7. Nenek Lampir Malam Hari

517 63 1
                                    

Setelah makan, untuk menghabiskan malam senin sebelum menjalankan aktivitasnya, mereka mengunjungi pasar malam yang banyak menjual makanan serta beragam permainan yang murah meriah.

"Sampai!"

"Woohoo! Ayo! Ayo!" ajak Somi dengan antusiasnya sambil membuka sabuk pengamannya dan berlari meninggalkan Mingyu begitu saja di mobil yang sedang terkekeh.

Somi melompat-lompat sambil berceloteh dan menunjuk apa saja yang menarik perhatiannya. Mingyu yang berhasil menyusul, berdiri di sebelahnya dengan senyuman yang tersungging dibibirnya.

"Mau ngapain di sini?"

"Mau main!" Somi menatap Mingyu dengan berbinar. Mingyu menatapnya dengan jenaka kemudian mencubit pipi Somi sampai gadis itu meringis.

"Kamu jangan imut-imut dong!"

"Aduh! Akutuh emang imut, bapak!"

Mingyu hanya tertawa sambil mengusak rambut Somi kemudian tangannya merangkul bahu sempit itu agar mendekat padanya. Somi juga segera melingkarkan lengannya di pinggang Mingyu dan merekapun berjalan beriringan menyusuri banyaknya kedai makanan maupun permainan sepanjang jalan setapak.

"Bapak mau mochi gak?"

"Mochi? Malem-malem emang ada?"

"Ada, tuh." Mingyu menatap kedai kecil yang ditunjuk oleh Somi. Memang, di sana menjual mochi dengan isi beraneka ragam dan harganyapun murah. Mingyu menatap Somi yang sedang mengulum bibirnya sambil menatap lapar warung mochi yang tak jauh dari mereka.

"Kamu mau?" bisik Mingyu ditelinganya yang sedikit mengagetkan Somi. Somi reflek menghidar dan menatap Mingyu sambil mengerjap.

"Ma-mau. Eh, tapi kalo bapak gak mau juga--

"Ayo beli." ajak Mingyu sambil mengeratkan rangkulannya dan merekapun berjalan menuju kedai mochi.

"Bibi, beli satu kotak isi enam ya?"

Bibi penjual itu tersenyum menanggapi pelanggan mereka dan menyiapkan mochi yang dibuat langsung di kedai. Mingyu yang memesan tetapi Somi yang bersikap bingung.

"Kok banyak banget?"

"Kamu kan makannya banyak."

Somi reflek mencubit pinggang Mingyu yang membuat pria itu menggelinjang tertahan. Mingyu meringis sambil menatap gadisnya yang sedang cemberut.

"Senyum dong,"

"Gak usah pegang-pegang!" Somi menepis tangan Mingyu yang menarik pipinya lagi. Yang di tepis hanya terkekeh pelan sebelum menerima pesanan dan menyerahkan uangnya.

Somi tersenyum manis sambil membungkukan badannya. "Terimakasih, Bibi!"

"Sama-sama!"

Merekapun berjalan kembali menyusuri jalan setapak yang semakin malam semakin ramai. Berkali-kali mereka tertawa sambil saling berbisik satu sama lain entah membicarakan apa. Tak jarang setiap orang yang dilewati menatap mereka dengan pandangan iri.

"Pak, dagingnya enak kayaknya."

"Somi, kamu yakin?"

"Yakin. Lagian apa bapak gak capek? Kita udah jalan berapa menit pasti tenaganya abis!"

Mingyu menggelengkan kepalanya namun dia tetap melangkah bersama Somi menuju kedai daging yang di tusuk itu. Kedainya ramai dan mereka harus mengantre untuk mendapatkannya. Mingyu tidak tega melihat Somi yang sepertinya terlalu lelah untuk berdiri ini.

"Kamu duduk di sana aja. Biar saya yang antre." tunjuk Mingyu pada beberapa kursi yang kosong tak jauh dari kedai. Somi menggelengkan kepalanya, menolak mengikuti perintah Mingyu.

Dosen Mingyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang