46

3.3K 103 5
                                    


Happy Reading!
Maaf telat update. Sebenernya tinggal publish aja, tapi baru sempet sekarang Hehe.

*****

Bel sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu dan kini Rafael, Rachel, beserta yang lainnya sedang menuju caffe terdekat. Apalagi kalau bukan untuk mentraktir cecunguk-cecunguk yang sedari tadi merengek membuat telinga mereka serasa terbakar.

Sesampainya di caffe, mereka duduk bersama karena Rafael sudah memesan agar meja bisa muat untuk sembilan orang.

"mau pesen apa?" tanya Rachel hendak berdiri namun di cegah Rafael.

"kenapa?" tanya Rachel bingung.

Rafael menarik pelan tangan Rachel agar duduk kembali lalu dia menoleh ke arah Deni dan Rehan.

"lo berdua cepet pesen makanan!" perintahnya sambil menujuk kedua orang itu.

Sontak saja hal itu membuat orang yang di tunjuk melotot tak terima. Mereka menatap Rafael sengit yang di balas tatapan datar Rafael.

"kenapa kita? Kan tadi Rachel udah mau pesen!?" sengit Deni.

"dia nggak boleh capek. Masih sakit" jawab Rafael kelewat santai.

Rehan mengambil nafas panjang-panjang lalu mengeluarkannya dengan kasar. Tangannya mengelus dada, berharap kekesalannya akan hilang.

"tapi kan yang lain bisa!" seru Rehan.

Rizal yang merasakan tanda-tanda pengalihan tugaspun bertindak.

"udalah. Cuma di suruh pesen aja banyak protes lo! Masih untung di suruh pesen,gimana kalo di suruh bayarin?!" sarkasnya sambil meraupkan tangannya ke wajah Rehan.

Rehan dan Deni menghela nafas pasrah lalu berdiri dengan setengah kesal.

"yaudah. Mau pesen apa?" tanya Rehan.

"udah gue pesenin tadi. Lo tinggal konfirmasi aja" balas Rafael yang membuat wajah keduanya kembali cerah.

Lima belas menit kemudian mereka datang dengan wajah kusut membuat yang lain heran.

"kenapa lo?" tanya Rafael sambil menahan tawa.

"katanya udah mesen! Tapi tadi gue di sangka mau ngerampok karena lo belom mesen! Kita debat dulu!" kesal Rehan sambil duduk.

Deni hanya mendengus lalu ikut duduk di mejanya.sedangkan yang lain tertawa di atas penderitaan mereka.

"ketawa aja sampe sukses!" sindir Deni sambil menatap Rafael dan yang lain.

"udah-udah... Nanti giliran gue yang bayar deh" ujar Rachel menengahi.

Tak lama pesanan datang, mereka mengucapkan terima kasih kepada waiters.

Setelah waiters pergi, mereka mulai menyantap makanan masing-masing. Tak ada yang membuka percakapan.

"aaaggghhhkkkk" suara sendawa Rendi terdengar begitu keras membuat pengunjung yang di samping meja menengok ke arah mereka.

Adit melempar beberapa lalapan ke arah Rendi dengan kesal. Sang pelaku hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"malu-maluin lo!" sengit Aldi, yang lain hanya menatap kesal lalu fokus kembali kepada makannya.

Makanan mereka sudah habis tak tersisa. Mereka bersendawa pelan. Setelah itu Rachel berdiri dari duduknya.

"gue totalan dulu ya. Sa, lo ikut nggak?" tanya Rachel yang di angguki Salsa.

Mereka berjalan menuju kasir setelah Rafael menyerahkan beberapa lembar uang kepada mereka.

Setelah membayar, mereka keluar dari caffe menuju parkiran.

Rafachel (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang