki yang penuh air mata.
Kiki ragu-ragu menyentuh wajah Fahmi. Jari lentik Kiki menyusuri kening Fahmi, turun ke matanya, menyentuh pipinya, berakhir di rahang tegas Fahmi.
Kiki semakin menangis, dia memeluk Fahmi erat. Dadanya sakit sekali, ada perasaan yang bertolak belakang di sana. Kiki bahagia Fahmi pulang, tapi dia merasa terlalu bodoh karena menerima kepulangannya begitu saja.
Fahmi memeluk Kiki sangat erat. Dia sangat merindukan gadis mungilnya. Kerja keras Fahmi akhirnya terbayar juga.
Fahmi landing di bandara kemarin sore. Ken yang menjemputnya. Amira dan Keenan tahu tentang kepulangan Fahmi, mereka sengaja tidak memberitahu Kiki karena ini kejutan. Mereka kira Kiki akan senang, rupanya justru sebaliknya.
Fahmi sudah di sini. Fahmi berjanji, dia akan menyingkirkan siapapun yang berusaha mendekati gadis mungilnya. Fahmi sudah kembali, Muhammad Fahmi sudah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEYARA 2
Teen FictionSquel K E E Y A R A, jadi anggap saja ini K E E Y A R A dua, ya. Yang selama ini nunggu-nunggu, terimakasih. Ini kisah Kiki dan Fahmi dewasa, yang lebih mengerti apa arti hidup dan cinta. Tentu saja lebih pelik, dengan segala keputusan-keputusan yan...