"...selalu ada kesempatan bagi orang-orang yang mau berusaha. Mungkin, bagi mereka yang tidak mengetahui dunia kerja dengan mudah mengatakan tentang cita-citanya, tapi kenyataannya, semakin tahun ke tahun pekerjaan dan titel lulusan tidak menjamin apapun. Jangan pernah putus asa, di sana selalu ada jalan bagi orang yang mau usaha dan kerja keras. Terimakasih."
Somi mengangkat kedua tangannya memberikan tepuk tangan calon suaminya yang baru saja menjawab sebuah pertanyaan dari narasumber. Mulutnya tersenyum sumringah saat melihat bagaimana gagahnya Mingyu yang sedang berjalan ke kursi tempatnya semula. Namun, saat pria itu sampai sebuah tangan langsung mengalungkan tangannya ke lengan Mingyu.
Perlahan, senyuman Somi luntur. Dia berdecih di tengah kerumunan yang sedang berbisik satu sama lain yang rata-rata membicarakan bagaimana tampannya salah satu narasumber di sana serta bertanya-tanya siapa wanita yang selalu dekat dengan Mingyu itu.
"Gue gak nyangka Ibu Sora bakalan senekat ini. Liat, tangannya masih aja menel sama Pak Mingyu."
Somi melirik ke sebelahnya. Di sana ada seorang lelaki dan perempuan yang sepertinya panitia penyelenggara acara seminar dari kampus. Pasti mahasiswa di sini tentunya. Diam-diam dia menyetujui kalau wanita yang bernama Ibu Sora (Somi baru tau namanya) itu ternyata tidak hanya dirinya saja yang menganggapnya parasit.
"Lo gak tau aja, di ruangan Pak Mingyu tadi, dia lebih ganas dari ini."
Somi melotot. Untung matanya tertutup dengan kacamata hitam yang membuatnya tampil elegan dan tidak seperti anak sekolah. Bajunya yang di pilih oleh kedua temannya ini pun membuatnya terlihat lebih dewasa bahkan dibandingkan dengan mahasiswa di sampingnya ini.
Kakinya langsung bergeser sedikit lebih dekat agar dia bisa mendengar apa saja yang dilakukan Ibu Sora pada calon suaminya di ruangan Mingyu.
"Emang dia ngapain?!"
Guanlin mendekat ke arah teman ceweknya kemudian berbisik. "Ibu Sora duduk di meja kerja Pak Mingyu. Dia bilang, dia cuman mau berduaan sama Pak Mingyu di ruangan. Gila gak lo?!"
"Gila banget!"
Guanlin dan teman ceweknya langsung menoleh ke sumber suara. Somi yang reflek mengucapkannya langsung berdehem sambil mengalihkan pandangannya dan berpura-pura sibuk dengan acara seminar. Wajahnya yang dibuat-buat seakan-akan mengerti apa yang sedang dibicarakan.
Somi yang masih merasa ditatap dengan tatapan intimidasi dari 2 mahasiswa itu balik menatapnya dengan wajah senang.
"Wah, seminar ini sangat bagus ya? Ngomong-ngomong, lebih bagus lagi kalau wanita yang di sebelah Pak Mingyu tidak menyebar kemesraan di depan umum."
Guanlin menganggukan kepalanya setuju. Teman ceweknya sudah pergi terlebih dahulu dan kini dia sedikit menghadapkan tubuhnya ke arah Somi agar bisa mengobrol.
"Dia salah satu dosen kami di sini."
"Oh, dosen?"
"Iya. Dosen matematika untuk fakultas farmasi."
Somi semakin dongkol mendengarnya. Sialan sekali wanita itu. Sudah cantik, pintar lagi dengan mata pelajaran yang sesungguhnya baginya adalah neraka. Memang dia bisa dalam matematika, tetapi itupun dia harus berjuang keras untuk mendapatkan nilai bagus. Bukan semata-mata menyukainya dan cepat menyerap angka-angka tersebut.
Somi gugup sambil memainkan ujung dressnya saat Guanlin menatapnya langsung dari depan kemudian tersenyum tampan. Ingin rasanya dia mengalihkan pandangan namun senyuman disertai lesung pipi itu membuatnya tidak berkutik.
"Tamu dari kampus luar?"
Somi bingung mau menjawab apa. Dia hanya tersenyum kikuk sambil menganggukan kepalanya dan melihat ke arah lain. Pokoknya mata dia harus jelalatan agar tidak menatap mata Guanlin. Somi berharap dia segera menemukan Mingyu. Sesi tanya jawab sudah selesai dan acaranya sudah masuk ke penutupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Mingyu [✔]
Fanfiction"Aneh, kelas 3 SMA bukannya disuruh belajar malah disuruh nikah sama om-om." -Jeon Somi. "Hanya menuruti keinginan orangtua, karena pilihan mereka adalah yang terbaik bagi saya." -Kim Mingyu.