8. Keheningan Pertama

512 62 5
                                    

Somi menatap televisi rumah yang menayangkan sebuah variety show yang terkenal dinegaranya sendiri. Acara tersebut bisa saja membuat penonton tertawa terbahak karena lelucon yang mereka tawarkan. Tetapi beda hal jika yang menonton hanya menatapnya dengan pandangan kosong.

Somi menghelah nafas pelan dengan wajah memelasnya. Tangan kanannya memegang sebuah mochi yang dibelinya tadi bersama Mingyu. Mochinya enak. Tapi tidak dengan perasaan yang seperti ini.

"Mingyu jahat banget ya? Gue gak nyangka." gumamnya berbicara sesuai dengan pemikirannya sendiri.

"Katanya usaha bareng, tapi dia sendiri yang kayak gitu!"

Somi menarik nafas.

"Tuh cewek siapa sih?! Gatel banget! Heran akutuh! Udah gitu Mingyu gak nolak sama sekali. Bahkan gak ngejer gue! Astaga!" pekik Somi kelimpungan. Dia kesal setengah mati sama manusia yang sialnya tampan bernama Kim Mingyu. Bisa-bisanya dia mematahkan hatinya dan mengecewakannya dalam sekejap! Dalam satu kejadian saja!

Sialan, memang.

Somi menggeletukan giginya satu sama lain. Matanya memicing menatap televisi yang masih memertontonkan acara lawakan. Dalam pikirannya entah kenapa, dia harus membalas perbuatan Kim Mingyu tadi. Tidak tau pasti apa alasannya, tapi Somi ingin pria itu merasakan apa yang dia rasakan.

Somi melirik jam dinding di atas televisi yang menunjukan pukul 9 malam. Kemudian dia berdecih sambil membereskan semua makanan yang sudah ia habiskan. Tak satupun makanan yang tadi dibelinya tersisa untuk Mingyu. Bahkan, sisa gula halus dari mochi dalam bungkus, ia habiskan.

Bahkan, sudah hampir 1 jam lamanya pria itu belum kembali.

🐨🐨🐨

Mingyu menatap rumahnya sejenak kemudian menggulirkan matanya melihat jendela kamar Somi yang sudah gelap. Tak lama, ia menghelah nafas lalu segera membuka gerbangnya perlahan. Jam sudah menunjukan pukul 9.30. Mingyu tau, besok Somi harus memulai minggu sekolahnya. Wajar saja jam segini dia sudah tidur.

Mingyu memasukan kunci cadangan yang sengaja dibuatnya untuk dia dan Somi. Yah, mereka memiliki banyak jadwal yang berbeda dan bersepakat untuk tidak mengganggu satu sama lain jika keadaannya seperti ini. Padahal, Mingyu saat ini berharap kalau Somi lupa melepas kunci dari dalam dan berakhir dia sendiri yang membukanya.

Jujur saja, saat kakinya melangkah masuk dan mengganti dengan sandal rumah, perasaannya sangat cemas. Berkali-kali ia mengulum bibirnya dan membuat segala pergerakannya tidak terdengar oleh Somi.

Langsung saja dia berjalan ke arah pintu kamar calon istrinya. Tangannya ragu untuk mengetuk daun pintu itu. Namun, daripada rasa bersalahnya semakin bersarang, dia putuskan untuk mengetuknya berkali-kali.

Tetapi, tidak ada jawaban dan Mingyu kecewa akan hal itu.

🐨🐨🐨

Somi bangun saat dia mendengar suara ribut-ribut dari luar kamarnya. Dia menatap jam weker yang disimpan di nakas. Masih ada waktu satu setengah jam untuknya bersiap sebelum berangkat. Dia meregangkan kedua tangannya dan bersiap-siap untuk mandi.

Matanya melirik ke arah pintu. Suaranya kembali mendengar dentingan antara spatula dan wajan. Siapa lagi yang ahli masak di sini selain Mingyu? Siapa lagi yang tinggal di sini selain dia dan Mingyu? Rupaya laki-laki itu masih ingat dengan rumah. Pikir Somi sambil melengos berusaha tidak peduli dengan pria yang mungkin akan ia temui nanti.

Dosen Mingyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang