#9

65 12 1
                                    

Setelah sampai di depan rumah Andi Zelda termangu melihat betapa besarnya rumah Andi ini. Dua kali lipat dari rumahnya. Bukan, lebih bisa di anggap lima kali lipat.

"Ini rumah Andi? Beneran. Gue udah temenan sama dia dua tahun tapi gue baru tahu. Gila!"

"Kenapa kaget gitu?" Zayden memarkirkan mobilnya dengan rapi dan melepas sabuk pengamannya dan ia juga melepaskan sabuk pengaman Zelda.

Zelda menatapnya dengan pandangan terkejut dua kali. "Eum." Zelda gugup. "Ayo buruan." Ia dengan cepat membuka pintu mobil dengan canggung.

TingTong assalamualaikum.

Tidak lama pintu bernuansa hitam besar dan tinggi itu terbuka lebar dan muncullah sosok cowok dengan rambut berantakan dan wajah yang kusut seperti bangun tidur. "Oh Zelda? Sendiri?" Tanyanya sambil mengucek matanya.

"Oh nggak ada Zayden masih di mobil. Lo baru bangun atau gimana?"

"Baru bangun, gue ketiduran di sofa. Masuklah." Andi menarik tangan Zelda agar segera masuk. Disusul oleh Zayden yang berlari.

Zelda hendak duduk, "apa lo tinggal sendiri?" Tanyanya masih dengan melihat isi dalam rumah itu.

"Orang tua gue dua-duanya di luar negeri, gue di sini sama pembantu aja." Jelasnya sambil duduk.

"Di rumah sebesar ini lo ditinggal sendirian?" Tanyanya tidak percaya. Zelda merasa kasihan kepada Andi. Ia harus berbuat baik kepada Andi. Sedangkan Zayden hanya melihat perbincangan mereka.

"Iya," jawabnya sambil menggosok puncak kepala Zelda dan berlari ke dalam. "Gue mau mandi, bentar aja, habis ini minuman datang tenang aja." Lanjutnya.

"Eum. Zay apa rumah lo juga besar kayak gini?"

"Kenapa?"

"Nggak papa tanya aja."

"Bisa dibilang begitu. Kapan-kapan gue ajak deh lo." Ketusnya.

Zelda tidak menjawab ia lebih memilih berjalan-jalan di rumah ini. Mungkin dengan rumah besar ini ia tidak perlu jalan-jalan karena kemanapun rasanya sudah seperti jalan-jalan. Dan juga ia bisa membuat perpustakaan lebih besar lagi untuknya. Membayangkan saja ia sudah sangat senang.

***

Setelah mereka bertiga selesai memesan banner. Mereka tidak langsung pulang karena Zayden sudah menjanjikan Zelda untuk membelikannya novel di toko buku. Andi hanya mengikuti di belakang dengan malas. Sedangkan Zelda menjadi sangat lincah ketika berada di toko buku. Ia berputar-putar karena terlalu banyak buku fanfiction favoritnya yang baru.

"Eh Zay gue harus pilih satu ya? Ini yang gue pengen ada tiga..." Ucapnya memanjang dan sedikit berbicara dengan imut. "Zayden belikan tiga ya? Saranghae." Lanjutnya berbisik manja. Baru kali ini Zelda bersikap seperti itu.

Zayden merasa geli namun ia senang mendengar permintaan gadis ini. "Ambil yang lo mau. Gue juga mau beli buku genre fantasi romance."

"Euk... Lo suka baca?"

"Iya dong."

Zelda hendak mengikuti Zayden namun tidak jadi. Ia kembali memilih buku yang lain. Sedangkan Andi, menunggu di tempat duduk sambil bermain ponsel.

"Membosankan!" Desah Andi. Ia melihat keberadaan Zayden dan Zelda yang sudah berada di kasir. Andi buru-buru berlari ke arah mereka.

ZELDA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang