"jaemin. apa yang kau lakukan di sini?" mark bertanya pada jaemin saat berpapasan dengan pemuda na itu di basement gedung tempatnya tinggal.
bukannya menjawab pertanyaan mark. jaemin justru berteriak sambil membawa jari telunjuknya untuk menunjuk donghyuck yang berada di punggung mark.
"tuan muda!" jaemin menjerit heboh. "kenapa anda menggendong kotoran sapi itu?!"
mark menghela napas sementara donghyuck justru menjulurkan lidahnya. "mark ayo jalan! aku haus mau minum jus jeruk!" kata donghyuck menarik rambut mark.
jaemin melongo. mark sama sekali tidak marah dan melangkahkan kakinya menuju lift terdekat. jaemin berusaha menyamakan langkah mereka meski agak sulit.
"hyuuuuung!" jaemin merengek. "kompensasi ya kompensasi, tapi tidak perlu menjadi kacungnya juga kan?!"
mark menghela napas. donghyuck kembali mengejek dengan membuat wajah bodoh. matanya dia buat juling dengan bibir yang dimiring-miringkan. tangan jaemin gatal ingin menjambak rambut donghyuck. namun saat dia sudah hampir meraih rambut yang lebih muda mark menjauhkan diri.
"berhenti bersikap kekanakan jaemin. aku menggendongnya karena dia kesulitan berjalan setelah apa yang kami lakulan semalam."
"yakk!" donghyuck berteriak. malu karena mark membicarakan hal privasi macam itu pada si kotoran ikan makarel.
jaemin mengerang. "tetap saja aku tidak terima dia menjadikanmu kacungnya!"
"lebih baik kau bantu bawakan ini saja. daripada berbicara terus dan mengomentariku."
dengan bibir mencibik ke depan jaemin merampas paperbag dari tangan mark.
"omong-omong, apa yang kau lakulan dengan jeno? apa masalah renjun belum selesai?"
mendengar nama jeno tubuh jaemin langsung menegang. dia mengipasi wajahnya yang terasa panas dengan telapak tangannya.
"haha, iya." jaemin tertawa sumbang, beruntung mark tidak terlalu peduli dan si menyebalkan dalam gendongan tuan mudanya terlihat mengantuk. "dia mengira aku masih berhubungan dengan renjun."
mark mulai memberi atensinya setelah membenarkan posisi kepala donghyuck untuk bersandar di atas pundaknya. "apa kau baik-baik saja?" tanya mark khawatir.
"hah? memangnya kenapa aku harus merasa tidak baik?" tanya jaemin yang kini mengalihkan tatapan. dia tidak sanggup memandang mata yang lebih tua.
"jika bukan karena perjodohan bisnis itu kau masih bisa bersama dengan renjun."
jaemin mengibaskan tangannya.
"hyung bicara apa sih? aku sudah lama move on kok dan kemarin itu jeno hanya... salah paham, ya salah paham."
"suaramu terdengar ketakutan."
jaemin menelan ludahnya dengan kasar.
"aku--aku hanya takut kalau jeno menghajarku karena cemburu buta. untungnya tidak."
"sudut bibirmu sobek." mark menyipitkan matanya. jaemin gelagapan. padahal dia sudah berusaha menutupinya sebisanya.
"ah, hanya pukulan kecil, hyung."
"kau mau aku berbicara dengan jeno?"
jaemin menggeleng ribut. "masalah kami sudah selesai. aku benar-benar tidak apa-apa hyung."
mark menghela napas.
"padahal kupikir jeno tidak menyukai perjodohan ini. aku tak menyangka dia akan menyakitimu hanya karena kau mantan kekasih tunangannya. dia pasti cemburu buta. aku minta maaf atas namanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] half | markhyuck ✔
Fanfictioni don't wanna get just half of you. 💌 markhyuck [au!omegaverse.lowercase.baku]