terkadang jaemin membenci hidupnya.
sebenarnya, meskipun terlahir dari keluarga sederhana. jaemin masih bisa tinggal di tempat yang layak, menempuh pendidikan di sekolah umum dan tak pernah kelaparan karena pekerjaan ayahnya yang hanya seorang pelayan.
ayahnya beta, ibunya juga. maka tak heran kalau dirinya terlahir sebagai beta. status yang amat dibenci jaemin. jaemin harusnya tak menyalahkan kedua orangtuanya yang saling jatuh cinta dan membawanya ke dunia. namun saat dirinya kehilangan cinta pertamanya dan tak bisa melakukan apa-apa untuk mempertahankan apa yang dia miliki... jaemin benar-benar membenci takdir hidupnya.
namanya huang renjun. kata orang-orang siswa pertukaran pelajar dari cina itu sangat sombong. dia juga galak. kesan pertamanya dengan renjun memang tidak ada baik-baiknya sama sekali. renjun memukulnya dengan penggaris kayu sampe patah hanya karena dirinya tak sengaja menyenggol bekal renjun hingga jatuh berserakan di lantai
renjun memang punya kendali diri yang buruk. namun jaemin tidak bisa marah ataupun membenci pemuda huang itu. melihatnya menangis membuat hati jaemin tercubit. dan meski saraf pada tulang punggungnya tertarik dan retak, jaemin justru mendapati dirinya malah bersyukur. karena insiden itu dia bisa tahu sisi lain huang renjun. siapa sangka dibalik sikap apatisnya renjun adalah pribadi yang lembut dan penuh afeksi.
dulu jaemin merasa sangat beruntung mendapatkan renjun sebagai kekasihnya. meski umurnya belum genap tujuh belas, masa remaja jaemin benar-benar indah. sayangnya semua berjalan tidak semulus harapan jaemin.
hari itu tanggal sembilan di bulan juni yang panas, sudah terhitung enam hari jaemin tidak mendapat kabar tentang renjun. dan pemuda manis itu tidak datang ke sekolah. jaemin benar-benar kacau. dan makin kacau saat menemukan renjun yang menangis terisak di dekat lokernya.
"hei, kau kemana saja? dan kenapa menangis?" tanya jaemin yang berjongkok menyamakan posisinya dengan renjun. renjun yang semula duduk sambil memeluk lututnya mengangkat wajah. napasnya tersengal dan jaemin merasakan perasaan itu lagi.
dadanya sakit melihat pemuda huang ini menangis. jaemin menggerakan jarinya untuk menghapus air mata renjun. "katakan padaku apa yang terjadi."
"jaemin... aku hanya menyukaimu. hanya dirimu." kata renjun masih terisak.
"iya aku tahu. aku juga menyukaimu--tidak, aku mencintaimu. sangat mencintaimu." jaemin memeluk renjun, berusaha menenangkan yang lebih tua.
"aku tidak mau berpisah denganmu." dapat jaemin rasakan bahunya basah. dia menepuk-nepuk kepala renjun dan mengusap punggungnya.
"aku tidak akan meninggalkanmu."
"tapi--baba..." renjun tersedak ludahnya sendiri. tangisnya tidak berhenti, intensitasnya justru bertambah. "baba menjodohkanku dengan anak temannya."
gerakan tangan jaemin terhenti. otaknya mendadak beku. jaemin blank. tidak tahu harus merespon seperti apa.
"aku tidak mau dijodohkan jaemin! aku tidak mau!" renjun meremat seragam jaemin. "bawa aku pergi, kumohon."
apa yang kau harapkan dari remaja enam belas tahun yang tak punya apa-apa seperti jaemin? jelas saja tidak ada yang bisa dia lakukan selain menangisi kisah cintanya.
memang siapa orangtuanya bisa menggagalkan pertunangan renjun. meski dia tahu benar dan mengenal siapa sosok yang dijodohkan dengan renjun. jaemin tetap tidak bisa melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] half | markhyuck ✔
Fanfictioni don't wanna get just half of you. 💌 markhyuck [au!omegaverse.lowercase.baku]