12. Respon

460 58 4
                                    

Pintu rumah terbuka. Mingyu langsung mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Kemudian tak sengaja indra penciumannya menghirup wangi masakan dari dalam rumah. Keningnya mengerut dan semakin dalam ia masuk, semakin tercium asalnya wangi masakan tersebut.

"Somi?"

Merasa dipanggil, Somi tersentak kaget dan membalikan tubuhnya tiba-tiba. Matanya membulat melihat Mingyu yang sedang menatapnya dari pintu dapur. Segera dia mematikan kompor dan mengusap kedua tangannya pada apron kebesaran milik Mingyu.

"Ah, bapak udah pulang?" kata Somi berbasa-basi sambil melangkah mendekat kemudian tersenyum di depan Mingyu. Matanya melirik tas kerja si pria lalu mengambilnya dengan sigap.

"Makan malam udah siap. Tapi, sebelum makan, bapak mandi dulu  ya? Aku mau beresin meja makan dulu, oh iya bapak mau pake baju apa?"

Mingyu mengerjap tidak mengerti, "Baju apa?"

"Iya, mau pake training aja atau piyama?"

"Ah--itu biar saya aja--

"Enggak! Enggak! Biar Somi yang siapin. Pokoknya bapak turutin apa kata Somi yang tadi aja, oke?"

Mingyu mengangguk agar gadisnya senang. Dia melirik meja makan kemudian menatap Somi sambil tersenyum. Salah satu tangannya mengusap kepala Somi.

"Kaos sama training aja." ujarnya pelan. Somi mengangkat jempolnya lalu sedikit berlari ke kamar Mingyu. untum menyimpan tas kerja dan menyiapkan pakaian Mingyu sebelum menata meja makan.

Mingyu menatapnya kemudian terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya dan bergegas ke kamar mandi.

🐨🐨🐨

Somi menatap Mingyu yang baru keluar kamar. Dia melambaikan tangannya agar pria itu mendekat. Mingyu menatapnya sambil tertawa sambil mengusak rambutnya yang basah dan berjalan ke meja makan.

Somi yang melihat Mingyu masih saja mengusak rambutnya saat di meja makan cemberut. Pria yang melihatnya mengerutkan kening.

"Ada apa?"

"Bapak jangan ngusak terus dong!"

"Lho? Tapi rambut saya belum kering." balasnya dengan menunjuk rambutnya sendiri.

Somi berdecak, kemudian dia melangkah ke kamarnya dan keluar lagi membawa pengering rambut otomatis. Dia berdiri di belakang Mingyu yang kini membelakanginya. Kepala itu hanya sebatas dadanya saja, berbeda sekali saat Mingyu berdiri didepannya.

"Biar Somi aja yang keringin."

Dengan telaten dia menyingkirkan tangan Mingyu dan handuknya, kemudian diletakkannya pada punggung kursi meja makan. Tangannya mulai menyalakan hairdryer dan mengacak-acak rambut Mingyu secara perlahan sambil mengoceh bagaimana pentingnya mengeringkan rambut seusai mandi

"Jangan sering keramas malem-malem, gak baik."

"Kalo emang harus keramas, langsung keringin pake ini ya. Bapak bisa kan makenya?"

"Engga," jawab Mingyu enteng.

Bibir Somi mencebik mendengarnya tapi mengundang tawa pelan Mingyu. Matanya terpejam menikmati sensasi bagaimana tangan lentik ini mengusap surainya dan memijatnya sedikit-sedikit. Bebannya terasa hilang dan kepalanya terasa ringan, tidak seperti siang tadi saat dia bertemu dengan beberapa narasumber seminar nasional.

"Kamu dapet nilai latihan ujian bagus?" tanya Mingyu tiba-tiba. Somi berdengung sebelum menjawabnya.

"Engga. Nilaiku sama seperti biasa, kenapa?"

Dosen Mingyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang