Wajah Leia menampakkan kecemasan ketika melihat sekelompok pria dengan masing-masing senjata di tangan mereka. Leia yakin mereka bukanlah prajurit Kerajaan Silvista ataupun dari kerajaan tamu lainnya. Mereka terlihat seperti bandit. Dan bandit yang bersenjata adalah salah satu jenis yang cukup berbahaya jika kau tidak memiliki senjata di tangan.
"Sepertinya kita mendapatkan apa yang kita cari," salah seorang pria yang tampaknya adalah pemimpin kelompok bandit tersebut tersenyum lebar, "Ternyata sangat mudah untuk menjebak sang putri."
Leia seketika itu waspada. Sepertinya mereka memang menargetkan dirinya. Itu artinya, ada seseorang yang menyewa mereka untuk menangkapnya.
"Kuperintahkan kalian untuk mundur," kata Leia, "Atau aku tidak akan segan-segan untuk membunuh kalian."
"Memangnya kau bisa apa, Yang Mulia?" ejek yang lain, "Kau hanya sendirian, sementara kami? Kau kalah jumlah dengan kami."
Mata Leia menatap mereka satu-persatu. Ia baru sadar, para bandit itu tidak hanya membawa senjata, namun sesuatu menutupi sebagian wajah mereka. Tubuh mereka pun dibalut pakaian yang sangat tertutup mulai dari leher hingga ujung kaki. Melihat penampilan mereka membuat Leia mulai takut. Sepertinya kelompok bandit ini tahu bahwa di tubuhnya ada racun yang mematikan.
"Tangkap dia, dan ingat, jangan sampai menyentuhnya secara langsung atau menghirup apapun yang keluar dari tubuhnya!"
Mereka bergerak menghampiri Leia yang mencoba menghindar. Dia berusaha berdiri sambil melemparkan bola-bola api biru yang tercipta di tangannya kearah mereka. Tetapi kakinya yang terkilir membuat hal itu nyaris mustahil. Salah seorang diantara mereka menarik rambut gadis itu hingga terjatuh ke belakang. Dua orang mengunci kedua lengannya dan seorang lagi berusaha mengikatnya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!"
"Terus saja kau berteriak, Yang Mulia. Tempat kita sekarang berada cukup jauh dari perkemahan rombongan kerajaan di dekat sungai. Tidak ada yang bisa mendengar teriakanmu."
Leia mulai panik. Racun di tubuhnya menguar keluar dalam kepulan asap putih, tetapi para bandit itu tidak terpengaruh sama sekali karena baju dan penutup di sebagian wajah mereka. Usaha Leia dengan memberontak semakin sia-sia saat seorang bandit melukai kakinya yang terkilir. Ia memekik tertahan merasakan rasa sakit dari kakinya.
Kedua tangan dan kakinya kini terikat. Salah seorang dari mereka bahkan menamparnya dengan keras sehingga pandangan gadis itu berkunang-kunang dan nyaris pingsan.
Salah seorang dari mereka menggendongnya seperti karung beras dan tersenyum lebar, "Tenang saja, Yang Mulia. Sebelum kau kami serahkan pada orang yang membayar kami, tubuhmu itu akan kami nikmati terlebih dulu."
Leia merinding mendengar ucapan tersebut dan kembali memberontak. Kelompok bandit itu hendak membawa Leia pergi saat tiba-tiba api sudah mengepung mereka dan membuat jalan keluar hilang dalam sekejap mata.
***
Mikail merasakan perasaannya tidak enak. Perasaan itu terbukti benar ketika dia melihat Joanne dan Jean kembali dengan dua ekor harimau putih tetapi tidak dengan Leia bersama mereka.
"Ayah! Ayah!"
Kedua gadis kembar itu segera menghampiri Mikail yang bersandar pada sebuah pohon. Joanne dan Jean memeluk Mikail dan berbicara bersahut-sahutan hingga membuat pemuda itu binugng.
"Satu-persatu, Joanne, Jean," kata Mikail, "Katakan, apa terjadi sesuatu? Di mana ibu kalian?"
"Ibu menghilang!" kata Jean, "Saat kami bermain di seberang sungai, Ibu tiba-tiba menghilang. Kami tidak bisa menemukannya, Ayah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasyLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...