Sendiri lagi.

70 7 0
                                    

Sejuknya hembusan pagi membuat diri ingin diam dalam suatu ruang ketenangan, dan hanya ada diri ini sendiri dan indahnya alam nusantara disana.
Dimana akan banyak inspirasi yang membuat motivasi.

Semangat baru lagi kali ini, warna baru lagi kali ini, lukisan haruslah indah. Aku kembali lagi memasuki ruang dimana aku bertemu mereka setiap hari tanpa bosan. Kelas, tempat yang harus dibuat nyaman bagaimanapun keadaannya, kelas berpengaruh pada proses belajar kita, pagi ini aku bertemu Avidan kembali, dia kembali memberi senyum walau sedikit tapi aku bersyukur, aku dan Avidan tak lagi berjauhan. Aku sama sekali tidak menginginkan kejauhan layaknya langit dan bumi, mereka satu alam tapi letak mereka berbeda, aku tidak menginginkan itu, tapi sepertinya aku ingin menjadi aku dan Avidan sendiri. Tadinya aku ingin seperti sepatu, mereka selalu bersama tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu, tapi aku rasa aku dan Avidan bisa bersatu.

Hari ini nampaknya banyak sekali jam kosong, sehingga aku sangat gabut didalam kelas, jadi sebaiknya aku keluar kelas saja dikelas nampak pengap banyak sekali orang dan saat ku keluar akhirnya aku bisa menghirup udara segar.

Saat aku keluar ada seorang perempuan memanggilku.

"Talita!" Panggil perempuan itu sambil berlari.

"Iya?" Jawabku.

"Ke kantin dulu yuk, ada yang mau ketemu nih" Ucap perempuan itu.

Aku punya firasat, orang yang ingin bertemu denganku adalah Ezra, aku sangat malas sekali bertemu denganya tapi mau bagaimana lagi, aku harus menghampirinya.

"Gamau ah, emang siapa sih?" Tanyaku.

"Ih ayok ikut dulu, nanti juga tau" Ucap perempuan itu.

"Siapa dulu ah elahhh" Ucapku.

"Itu si Ezra" Jawab perempuan itu.

Benarkan firasatku, pasti dia mau menanyakan lagi soal kemarin. Shit, aku benar benar tidak ingin membahas inii. Dan akhirnya aku pergi ke kantin dengan diantar oleh perempuan tadi.

Sampai dikantin.

"Ta? Sini" Panggil Ezra.

"Hmm" Ucapku.
Kemudian aku menghampiri Ezra.

"Ada apa sih? Nyuruh ke kantin segala" Ucapku.

"Ih cuek gitu, talita kenapa kemarin? Tiba - tiba bilang kaya gitu, tiba - tiba pengen sendiri aja tanpa alasan" Ucap Ezra.

"Ga kenapanapa si, pengen aja sendiri gitu, kemarin juga udah dijelasin kan, masa sih belum jelas, segitu blak blakan juga" Ucapku.

"Iya gajelas, pengen dijelasin sekarang disini" Ucap Ezra.

"Oh" Ucapku.

"Ih, oh doang? Cepet jelasin, kamu maunya gimana?" Tanya Ezra.

"Iya gitu" Jawabku.

"Gitu gimana ah elah" Tanya Ezra.

"Ya gitu kan udah dijelasin" Ucapku.
Aku tak pandai berkata - kata, karena itu aku lebih banyak terdiam dan mengucapkan kata yang sama, sampai akhirnya aku berani blak blakan.

"Iya gitu kan udah dijelasin di chat, aku pengen sendiri, pengen udahan, kayanya tuh saat ini aku lebih nyaman sendiri, bukannya egois. Ya tau ini sebuah kesalahan, tapi talita udah cape banget deh jadi bucin, harus rasain kecewa lah, malu lah, kesel,bete,cemburu dan lain lain" Jelasku.

"Jadi kamu malu? Punya pacar kaya Ezra? Iya tau kok, Ezra ini nakal sedangkan kamu kan baik jadi kamu dengerin omongan orang lain, dan emang Ezra bukan yang baik buat kamu, bukan type kamu" Ucap Ezra.

"Talita ga mikir gitu ih, cuma pengen sendiri udah gitu aja" Ucapku.

"Jadi tetep gitu kamu berteguh sama keputusan kamu?" Tanya Ezra.

"Iya, talita bener bener pengen sendiri, gamau pacaran dulu untuk saat ini, belum siap pacaran lagi, mau udahan, maaf yaa" Ucapku.

"Haha, iya tau kok kamu dari awal ga ada rasa sama Ezra" Ucap Ezra.

"Lah bukan gitu ih, udahlah percuma dijelasin juga, udah cape ini pengen sendiri dulu huhu" Ucapku.

"Yaudah sih, kalau itu keputusan bulat kamu, yaa Ezra terima, walau sedikit berat sih gitu, makasih yaa" Ucap Ezra.

"Hmm Iya, makasih juga hehe" Ucapku.

Percakapan akhirnya terhenti dengan kesunyian keduanya, aku mengumpulkan keberanian untuk pergi dari tempat itu, karena memang sudah tidak kuat berada disini.

"Talita ke kelas yaa?" Ucapku.

"Oh iya, silahkan, hati - hati" Ucap Ezra sambil tersenyum.

"Iya" Jawabku. sambil berjalan segera meninggalkan kantin dan pergi ke kelas.

Aku merasakan bahwa diri ini sepertinya jahat, bukan aku menyia - nyiakan orang yang sangat baik ini, tapi karena aku menghindar dari perangkap gelisah hati. Aku ingin sendiri dan tenang dalam kesendirian ini, karena aku sudah merasa ditemani dengan teman sekelasku atau dengan teman sebangkuku, Avidan.

Dijalan menuju kelas aku bertemu dengan temanku, aku sedikit bercerita dengannya dan aku mengatakan bahwa aku sudah tidak ada lagi hubungan dengan Ezra. Mungkin hanya hubungan sekedar kakak kelas dan adik kelas.

Setelahnya, aku kembali ke kelas.
Hembusan nafas tenang, memang menemaniku dalam kegelisahan ataupun kepanikan bersamaan dengan ucapan Istighfar. Rasanya hati ini sangat tenang jika kita mengingat-Nya.

Pesan dariku, bagaimanapun keadaanmu, dimanapun posisimu, siapapun dirimu. Jangan pernah melupakan sang Pencipta, karena ia adalah pemberi segala yang kamu punya saat ini, jadi tetaplah bersyukur.

Kini Avidan kembali menyapa.

"Kenapa ta? Ngapain tadi keluar?" Tanya Avidan.

"Engga ah" Ucapku.

"Ih anjir gitu, buruan nyerita, eh eh bentar lu nangis?" Tanya Avidan.

"Hehe, engga ko" Ucapku.

"Kenapa taa? Cerita dong ke Avidan" Ucap Avidan.

"Gua putus dan hehe" Jawabku.

"Lu yang mutusin kok lu yang nangis? Nyesel ya? Kalau nyesel ngapain diputusin, masih sayang ngapain ditinggalin haha" Ucap Avidan.

"Ih engga, gua nangis karena ngerasa bersalah banget aja, gua yang nerima dia tapi gua juga yang mutusin, tapi gimana lagi gua kan udah beda gitu sama dia, udah males banget lah sama yang namanya pacaran tuh" Ucapku.

"Oh gitu, udahlah jangan nangis gitu, kan ada gua haha" Ucap Avidan.

"Hmm sa ae lu kutil, hahaha" Jawabku.

"Asli ta ih" Ucap Avidan.

"Hmm iya iya dan" Ucapku.

"Lagi lagi kamu dalam perpisahan, katanya benci tapi berpisah" Ucap Avidan.

"Memang, hal ini sangatku benci. Tapi, aku sendiri tidak bisa memaksaan sesuatu yang aku tidak inginkan. Kamu mengerti?" Tanyaku.

"Iya Avidan ngerti" Jawab Avidan.

Avidan kembali, bertambah satu lagi seseorang yang telah pergi.
Tidak apa, aku menerima konsekuensinya. Ini keputusanku, aku harus berani menerima apapun yang terjadi.

Karena berani berbuat, berani menerima resiko.


-------------------------------

Terimakasih sudah membaca cerita ini, jangan lupa rate dan comment, difollow juga boleh.

Dan share ke temen - temen kalian biar temen kalian bisa merasakan apa yang kalian rasakan ketika membaca ini. Dan kalau nimbrung ngomongin wattpad kalian bisa juga kan bahas cerita ini sama temen kalian💕

See you on next part, jangan bosen gais💖

Kali Ini [Selesai✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang