Kiki baru saja pulang dari mengurus undangan dengan Fahmi. Mereka sudah mantap untuk menikah. Penjelasan Fahmi benar-benar membuat Kiki yakin dan percaya bahwa ketakutannya tidak akan pernah terjadi.
"Fahmi, nanti siapa aja yang mau diundang?"
"Yang pasti semua lelaki yang pernah jatuh kepadamu, harus diundang."
"Kenapa?"
"Biar mereka tahu. Kalau cuma aku lelaki yang kau tangkap ketika menjatuhkan diri dan hati padamu."
Kiki melirik Fahmi malas, "Fahmi kenapa selalu sombong, sih?"
"Ya ada yang disombongin." Fahmi mengangkat bahunya acuh.
Bisa dikatakan Fahmi adalah lelaki paling bahagia hari ini karena satu langkah lagi dia akan menjadi satu-satunya lelaki yang bisa memiliki Kiki.
Hari demi hari berlalu dan persiapan pernikahan Fahmi juga Kiki sudah hampir selesai. Undangan sudah tersebar, gaun pengantin sudah jadi, tempat dan catering, semua hal yang dibutuhkan telah tersedia. Lusa Kiki dan Fahmi akan melangsungkan akad pernikahan, sedangkan Keenan sedang dalam perjalanan pulang hari ini.
Kiki mengundang teman-teman SMA-nya, termasuk Nandes. Juga teman-teman kuliahnya termasuk Aston. Aston terkejut bukan main ketika menerima undangan pernikahan itu. Rasanya seperti tertimpa gunung Lawu di tengah hujan badai. Gadis manis yang membuat Aston jatuh sejatuh-jatuhnya kini telah menjadi milik orang lain.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kiki sudah siap dengan pakaian pengantin yang begitu ia impikan. Dia harus berterimakasih kepada Fahmi yang telah mewujudkan pesta pernikahan impiannya. Dari dulu, Kiki ingin menikah dengan nuansa klasik yang sederhana. Bukan seperti gadis-gadis di luar sana yang bermimpi memiliki pesta pernikahan bak negeri dongeng, Kiki justru kebalikannya. Bagi Fahmi sendiri, tidak masalah Kiki ingin pesta pernikahan yang seperti apa. Bagi lelaki seperti Fahmi, akan lebih mudah jika menuruti keinginan perempuan. Selain mempersingkat waktu juga menghemat energi karena tidak perlu berdebat sana-sini.
Akad pernikahan berjalan dengan khidmat dengan Keenan sebagai penghulu. Serangkaian acara itu berlangsung sampai resepsi. Hampir seluruh tamu yang Fahmi dan Kiki undang, datang. Bagi kedua keluarga itu, ini bukan hanya pernikahan, namun juga ajang silaturahmi dan ajang bisnis. Terlebih untuk Somad.
Seorang lelaki datang dengan wanita di sampingnya. Wanita berkulit sawo matang, Inayah.
"Ki? Ya Allah seneng lihatnya." Inayah memeluk Kiki erat.
"Kamu cantik banget." Inayah berkaca-kaca melihat sahabatnya memakai gaun pengantin.
Kiki juga berkaca-kaca.
"Kiki senang Inayah datang. Terimakasih sudah datang jauh-jauh dari Solo. Sama siapa?"
"Tuh." Inayah menunjuk seorang lelaki yang tak jauh darinya.
"Aston?" Panggil Kiki pelan.
"Happy wedding, Keey." Aston menepuk pundak kecil Kiki pelan.
"Aston, are you.."
"I'm okay, Keey. Aku sudah kalah sejak dulu."
Aston menatap Fahmi yang berdiri di samping Kiki dan tersenyum.
Fahmi membalas senyumnya dengan sumringah.
"Happy wedding, bro!" Aston ber-high five dengan Fahmi.
"Thanks. Sorry buat masalah kemarin." Fahmi menyambutnya dengan senang hati.
"Nggak apa-apa. Aku bangga pernah berjuang buat cewek kaya Kiki. Meski akhirnya kalah, seenggaknya aku udah buktiin ke diriku sendiri kalau aku udah pernah nyoba. Titip Kiki, ya."
Fahmi meraih pundak kecil Kiki, "Kiki di tangan orang yang tepat."
Kiki tersenyum, begitu pula dengan Inayah.
Tamu silih berganti, sampai pada seseorang yang lain berada di hadapan Kiki. Seorang lelaki yang tak kalah tampan, atlet basket yang menyandang sebagai kakak kelas Kiki sewaktu SMA. Nandes, dia tidak menyangka jika Kiki akan menikah secepat ini dan dengan Fahmi dia menikah. Nandes kira kisah cinta mereka hanya cinta monyet yang akan berakhir ketika masa SMA berakhir. Nandes tidak tahu betapa Fahmi mempersiapkan hari ini, mempersiapkan semuanya dengan baik. Nandes lupa jika lelaki yang bersama Kiki saat ini adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab.
Nandes datang dengan seorang wanita berambut ikal dengan wajah oval dan kulit sedikit gelap. Sepertinya dia kekasih Nandes.
"Congrats, Ki!" Nandes tertawa di depan Fahmi. Hubungan mereka membaik semenjak Fahmi di Belanda. Mereka tidak pernah berkomunikasi, namun permasalahan kecil itu hilang dengan sendirinya. Bagi mereka tidak pantas jika lelaki dewasa memperebutkan gadis kecil seperti Kiki. Meski sampai sekarang Fahmi terus melakukannya dengan siapapun.
"Happy wedding ya. Gue kira nggak bakal nyampe nikah Lo." Tambahnya.
Fahmi terbahak, "Anjir Lo. Siapa?" Fahmi melihat gadis yang ada di samping Nandes.
"Oh, dia? Rania. Cewek gue. Asli Bali, tapi satu kampus." Jelas Nandes.
Kiki hanya ber-Oh ria, akhirnya pertanyaannya terjawab juga.
Nandes menatap Kiki kemudian mengelus puncak kepalanya pelan.
"Cantik ya adek gue. Udah nikah aja." Nandes terkekeh.
Tanpa ijin, Kiki memeluk Nandes. Di depan Fahmi dan Rania.
"I love you, Kak."
Nandes terkekeh.
"I love you more, Kee. Gue tahu, ini cuma ucapan cinta dari adek ke kakak, kan? Gue nggak boleh baper sama istri orang kan?"
Kiki terkekeh mendengarnya. Dia melepas pelukan itu, tanpa sadar Kiki menangis. Bagaimanapun Kiki pernah menolak Nandes dulu, dan Nandes pernah menjadi orang yang selalu menemani Kiki ketika Fahmi bersama Naina.
"Masih aja cengeng. Udah jadi istri orang juga. Jangan nangis, nanti cantiknya ilang." Nandes mengusap pipi Kiki lembut.
Kiki hanya tersenyum kecil membalasnya.
"Kakak yang betah ya di sini. Jangan buru-buru pulang, tunggu Kiki selesai acara dulu ya. Kiki kangen. Kiki pengen cerita banyak." Kiki merengek.
Nandes tersenyum, "Iya. Kenalin dulu ini." Nandes merangkul Rania.
Kiki tersenyum dan mengulurkan tangannya, Rania justru menyambutnya dengan pelukan hangat.
"Happy Wedding, Keeyara. Keeyara right?"
Kiki terkekeh dan mengangguk.
"Keeyara Asyqilla." Dia memperkenalkan dirinya.
"Raniashinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEYARA 2
Teen FictionSquel K E E Y A R A, jadi anggap saja ini K E E Y A R A dua, ya. Yang selama ini nunggu-nunggu, terimakasih. Ini kisah Kiki dan Fahmi dewasa, yang lebih mengerti apa arti hidup dan cinta. Tentu saja lebih pelik, dengan segala keputusan-keputusan yan...