5. Jalan-Jalan

559 66 6
                                    

Kemarin malam adalah hal yang paling menegangkan menurut Somi. Dia tidak bisa berfikir jernih saat bertemu orangtua Mingyu. Tidak banyak yang dibicarakan karena mulutnya selalu kaku tiap kali menatap mertuanya.

Tapi, dengan segala ketenangan yang Mingyu berikan, Somi bisa menghadapinya dan bibirnya tidak segan-segan tersenyum selalu. Dia juga banyak membantu Ibu Kim saat menyiapkan makan malam ataupun membereskan rumahnya.

Ternyata benar yang di katakan Mingyu. Mereka sama sekali tidak marah padanya dan justru merasa sangat senang saat Somi berkunjung. Hal ini yang membuatnya tak terduga. Ia pikir, Mingyu akan dijodohkan dengan wanita lain karena sikapnya saat awal pertemuan sangat tidak sopan.

Mingyu menghampiri Somi yang sedang membereskan peralatan dapur rumah saat selesai makan malam.

"Lagi ngapain?" ucap Mingyu yang baru masuk dapur.

Perempuan itu sama sekali tidak menoleh dan sibuk menata piring-piring di lemari.

"Beresin ini. Biar nanti Ibu langsung istirahat abis kita pulang."

Mingyu menatapnya dari depan kulkas dengan punggung menyandar pada pintu kulkas. Kedua tangannya bersidekap memperhatikan gerak-gerik gadis itu yang tak ia sangka, ternyata gesit juga.

Memikirkannya membuat Mingyu tersenyum.

"Ibu nyariin lho. Mau ngobrol lagi sama kamu,"

Somi menoleh sebentar kemudian dengan cepat tangannya memasukan alat-alat dapur ke lemari.

"Iya nanti aku ke sana. Bapak duluan aja,"

"Saya nunggu kamu aja. Lagian mereka lagi ngobrol hal lain di depan."

Somi hanya mengangguk dengan wajah seriusnya. Melihat Somi yang sedikit kesusahan untuk menata, Mingyu segera mengambil alih piring yang ada di tangan Somi kemudian menatanya kembali dengan rapih. Somi hanya menggaruk pelipisnya sambil tersenyum canggung.

"Hehe, maaf pak. Pasti gak bener ya nyusunnya?"

Mingyu hanya terkekeh dengan tangan yang sibuk menata. "Kamu udah usaha gini aja, saya seneng."

Wajah Somi memerah. Dia mengalihkan pandangannya sambil berdehem. Mingyu tersenyum kecil melihatnya kemudian setelah semuanya beres dia berdiri menghadap Somi yang hari ini berpenampilan berbeda dari biasanya.

"Gakpapa...saya gak akan menuntut kamu untuk melakukan yang terbaik. Saya suka proses dibandingkan hasil. Lagipula--

Mingyu menghentikan ucapannya sejenak yang membuat Somi meliriknya takut-takut. Tangan besar itu kemudian mengelus rambut panjang Somi lalu tersenyum lebar.

"...kamu bisa belajar kapan aja di rumah kita kan?"

"AAAKKH!"

Somi yang sedang memikirkan kejadian kemarin sambil rebahan di kasur itu langsung berteriak senang. Kakinya menendang-nendang angin hingga membuat selimut yang dipakainya jatuh. Kedua wajahnya sangat merah dan dia menyembuyikannya pada bantal.

"Astaga, astaga. Rumah Kita?! HUWAAAAAA!" teriaknya di tengah keheningan rumah.

Mingyu sedang ada jadwal mengajar di hari Minggu menggantikan jadwal pada saat ia izin kemarin. Somi yang memang tidak ada apapun hanya diam di rumah dan belajar. Duo Kim juga tidak mengajaknya pergi keluar karena mereka pun sibuk belajar.

Rambutnya berantakan. Tapi wajahnya sangat kentara sekali kalau dia sedang bahagia. Tangannya diletakkan pada bagian dadanya dimana jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.

Dosen Mingyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang