Hari berganti, pagi ini usapan udara yang kuhirup benar - benar sejuk, sesejuk rasa yang kini mulai membaik. Bahagia memang akan ada, akhirnya aku kembali berada pada posisi itu, posisi dimana aku tergenggam dalam bahagianya.
Rasa sayang yang semakin membesar setiap harinya, rasa rindu yang meluap setiap pertemuannya, semua akan terbayar pada waktunya meski tetap akan ada pada akhirnya.
Itulah rasaku, setiap pertemuan dengannya aku semakin ingin selalu bersamanya, tidak ingin jauh, dan peduliku semakin besar.Avidan adalah sosok yang sepertinya aku harapkan selama ini, sosok yang aku cari, sosok yang pas untuk kali ini. Aku tidak perlu lagi menjelaskan tentang dia, nyatanya bagaimanapun dia aku selalu mengerti keadaannya, aku bisa melakukan apa yang harusnya aku lakukan.
Paling dinanti, setelah berbagai masalah yang terjadi, kami kembali saling bercerita diri, menyatakan isi hati, dan berdiskusi kemana arah selanjutnya setelah ini?
Sebuah curahan hati pernah kubuat selama aku melalu lika - liku bersamanya.
1. "Harus berapa lama aku menahan? harus sampai kapan aku membendung?
Danau ini sudah tidak bisa menampung irisan hati yang terluka
Walaupun hanya sedikit tapi sering, bisa habislah hati ini."
2. "Ada banyak sebuah pertanyaan, banyak rasa penasaran, banyak rasa curiga, banyak rasa bingung, rasa ingin.
Tapi tak tersampaikan dan entah kenapa tak ingin disampaikan, cukup dipendam dalam tulisan yang hampir kutulis setiap malam."3. "Kali ini aku terhempas, terhanyut dalam sebuah angan tak berguna. Harapan yang mulai terwujudkan seketika terbawa jahatnya ombak hingga hilang, kini ku hampa lebih hampa dari sebelumnya, kini ku rapuh sangat rapuh dari sebelumnya."
Itulah adalah sedikit bagian dari seluruh curahan yang hampir kutulis setiap hari.
Rasanya dengan menulis aku jadi tau apa yang seharusnya aku perbuat? bagaimana cara yang harus aku lakukan? Kemudian aku tau jawabannya.
Kembali pada Avidan, hari ini aku memberanikan untuk bercerita mengenai ceritaku yang tersusun selama jauh darinya.
"Dan, gua udah lama gak cerita sama lu, gua pengen nyerita boleh gak?" Tanyaku.
"Iya ta, boleh kok" Jawab Avidan.
"Tapi lu gausah bete ya setelah gua ceritain ini, ini tentang kemarin gua tanpa lu" Ucapku sambil tersenyum.
"Iya ga akan gua ayoo cepetan apa" Ucap Avidan.
"Gua pengen jujur, tentang kemarin saat gua jauh banget sama lu, dimana gua jalanin semuanya sendirian tanpa orang yang biasanya ada disamping gua, ngehibur gua, dan alasan gua semangat aja gitu ke sekolah hehe, dan gua pengen saat gua nyerita ini lu gausah badmood, lu harus tetep seperti ini" Ucapku.
"Iyaa ta, gua dengerin lu cerita" Ucap Avidan.
"Jadi, selama gua gak sama lu, gua nyari orang buat gantiin posisi lu walaupun gak akan bisa dan emang gak bisa, gua butuh moodbooster ke sekolah sampe akhirnya gua jadian sama Ezra, dan itu gua lakuin karena gua butuh moodbooster butuh orang yang bisa support gua, pengennya gua sih orang itu elu, tapi gua hilang harapan dan kayanya gak akan mungkin bisa sih lu jadi moodbooster gua lagi, gua ngira dulu lu jadi benci sama gua karena lu tiba tiba menjauh dan kaya orang gakenal bangett dan disitu gua sedikit kesel sih jujur, tapi beneran saat gua sama Ezra gua masih keingetan lu aja dan, ngarep bisa bareng lu lagi aja gitu, ngarep lu balik lagi disamping gua, ngarep bercanda bareng lagi, tapi lu udah nemu yang lebih asik lagi aja jadi ya gua terimain" Ceritaku.
Avidan yang nampak tak sabar menjawab ceritaku dengan mimik yang menunjukan bahwa ia sedang berpikir kebingungan akhirnya langsung membalas ceritaku.
"Tapi gua heran sama lu, lu bilang ke gua kan lu belum siap pacaran, yang bikin sakit hatinya tuh, kenapa lu jadian sama dia tapi tiap gua deketin lu itu, gua selalu gak bisa milikin lu, rasanya orang itu sangat beruntung bisa memilikimu, tapi gua hanya orang bodoh yang selalu mau terluka untuk kesekian kalinya, karenamu" Jawab Avidan."Gua bilang waktu itu dan, gua cuma butuh waktu sedikit saja waktu, tapi lu udah ngejauh aja udah kaya benci banget gitu lah sama gua tuh, jadikan otomatis gua mikir untuk berpaling, walau akhirnya gak bisa" Ucapku.
"Iya tapi kesannya tuh lu kaya nolak gua secara tidak langsung, dengan alesan ya tadi belum siap pacaran, nyatanya kan engga, coba waktu dulu lu bilang aja sama gua gausah ikutan ngejauh mungkin kita akan bersama sejak lama" Ucap Avidan.
"Gua udah coba Avidaan, dan respon lu itu dingin, gua jadi kesel ngelakuinnya, gua bujuk lu dengan canda atau nyoba ngobrol sama lu saat berkelompok dikelas, tapi respon lu kaya jijik aja gitu sama gua, otomatis kan gua jaga jarak sama lu, tapi gua ga ngejauh kok, gua tetep di posisi duduk saat pertama kali kita bertemu di kelas ini" Jelasku.
"Iya tapi kan kalau aja dulu kamu gak sama dia, mungkin gak akan jauhan jadinya" Ucap Avidan.
"Iya gua tau itu, tapi gua butuh moodbooster dan, gua down banget saat itu, gua stress. Setiap hari dipikiran gua tuh cuma cara biar lu sama gua baikan lagi, tiap hari dipikiran gua tuh tentang seorang Avidan" Jelasku.
"Iya ta, yaudah sih lagian itu dulu, ga akan bisa diulang kan" Ucap Avidan.
"Iya Avidan, sekarang lu udah dapetin gua kok hehe" Ucapku.
"Hmmm" Ucap Avidan sambil tersenyum.
Disitu aku bahagia, akhirnya aku bisa kembali mecandui senyumnya. Avidan kembali tersenyum dengan alasannya adalah aku.
Dari sini aku merasa hubungan ini akan lebih baik. Aku rasa aku bisa mendukung keinginan Avidan:)
------------------------------------------
Terima kasih
Jangan lupa like, comment, and follow.
Stay tune💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Ini [Selesai✅]
Teen FictionKali menceritakan tentang perjalanan mengenal cinta seorang perempuan bernama Talita pada masa memasuki SMA. Ini awal mula ku mengenal tahap cinta yang sebenarnya setelah sekedar menyukai, dimana berkali - kali merasa senang sekaligus dengan perih j...