#13

54 13 0
                                    

PERINGATAN!!!
BAB INI HANYA BOLEH DIBACA OLEH UMUR 15+

*Nb : Bila memang penasaran, semua terserah kalian:")

***

"Akhirnya, kami berciuman."

Terlihat indah sekali dalam imajinasinya. Zelda tersenyum membayangkan hal tersebut. Ia berbaring di ranjangnya yang berwarna pink itu. Ia menggigit bibir bawahnya karena sangat senang dengan imajinasinya sendiri. Kenapa hidup di dalam imajinasi begitu indah? Ia selalu bertanya-tanya tentang hal tersebut. Mungkin memang benar bahwa Zelda menyukai Zayden. Zelda baru saja mengakuinya. Ia akan berbicara kepada Zayden esok hari.

Esoknya Zayden tidak datang ke sekolah. Cocok sekali, haruskah sekarang waktu yang tepat untuk tidak masuk sekolah sedangkan besok adalah ujian kenaikan kelas? Sudah berbulan-bulan berteman dan ia marah karena kemarin? Mungkin memang Zayden sangat marah. Tidak ada cara lain selain mendatangi rumahnya. Iya Zelda benar-benar ke rumah cowok itu dengan bantuan Ella teman sekelas Zayden sekaligus temannya. 

"Sayang sekali gue tidak tahu rumahnya!" Ucap Ella kesal dengan GPS yang sedang error. Ella tahu karena bantuan GPS. Tahi sekali, tadi dia bilang tahu padahal.

"Lah? Terus?" Tanya Zelda bingung.

"Kenapa nggak minta bantuan Andi?" Tanya Ella balik.

"Arghh. Tidak perlu. Lo kalau capek, pulang aja deh, nggak papa, nanti gue pulangnya bisa naik bus."

"Horree. Gue pulang ya? Bye!" Dengan berat hati Zelda turun dari motor Ella.

Zelda mengotak-atik ponselnya sambil berjalan di jalan yang lebar tetapi sepi sekali. Di GPS terlihat sangat dekat dengan rumah Zayden. Namun, hanya terlihat pagar-pagar yang tinggi di depannya. Sekarang Zelda sudah tepat di rumah Zayden yang hampir seluruhnya mirip seperti pabrik. Pagarnya sangat tinggi. Ia mencari keberadaan bel. Namun, tidak ada. Aneh sekali tidak ada sama sekali tulisan 'tamu harap lapor' atau apapun itu.

Hampir setengah jam Zelda Hanya di depan pagar itu. Tiba-tiba pagar seperti akan dibuka. Karena perasaannya tidak baik, ia bersembunyi di pojok pagar rumah ini. Terlihat mobil yang biasa Zayden pakai tetapi, Zelda tidak bisa melihat siapa yang menyetir karena kaca mobil yang hitam. Meskipun ia memakai kacamata namun kacamata ini tidak menembus kaca hitam. Anehnya, ada Zayden yang mengejar mobil itu. Zayden menangis.

"Ada apa denganya?" Ucap Zelda khawatir.

Zayden hingga terduduk menangis seperti anak kecil yang ditinggal orang tuanya. Jangan-jangan memang benar. Zelda ragu untuk mengampirinya. Tetapi, ia tetap menghampiri Zayden. Zelda memeluk Zayden tiba-tiba. Beruntunglah Zayden tidak menolak. Zelda mengelus rambutnya dan memeluk Zayden erat. Tiba-tiba Zayden berdiri dan membuat pelukannya terlepas.

Zayden mengusap matanya yang sembab, "ada apa?"

Zelda mendorong kacamatanya yang hampir turun. "Bukankah seharusnya gue yang nanya? Lo ada apa tiba-tiba nangis. Maaf.."

"Oh, nggak ada apa-apa ya? Iya udah lo pulang aja!" Ketusnya lalu berbalik dan pagar rumah itu menutup dengan sendirinya dan hampir menghilangkan punggung Zayden. "Zayden! Gue mau ngomong!" Zelda memanggilnya, pagar rumah yang hampir tertutup itu berhenti.

Sepertinya pagar itu otomatis.

"Gue tahu ini mungkin terlambat, atau mungkin waktu yang nggak pas sama sekali, gue ngerti mungkin lo marah karena kejadian kemarin. Maaf! Gue baru nyadar kalau perasaan gue ke elo itu_" belum selesai Zelda berbicara Zayden memotongnya.

"Udah terlambat!" Ucapan itu membuat pagar tinggi rumah ini tertutup.  Zelda berlari namun percuma karena memang ia tidak bisa masuk rumah ini. "Zay. Maaf..." Ucapnya bersandar di pagar rumah ini dan menangis. "Zay bila memang sedang ada masalah yang tidak gue ketahui, tolong ingatlah kata-kata ini 'Jangan pikul dunia pada pundakmu' Zayden gue cinta sama lo meskipun sekarang mungkin sudah terlambat." Ucapnya pelan.

ZELDA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang