21 (End)

2.8K 338 53
                                    

Maaf kalau gak memuaskan
_______________________

Jihoon menundukkan sedikit kepalanya,
Saat ini keduanya sedang berjalan menyusuri pinggiran sungai Han.
Menikmati angin malam yang terasa dingin ini bersama.

Langkah kaki itu saling bersusulan,
berusaha sedikit mengejar antara satu sama lain.
Kedua pemuda itu hanya saling diam,
Seakan membiarkan keheningan menyelimuti diantara keduanya.

Woojin sedikit melirik kearah Jihoon yang mengeratkan jaket miliknya dan pemuda bergingsul itu tersenyum kecil melihatnya
"Malam ini dingin sekali"ucap Woojin

Jihoon menoleh kearah Woojin yang tiba-tiba membuka topik pembicaraan "A-ah iya"jawab Jihoon terbata dan setelah itu euphoria diantara keduanya menjadi canggung.

"Emm Sssaem"panggil Jihoon

"Park Jihoon"ucap Woojin dengan nada mengingatkan

"Eoh?Hyung hehe"ucap Jihoon lagi dan dibalasih kekehan kecil dari Woojin
"Ada apa?"tanya Woojin dan sekarang fokusnya sudah pada pemuda mungil yang berada disampingnya itu.

"Aku ingin bertanya"ucap Jihoon,membuat Woojin menatap bingung kearah pemuda manis itu "silahkan,aku tidak akan melarangmu"ucap Woojin.

Langkah keduanya masih berlanjut walau pelan,Jihoon menatap kearah langkah kakinya,
Mengabaikan Woojin yang menatapnya menunggu ia berbicara.









"Apa kau membenciku?"tanya Jihoon dan langkah itu pun terhenti,
Woojin menautkan kedua alisnya "maksudmu?"

Jihoon menghela nafasnya
"Aku hanya takut kau benci dengan sifat kekanak-kanakan ku"ucap Jihoon,yang mana ucapannya itu membuat Woojin tersenyum kecil

Woojin hanya diam saja,sambil tersenyum.
Melupakan fakta bahwa Jihoon saat ini sedang menunggu jawabannya.
"Hyung-"



"Kau terlalu indah untuk dibenci"sela Woojin dan-








Blush

Tamatlah riwayat seorang Park Jihoon.
Wajah Jihoon memanas dan kedua telinganya memerah sekarang.
Untunglah malam ini lampu penerangan tidak terlalu terang sehingga wajah merah nya tak bisa dilihat oleh Woo-

"Kenapa wajahmu memerah?"

Ah sial,ternyata pemuda bergingsul itu bisa melihatnya.

Jihoon rasanya ingin sekali mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Woojin yang seenak hatinya membuat ia merasakan berbagai rasa saat ini.
Ah,Jihoon jadi nano-nano.

Bugh

Woojin memegang lengan nya terkejut saat Jihoon tiba-tiba saja menampar nya,ya walaupun itu tidak sakit.

"Kenapa kau memukulku?"tanya Woojin bingung,namun yang ia dapatkan hanyalah tatapan sengit dari Jihoon dan kemudian berakhir dengan pemuda mungil itu yang berjalan mendahuluinya.

Woojin mengejar langkah kaki Jihoon
"Hei,tunggu aku- hei apa aku salah,Park Jihoon"ucap Woojin dan pada saat itupula tangannya menahan pergerakkan pemuda mungil itu,kemudian memutar tubuh Jihoon untuk menghadap kearahnya.

Keduanya saling berhadapan,dan deru nafas keduanya masih menjadi pemecah sunyi saat ini
"Ada apa denganmu?apa yang kuucapkan itu salah?"tanya Woojin pelan sembari memegang kedua bahu Jihoon lembut

"A-aku hanya takut Hyung"ucap Jihoon
"Takut?karena apa?"tanya Woojin kearah Jihoon yang saat ini sedang menghela nafasnya kasar.

"Aku hanya takut semua ini adalah kebohongan"ucap Jihoon,namun enggan menatap kearah obsidian Woojin yang mengarah kearahnya.

Teacher (2park) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang