#11

67 14 2
                                    

"Mungkin memang tidak ada kebahagiaan untuk diriku ini." Batin Zayden.

"Gue mau pulang dulu," ucap Zelda tanpa bersalaman dengan kedua teman-temannya. Ia memakai tudung Hoodie di kepalanya dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku Hoodie.

Tidak ada yang menjawab ataupun mencegahnya.

"Lo apa-apaan?" Tanya Zayden setelah Zelda keluar dari pintu itu tapi sebenarnya ia masih di balik pintu. "Bukannya lo ngedukung gue ya waktu itu? Terus kenapa sekarang lo ambil alih garis finish gue?" Zayden mengacak-acak rambutnya. "Oke sementara ini kita pura-pura saja tidak ada apa-apa, tetaplah bertemu Zelda seperti tidak ada apa-apa."

Andi hanya diam.

"Oke terserah lo. Gue balik bye!" Mendengar itu Zelda berlari menuju mobilnya dan dengan cepat meninggalkan rumah itu, meskipun ketika ia berbelok Zayden melihatnya.

"Dia mendengar semuanya," ucap Zayden kepada dirinya sendiri. Ia tidak perduli. Semuanya sudah kacau karena seekor ulat liar.

Di dalam mobil Zelda masih berfikir dengan semua kejadian ini. Ia benar-benar merasa sangat gampangan dan ia terlihat murahan. Benar-benar sesuatu yang berbeda. Ia menyentuh bibirnya dan berfikir, "apa tadi gue membalasnya? Kenapa Andi berubah menjadi sangat agresif?" Ia berdecak kesal.
"Gue lelah sebaiknya gue harus cepat pulang dan tidur."

***

"Whoaaa." Zelda menguap dan berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat jam yang masih pagi. Jadi ia bergegas untuk melaksanakan salat subuh.

Sarapan kali ini ia tidak bisa menikmatinya dengan tenang pikirannya masih dipenuhi dengan Andi yang aneh dan Zayden yang sedang tersakiti. Ia mengerti bahwa Zayden menyukainya jadi bisa dipastikan bahwa Zayden tengah patah hati. Zelda berfikir bagaimana nanti ketika ia bertemu Andi dan Zayden. Apakah masih tetap sama. Ia berfikir keras dipagi hari. Ia tidak ingat bahwa hari ini ada ulangan matematika peminatan.

Zelda memasuki kelas dengan memberi salam. "Assalamualaikum." Namun tidak ada yang menjawabnya. "Woy ada salam itu dijawab." Teriaknya yang langsung dibalas. "Wa'alaikumsalam." Oleh seluruh isi kelas yang masih terisi dua orang. Masih sangat pagi sekali. Ada Bimo dan Daril. "Tumben lo berangkat jam segini?" Tanya Daril.

"Lo berdua juga tumben?" Zelda melepas tasnya dan menaruhnya di bangku. Ia lalu mengeluarkan sebuah novel dan duduk membaca.

"Hem gue lagi marahan nih sama sherly, udah seminggu lebih dia nggak mau ngelihat gue sama sekali terus chat gue juga cuma diread." Ucapnya mengajak bicara Bimo dan Zelda.

Bimo yang berada di jendela mendekati bangku Daril yang nampak berfikir. Bangku Daril yang berjarak dua deret dari bangkunya hanya mendengarkan dan ikut menyahuti, "emang masalah apa?" Tanya Zelda.

"Biasanya cewek paling lama kalau marah itu tiga hari ril. Kalau lebih berarti ada penggantinya." Ucap Bimo enteng.

Zelda menutup novelnya keras. "Bimo kok lo ngomong gitu sih?"

"Iya bisa jadi sih Zel. Masalahnya juga karena gue main futsal terus, setiap habis maghrib, sampai malam, terus pas malem Sherly udah tidur jadi gitu deh awalnya." Jelas Daril.

Bimo bertanya"Gitu doang?"

"Nggak semua cewek betah di tinggalin mulu!" Ucap Sherly yang baru datang. "Assalamualaikum." Lanjutnya.

ZELDA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang