Typo bertebaran..***
Malam ini, Rachel tengah berbincang dengan Aldi lewat telfon.
"sumpah di, Rafael itu mirip banget sama dia, atau mungkin emang dia orangnya." ucapnya
"nggak mungkin lah chel, nih ya,Kalo misalnya Rafael itu beneran orangnya, pasti lo udah ngenalin dia sejak lama dong,secara kan kelas kita sama dia sebelahan. Lah ini? Perasaan kita ngomongin dia terus deh, apa lagi noh si Salsa. Dia kan suka banget sama Rafael, masa lo baru nyadar sekarang." argumen Aldi.
Ya, sahabat Rachel yang paling tau gimana dia hanya Aldi, bukan Salsa. Jika kebanyakan perempuan akan cerita unek-unek nya ke sahabatnya perempuan, tidak dengan Rachel.
Dia terbuka hanya pada Aldi, dia juga tau kalo Aldi sudah menyukai Salsa sejak lama, dan itu hanya Rachel yang tau.
"iya juga ya." gumamnya baru menyadari fakta tersebut.
"lo sama salsa gimana dah Di?" tanya Rachel mengalihkan pembicaraan.
"gak gimana-gimana chel, gue nggak mau terlalu gegabah, percuma kalo disini cuma gue yang cinta sedangkan Salsa sibuk dengan yang lain. Lagian gue juga nggak mau sahabatan kita jadi renggang gara-gara gue." jawabnya dengan nada rendah.
Rachel yakin, kalo dia disana, pasti dia melihat raut wajah Aldi yang berubah sendu.
" tapi Di, lo nggak boleh terus-terusan mendem kayak gini, gue bantuin aja gimana? Gue coba ngomong ke Salsa agar mau buka hatinya buat lo, ini juga udah saatnya kita terbuka sama Adit sama Salsa juga. Nanti kalo mereka tau, mereka pasti mikirnya kita nggak nganggep mereka sebagai sahabat" ucap Rachel memberi saran pada Aldi.
"nggak usah la Chel, nanti yang ada malah si Salsa canggung ke gue, atau bahkan benci ke gue." ucap Aldi.
"nggak mungkin lah di, kita itu sahabatan udah dari 3 smp, udah tiga tahun di," ucap Rachel kukuh pada pendirianya.
"udalah Chel, gue ngantuk mau tidur." ujar Aldi lalu menutup telfon tanpa menunggu jawaban dari Rachel.
Rachel tau, itu hanya alasan Aldi agar dia berhenti membahas soal Salsa.
Rachel menghela nafas kasar. "bahkan ini baru jam delapan lebih dan lo bilang ngantuk di? Biasanya juga lo main sama kita kita sampe jam sepuluh lewat." gumam Rachel kecewa.
Aldi memang begitu. jika di ajak bicara dan dia merasa terpojok, akan menghindar.
Tapi di lain itu, Aldi adalah cowok paling setia menunggu seseorang yang sangat berarti untuknya. Bayangkan, dia menunggu Salsa 3 tahun lamanya, dan Salsa nggak tau apa apa tentang itu.
Dulu, dia pernah di kejar kejar sama perempuan yang suka dengannya. Cantik, kaya, kalo pinter nggak tau, soalnya Rachel nggak sekelas sama dia. Namanya Abel-dan itupun di tolak mentah-mentah oleh Aldi hanya demi Salsa yang bahkan nggak peka sama perasaannya.
"coba aja kalo Rafa kayak lo Di,rela menunggu walau dalam waktu yang lama pasti gue bakal seneng banget. Tapi boro boro mau kayak lo Di, dia inget sama gue aja enggak" gumamnya
*****
Di tempat lain,
Rafael dengan teman-temannya berada di dalam kamar Rafael.
Sekarang ini, kamar Rafael udah kayak kapal pecah. bungkus makanan,minuman, berserakan, bantal sofa dimana-mana, dan PS dengan layar menyala tapi tak ada yang mau memainkan, hanya bertuliskan GAME OVER.
Sedangkan manusia manusia laknat itu sedang sibuk dengan permainan uno, di temani dengan banyak snack dan juga bedak inez kepunyaan bundanya.
"eh!!, Rendi kalah lo, oles bedak yang banyak cepet!!" instruksi deni kepada temennya yang lain, Rafael tidak bergabung lantaran dia nggak mau kena bedak, dia paling anti dengan yang namanya make up.
"El, sini napa ikutan" tawar Rizal dan mendapat gelengan dari Rafael.
Tak sengaja, Rehan melihat sebuah bingkai berisi foto seorang anak kecil laki-laki dan perempuan di kardus bawah meja belajar Rafael.
"El, itu foto siapa?" tanya Rehan dengan dahi berkerut dan beranjak mengambil foto tersebut.
Dia membalik halaman belakang foto tersebut, dan terdapat tulisan
Rafael, Rachel ♥️
"ini foto lo sama Rachel? Rachel siapa? Rachel yang lo tabrak? Yang kemarin pingsan? Kok bisa sampek disini? Terus ini yang laki-laki elo kan? Kok bisa fotbar sama dia?" tanya Rehan bertubi tubi.
"nanya satu satu bambang!" hardik Deni.
Rafael hanya menatap kosong foto itu.
"ayo lah El, mau sampek kapan lo pendem masalah lo sama kita-kita? Udah saatnya lo terbuka sama kita-kita, ya nggak?" tanya Rehan meminta persetujuan dari temannya yang lain dan mendapat anggukan dari ketiganya.
Rafael mengangguk, benar. Ini saatnya dia terbuka dengan sahabatnya. "oke, gue bakal cerita." ucapnya menjeda dan membuat sahabatnya lega, setidaknya ini akan membuat Rafael merasa lega walau sedikit, begitu pikir mereka.
"saat sebelum gue pindah ke sini, gue punya sahabat cewek di Surabaya, namanya Rachel. Dia cantik, gemesin, kita suka main berdua. Kemana-mana berdua, jajan berdua, pokoknya berdua" Rafael memulai ceritanya.
"kita udah tau, Bambank!" ucap deni memotong perkataan Rafael seenak jidat.
"dia belom selesai cerita, ogeb! Lo kenapa bego bener si" kesal Rizal.
"dulu kami deket banget, dia selalu minta gue coklat saat gue melakukan kesalahan. Selalu minta perlindungan gue saat di ganggu temen sekelas kami, Andi namanya. sampai suatu hari, gue di ajak pindah kesini, umur gue saat itu 6 tahun, dia ngejar mobil gue dengan air mata yang mengalir deras,sejak saat itu gue terus mencari dia dan sampe kemarin saat gue nabrak Rachel, gue merasa familiar dengan matanya, dan malemnya gue nemu amplop bertuliskan nama gue dan dia, saat itu juga gue tau kalo Rachel adalah temen kecil gue. Tapi gue juga kecewa." Rafael menjeda kalimatnya, dia menghela napas kasar, sahabatnya dengan setia menunggunya.
"gue fikir, percuma aja kalo di sini gue yang inget, sementara dia nggak inget gue sama sekali." ucapnya mengakhiri cerita.
"tapi menurut gue dia nggak lupa deh El" ucap Deni serius
"tau dari mana lo?" tanya Rendi tak yakin. pasalnya, sahabatnya yang satu ini memiliki otak yang somplak.
"kalian nggak merhatiin saat di caffe kemarin? Rachel terus merhatiin Rafael, seakan mengingat ingat sesuatu" ucapnya serius sambil menatap sahabatnya satu persatu.
"lo beneran? Nggak bohong kan lo?" tanya Rafael berbinar, harapannya muncul kembali.
"ya beneran lah.!" ucap Deni meninggi karena merasa di remehkan.
"ya santai kali nggak usah nge gas" ucap Rafael.
"udah el, lo sabar aja dulu, Kita bakal bantu lo kok. yakan?" ujar Rehan dan di angguki sahabatnya.
"makasih ya lo semua udah bantuin gue" ucap Rafael menatap temannya satu per satu.
"udah seharusnya" ucap keempatnya kemudian tersenyum satu sama lain.
"tapi besok traktir ya?" tanya Deni merusak suasana.
Rafael menatap datar sahabatnya yang satu itu, lalu mengangguk pasrah membuat yang lain bersorak kegirangan.
*****
Aku UP kawan,,,
vote & komen jangan lupa ya
Tinggalkan jejak ✨♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafachel (TERBIT)
Teen FictionTETAP VOMENNT WALAUPUN SUDAH ENDING!! PROSES REVISI! SEMUA PART YANG SAYA PUBLISH ULANG ADALAH VERSI REVISI! ~ketika Rachel pricillia putri prasetyo di pertemukan kembali dengan Rafael candrawinata.~ Cerita ini di dedikasikan untuk kalian yang sed...