14. Kamu.

743 64 15
                                    

Mingyu benar-benar membuat Somi kesal setengah mati. Dia sudah berusaha untuk menjelaskan semuanya tetapi pria itu kini sangat terlihat seperti anak-anak. Tidak berbicara sepatah katapun, dipanggil hanya melengos tak peduli, dan terakhir hanya mengurung diri di kamarnya saja. Makanpun harus ia seret seperti sekarang ini.

Mingyu melahap makanannya masih dengan wajah merengutnya. Mengambil peralatan makanan dengan ogah-ogahan dan tak sedikit beberapa nasi yang disumpitkan berceceran.

"Makannya yang bener."

"Jangan protes. Saya lagi cemburu."

Somi mengangkat kedua alisnya menatap Mingyu yang sedang menatapnya tajam. Dalam hati sebenarnya dia bertanya-tanya, apakah mata itu tidak berkedut lelah karena sedari siang selalu seperti itu?

"Tumben jawab?"

Mingyu berdesis kemudian menurunkan pandangannya pada piring. Somi terkekeh pelan lalu meletakkan sumpitnya di samping piring. Kemudian dia berjalan ke samping Mingyu dimana pria itu sedang duduk dan kini menatapnya heran.

"Ngapain?" tanyanya. Somi hanya tersenyum jenaka sebelum merentangkan kedua tangannya.

"Sini peluk,"

Mingyu terlihat kaget. Tapi demi mempertahankan bagaimana rasa cemburunya tadi, maka diurungkan niat membuncah dalam dada yang menyuruhnya untuk menarik gadis itu dalam dekapannya.

Kepalanya melengos lagi seolah tidak peduli dengan apa yang dilakukan Somi. Gadis itu bukannya marah, tapi semakin terkekeh dan dengan berani dia mengalungkan kedua tangannya melingkari kepala Mingyu.

Mingyu mengulum senyumannya. Jarang-jarang gadisnya memperlakukannya seperti ini. Pria itu diam-diam menikmati momen langka ini di balik kekesalannya.

"Lepas, Jeon Somi." ujarnya dengan nada yang malas.

Somi berdengung sambil menggelengkan kepalanya di atas kepala Mingyu. Dia mengusakkan pipinya ke rambut harum pria itu lalu tak segan mengecupnya dengan kecupan-kecupan kecil.

"Jangan marah ya? Dia emang masa lalu, tapi bukan berarti aku bakal balik lagi." kata Somi.

Mingyu diam. Tangannya yang memegang sumpit tidak bergerak. Dia terlalu kaget dengan pernyataan dan kelakuan Somi hari ini.

"Bapak tau kan, aku percaya sama bapak? Bapak juga harus percaya sama aku. Hehehe, pokoknya Somi cuman cinta sama bapak!" katanya sambil mengeratkan pelukannya di leher Mingyu.

Mingyu benar-benar tidak bisa menahan rasa senangnya. Dia mengabaikan semua perasaan ragu dan kesalnya yang menguasai dirinya sejak siang tadi. Pria itu melepaskan kedua tangan kecil Somi lalu berdiri sehingga mereka berdiri berhadapan kemudian tersenyum cerah sambil merentangkan kedua tangannya menangkup tubuh yang lebih kecil darinya.

Somi ikut tersenyum lebar. Dia tak segan membalas pelukan Mingyu yang erat. Dia juga bisa merasakan kalau bibir lelaki itu mulai mengecupi kepalanya, sama seperti apa yang dia lakulan tadi.

"Jangan marah lagi ya?"

"Saya gak janji bakalan gak marah sama kamu. Tapi kalo ada yang ngusik hubungan kita, wajar begitu. Saya gak mau kamu pergi. Tolong, hargai perasaan saya. Saya juga...cinta sama kamu, Somi."

Somi terkekeh dalam pelukan Mingyu. Suaranya teredam karena wajahnya yang semakin mengusak ke dalam pelukan.

"Duh bapak, Somi malu nih!"

Mingyu tertawa, dengan sengaja dia melepaskan pelukannya paksa walaupun gadisnya itu tetap mempertahankan pelukannya untuk menyembunyikan wajah malunya. Mingyu tersenyum teduh pada Somi yang terlihat malu-malu.

"Hei, liat sini."

Somi menggeleng sambil mengulum senyumannya. Oh astaga, udaranya panas sekali~

"Somi, sini liat saya dulu."

"Apasih--

chup!

Bibir Somi menganga. Dia menatap lurus dada Mingyu dengan otak yang masih mencerna kejadian tiba-tiba tadi. Sedangkan sang pelaku lagi-lagi terkekeh dan tanpa segan mencuri beberapa kecupan lagi di bibir Somi sampai gadisnya sadar dan menjauhkan wajah Mingyu.

"Yak! Bapak! Stop!"

"Bibirmu manis sih! Saya suka."

Somi melotot, dia langsung menepak bisep besar Mingyu dan menunjuk laki-laki yang sedang meringis namun tertawa juga.

"Aku aduin ayah ya! Bapak udah berani macem-macem!"

"Oke aja. Paling nanti di suruh cepet nikah."

"Bapak!"

🐨🐨🐨

Pertemuan keluarga itu dilaksanakan dengan khidmat. Semuanya saling bersalaman dengan perasaan bahagia dan senang satu sama lain. Tidak ada sebuah perasaan malu dari salah satu pihak seperti kejadian dulu.

Ayah Kim yang mulai berdehem terlebih dahulu saat makanan mereka hampir setengahnya habis. Semuanya menatap ke arah ayahnya Mingyu kecuali Somi yang masih menyantap lahap makanan restoran yang paling enak menurutnya. Sial, dia menyesal dulu kabur demi memenuhi hasrat tidak ingin menikah.

Ayah Jeon yang melihat anaknya masih makan, ikut berdehem. Bahkan lebih keras daripada calon besannya. Ayah Kim justru hanya mengulum senyumannya melihat sang calon menantu yang sangat lahap.

"Enak? Mau tambah lagi, menantu?"

Somi menghentikan acara makannya. Mingyu yang duduk disampingnya menahan tawa melihat gadisnya itu terpaku menatap semuanya dan kemudian tertawa canggung.

"Ehehe, maaf Papa."

Ibu mertuanya hanya bisa tertawa renyah sedangkan orangtua Somi hanya tersenyum.

"Jadi...kalian serius?"

Somi dan Mingyu saling bertatapan satu sama lain. Si gadis hanya memberikan tatapan menunggu reaksi apa yang akan dikeluarkan oleh pria itu. Tanpa di duga, Mingyu menggenggam jemari Somi kemudian mengalihkan pandangan menuju orangtua mereka.

"Ya, saya serius ingin menikah dengan Jeon Somi." kata Mingyu mantap.

Semua orang yang mendengarnya mengangguk dengan perasaan lega. Terlebih Papa Kim yang tak hanya mengangguk namun menatap anaknya dengan tatapan bangga.

"Memang seharusnya lebih cepat lebih baik. Tapi, ini semua masih tergantung dengan keputusan Somi--

"Somi mau kok!" potong si gadis cepat.

Semuanya menatapnya dengan terkejut. Si gadis menganggukan kepalanya kencang dengan wajah yang meyakinkan para tetua kalau dia benar-benar mau menerima Mingyu.

"Kalian tenang aja, Somi cinta kok sama Bapak Mingyu!"

"Bapak?" beo sang Ibu tidak mengerti.

"Eh iya...itu--Somi panggil Mingyu begitu karena dia...dosen. Hehe." Somi cengengesan sambil mengusap tengkuknya merasa malu dengan panggilan Mingyu darinya.

Ibu Kim menatapnya dengan jenaka.

"Tapi kalau sudah menikah, panggilnya jangan Bapak, tapi Mas Mingyu ya?"

🐨🐨🐨

selamat sore..

terimakasih yang sudah mau komen memberikan bintang, ataupun mau meluangkan waktu utk cerita ini! kalian aku patut banggakan, kawan!

aku. cinta. kalian. 💕

Dosen Mingyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang