#19

82 10 4
                                    

[Hallo Zel, Lo masih di sana kan?]

Zayden mengambil ponsel yang berada tepat di ujung sepatunya. Ia mengerutkan keningnya karena tertera sebuah nama 'Chandraku' sudah salah besar ia kepada Zelda dan tidak sepantasnya menanyakan hal yang tidak penting seperti ini. Zayden lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"Hay, Lo kenal suara gue kan bro?"

[Di mana Zelda? Please jangan bikin dia lebih buruk lagi. Lo benar-benar ja—] Zayden memutuskan sambungan telepon itu. Ia mengetuk pintu kamar itu lagi.

"Zel, maaf udah jahat sama kamu."

Zelda menyandarkan diri pada pintu dan menangis. Ia datang kesini untuk berbahagia bukannya seperti ini yang ia mau. Ia lalu terduduk sambil melamun. Dengan mata yang merah dan hidung yang sudah memerah—keadaannya benar-benar buruk. Sejujurnya ia menginginkan bertemu dengan Zayden, memeluknya erat dan tidak akan melepaskan lagi. Tetapi, ia masih merasa sakit hati ketika melihat wajah Zayden. Zayden masih terus mengetuk pintu. Akhirnya, Zelda mengusap air matanya dan membuka pintu. Zayden bisa melihat mata sembab Zelda dan hidung merahnya. Zayden berusaha tersenyum melihat gadisnya ini. Namun, Zelda tiba-tiba menyambar ponsel miliknya di tangan Zayden tanpa menatap mata Zayden sama sekali. Zelda hendak menutup pintu namun ditahan. "Zel kamu nggak kangen sama aku?"

"Maaf—" Zelda menunjukkan sebuah cincin yang melingkar pada jari manisnya. Seketika itu Zayden langsung mundur dan membiarkan pintu itu tertutup sebelum itu Zelda mengucapkan, "Aku benar-benar sakit hati dengan caramu pergi, Zay."

Sebuah cara licik yang membuat Zayden pergi, ini semua berkat novel-novel yang ia punya. Setelah itu, Zelda menghempaskan tubuhnya pada kasur. Ia menangis sekeras-kerasnya dan menutup kepalanya dengan sebuah bantal. Hatinya benar-benar hancur. Ia membuka ponselnya yang sepi lalu menutupnya lagi. Ia menenangkan diri dan pikirannya sebentar lalu bangkit dari tidurnya.

Zelda memoleskan make up pada wajahnya, ia sekarang terlihat sangat cantik dan segar kembali. Ia tidak boleh menangis karena ia sekarang akan bertemu boyband kesayangannya. Saat keluar dari penginapan semua aman tidak ada Zayden atau siapapun.

Sesampainya di tempat konser wajah dan perilakunya berubah menjadi sangat ceria. Tetapi, ia sendirian. Ia mencari seorang teman dan dengan cepat ia bertemu dengan seseorang yang membuatnya berteriak sangat kencang. "Wendy!" Wendy yang sedang bermain ponsel sendirian pun langsung menoleh dan melihat teman SMA-nya sedang di Korea. Respon pertama kali Wendy adalah mencoba mengingat siapa Zelda dan dalam hitungan detik Wendy berteriak lalu berlari memeluk Zelda. "Kangen." ucapnya.

Cukup lama mereka berpelukan lalu Zelda melepaskannya. "Gue bener-bener nggak nyangka bisa ketemu lo disini. Terbang kesini dari kapan?"

Wendy tersenyum hingga menunjukkan giginya,"Gue tinggal disini." 3 kata dari jawaban itu membuat mata Zelda membulat.

"Gue beneran nggak pernah denger kabar tentang lo pantes aja. Kerja apa?"

"Arghh gue jadi presenter televisi."

"Waw hebat sekali. Selamat!"

"Mata lo kenapa? Habis nangis ya?" Tanyanya melihat mata di balik kacamata Zelda.

"Arghh, kemarin gue nonton drama jadi habis nangis hehe."

Wendy mencibir, "dari dulu sampai sekarang gitu mulu. Suka banget sama nangis sih?" Zelda tidak menjawab. "Ayo. Kayaknya tempat duduk kita nggak deketan deh." Zelda mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Nggak papa nanti kalau pulang kan bisa barengan. Aku seneng banget tahu, aku selalu sendirian ketika nonton konser."

"Emang nggak ada teman?" Wendy menggelengkan kepalanya. "Kemarin gue ketemu Eza, kita berdua satu pesawat, tapi sekarang gue nggak tahu dia di mana."

ZELDA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang