Kana sedang menikmati teh rosemary di taman kesayangannya sambil membaca buku. Rambutnya yang keperakan digelung ke belakang, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih susu. Wanita itu kembali menyeruput tehnya saat seorang peri muncul di sampingnya. Itu peri yang ia tugaskan mengawasi Mikail dan Leia.
"Hamba datang melapor, Lady Kana," ujar Ryenie sambil membungkuk.
"Bicaralah," kata Kana.
"Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu sedang dalam perjalanan pulang," lapor peri itu, "Yang Mulia Ratu nyaris terbunuh di kerajaan itu."
Kana tertegun mendengarnya. Dia memejamkan mata, sudah merasakan bahwa hal itu pasti akan terjadi di Kerajaan Silvista.
Seharusnya dia menghentikan mereka pergi ke sana.
"Lalu, apa ada laporan lain?" tanya Kana.
"Yang Mulia Ratu juga nyaris dibawa para bandit dan hendak diperkosa." Kata Ryenie lagi, "Tetapi Yang Mulia Raja berhasil menyelamatkannya tepat waktu."
Kana mengangguk. Ia tahu Mikail akan selalu melindungi Leia apapun yang terjadi sebagai suaminya. Namun laporan bahwa Leia nyaris dibunuh dan diperkosa sudah cukup membuat Kana merasakan amarahnya naik. Ia lalu berdiri dan berjalan ke dalam kastilnya diikuti Ryenie.
"Kapan mereka akan tiba, Ryenie?" tanya Kana sambil berjalan.
"Sekita dua atau tiga minggu lagi."
"Perintahkan para bangsa peri dan undine untuk membuka gerbang di pelabuhan. Pastikan tidak ada yang bisa masuk selain kapal mereka. Hubungi Tetua Diana dan Jullian untuk menemuiku. Ada yang harus kudiskusikan dengan mereka."
"Baik, Lady Kana," ujar Ryenie, kemudian menghilang bagaikan asap.
Kana terus berjalan menuju lantai dua kastil, berhenti tepat di sebuah pintu dan membukanya. Dia menatap benda-benda di ruangan itu, rak-rak buku yang menghiasi, sebuah meja belajar lengkap dengan sebuah sofa yang dikhususkan untuk bersantai terletak di tengah ruangan, tepat di atas sebuah karpet bulu berwarna cokelat tua.
Seseorang sedang duduk di sana, membaca sebuah buku tebal bersampul kulit hitam. Sosok itu mendongak sebentar, kemudian tersenyum.
"Kukira kau tidak akan ingat bahwa aku ada di sini," kata sosok itu sambil menutup buku yang dibacanya.
"Aku malah berpikir kau tidak akan kemari," balas Kana, "Bukankah kau tahu kalau aku tidak ingin bertemu denganmu?"
Sosok itu tertawa, lalu berdiri. Berjalan menghampiri Kana, sedikit merunduk karena wanita itu sedikit pendek darinya, "Kau tahu, Kana ..., kau tidak bisa lari dariku bahkan walau kau sudah melakukan perjanjian terlarang yang seharusnya tidak kau lakukan."
Kana diam. Dia memalingkan wajah ke arah lain, namun sosok itu menyentuh dagunya dan kembali menolehkan wajah Kana hingga kembali menghadapnya.
"Jadi, katakan padaku, mengapa wajah tunanganku tampak seperi ingin menikam seseorang?"
***
Perjalanan selama tiga minggu kembali menuju Wilayah Terlarang tidak terasa lama bagi Leia. Dia malah lebih antusias kembali beraktivitas di tempat ia diterima dengan tangan terbuka daripada tempat yang membuangnya dan menginginkannya kembali. Baginya itu sama saja dengan menelan ludah yang sudah jatuh ke tanah.
Leia tersenyum lebar melihat gerbang sihir di perbatasan Wilayah Terlarang terbuka perlahan ketika kapal mereka mulai mendekat. Para siren melantunkan lagu yang memungkinkan laut mempercepat kedatangan mereka. Ia melambaikan tangan pada salah satu siren dan memeluk Mikail yang berdiri di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasyLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...