1. Everland

1.2K 90 3
                                    

Somi tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan di atur saat kelas 3 SMA untuk masa depannya. Dia pikir dengan kebebasannya sejak ia masuk sekolah menengah, orangtuanya tidak akan sepeduli ini dan terus membebaskannya. Tapi nyatanya sama sekali tidak.

Sudah pusing memikirkan ujian negara yang sebentar lagi akan dilaksanakan, Mamah dan Papahnya menambah beban anak sulungnya dengan memberitakan suatu berita yang benar-benar membuat kepala Somi ingin pecah.

"Mah, papah lagi gak di kasih jatah sama mamah ya?" ujarnya sambil memijit pelipisnya pelan.

Mamahnya yang lagi sibuk masak hanya menanggapi omongan anaknya seadanya. Papahnya yang diomongin gitu langsung mendelik pada anaknya.

"Kamu jangan sembarangan kalo ngomong."

"Papah juga!"

Kemudian Somi memutar bola matanya malas. Dia paling tidak suka jika diatur jodohnya. Oke, untuk aturan pemakaian fasilitas yang di atur mamahnya dia tidak masalah. Tapi kalau sudah menyangkut lelaki, Somi tidak bisa.

"Pah, Somi udah gede. Bisa nyari laki sendiri."

"Bukan itu masalahnya. Kamu nurut aja sekali ini sama orangtua bisa gak?"

Papahnya sudah sedikit emosi mendengar penolakan anaknya berkali-kali. Somi menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua orangtuanya.

"Sekarang Somi tanya, dia umurnya berapa?"

"Kamu gak usah mikirin um--

"Tuhkan. Aku gimana gak mau mikirin umur pah! Dia udah dewasa, mana mungkin mau sama anak sekolahan yang bahkan belum lulus!"

Mamahnya melirik suaminya yang sudah hampir meledak. Dia bedehem pelan sambil menyenggol lengan sang anak.

"Dia setuju kok. Kita tinggal atur pertemuan keluarga aja."

Somi berdiri dari duduknya. Dia segera menggendong tasnya bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Mamahnya sudah membulatkan matanya saat Somi hendak pergi sebelum sarapan.

"Somi, duduk!" perintah sang Papah.

"Gak. Kali ini aku berhak nolak perintah kalian. Ini menyangkut masa depan aku sampe aku tua nanti. Somi berangkat."

Kemudian anak gadis berumur 18 tahun itu meninggalkan rumah dengan perasaan sedih dan kecewa.

🦊🦊🦊

"Somi, lo kenapa sih?"

Somi hanya menggeleng sambil terus menatap pepohonan dari jendela yang tertanam di sebelah kelasnya. Doyeon menyikut lengan Yoojung yang langsung mengangkat bahunya tidak mengerti.

"Lo kalo ada apa-apa bilang sama kita."

"Gak ada. Udah, lo gak usah pada melankolis gitu deh!" Somi sedikit tertawa untuk mencairkan suasana. Doyeon dan Yoojung memutar bola matanya malas. Suara ketawanya sumbang sekali dan terkesan dibuat-buat.

"Lo perlu piknik kayaknya. Mau bolos gak?"

"Kemana? Udah kelas tiga, sadar!" teriak Yoojung pada Doyeon yang mengajak mereka untuk berbuat maksiat.

"Dih, sesekali gakpapa kali. Lagian tiap hari kita cuman belajar pelajaran ujian sebentar doang kan?! Udahlah, belajar di rumah juga bisa!"

"Sok pinter lo, tiang." ejek Somi sambil menggendong tasnya dan berdiri.

"Ayoklah Everland." lanjutnya sambil tertawa nyaring.

Dosen Mingyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang