Mikail membawa Leia ke kastil yang ditinggali gadis itu sebelum menikah dengannya, Kastil Carnelia. Kastil itu memiliki lebih dari lima ratus ruangan dan memiliki taman bunga yang tak kalah luas. Dengan dinding luar yang diberi warna putih dan atap berwarna jingga. Anak-anak asuh Mikail dan Leia semuanya tinggal di kastil ini.
Begitu dia sampai di pintu utama kastil, anak-anak asuhnya yang berjumlah lebih dari lima puluh orang langsung menghambur ke arahnya dan melihat Leia yang digendong oleh Mikail.
"Apa yang terjadi pada Ibu?"
"Wajahnya pucat, Ayah, apa yang terjadi?"
"Siapa yang berani menyentuh Ibu dan membuatnya seperti ini?"
"Bolehkah aku menghajar siapapun yang membuat Ibu seperti ini, Ayah?"
Mikail hanya tersenyum tipis. Dia tidak menjawab pertanyaan anak-anak asuhnya tetapi berjalan lurus menaiki tangga menuju lantai tiga, di mana kamar Leia berada. Anak-anak asuhnya mengikuti dan masih tetap bertanya apa yang terjadi. Joanne dan Jean juga ada di antara mereka, tetapi ekspresi mereka lebih tenang, cenderung gelap karena melihat Leia yang tampak kesakitan.
Para pelayan yang berada di sana dengan sigap mengganti gaun Leia dan memanggil dokter. Ketika dokter tiba, Mikail mempersilakan beliau memeriksa kondisi istrinya.
"Racun sihir, api neraka," ujar sang dokter, "Apa Anda meminumkan darah Anda sendiri pada Yang Mulia Ratu?"
"Darahku mampu memperlambat reaksi racun itu." Balas Mikail.
"Itu tindakan tepat, Yang Mulia," dokter itu mengangguk, "Ratu nyaris mengalami pendarahan dalam jika saja telat diberi penawar. Namun, saya harus menyesal dengan mengatakan bahwa saat ini saya belum memiliki penawar yang ampuh untuk racun sihir tersebut."
Mikail diam, "Tetapi Anda bisa mengusahakan untuk membuatnya, 'kan?"
"Tentu, dengan bahan-bahan yang tepat."
"Bagus, kalau begitu aku memerintahkanmu untuk membuat penawarnya. Beri daftar bahan yang harus disiapkan pada jenderalku dan mereka akan mencarinya. Kuberi waktu seminggu untukmu bisa membuat penawarnya. Apa itu cukup?"
"Sangat cukup, Yang Mulia."
"Baiklah," Mikail mengangguk, "Anda boleh pulang. Terima kasih, Dokter."
"Suatu kehormatan bisa melayani Anda, Yang Mulia. Kalau begitu, saya pamit. Seminggu lagi saya akan kembali dengan penawarnya."
Mikail mengangguk. Ia memerintahkan seorang pelayan untuk mengantarkan dokter tua itu keluar sementara dia sendiri duduk di sisi kepala Leia yang masih terpejam matanya. Kening gadis itu berkerut dan ada bulir keringat besar di dahinya.
"... takut," Mikail mendengar Leia mengigau, "Jangan pergi ..., takut."
Pemuda itu meraih tangan kanan Leia dan menggenggamnya. Ia mencium punggung tangan istrinya sambil mengelus surai rambutnya.
"Siapapun yang menyakitimu, maka mereka akan merasakan neraka lebih dekat dari yang mereka kira," kata Mikail, "Tidurlah, Sayang."
***
Kana menghentikan laju kudanya dan melihat kumpulan air terjun yang berada di ujung Wilayah Terlarang, tepatnya di arah selatan. Keempat sisi Wilayah Terlarang terbagi menjadi beberapa desa kecil dengan penduduk dari bangsa siluman ataupun dewa penjaga. Beraneka ragam makhluk mistis yang dianggap orang-orang sebagai makhluk langka memang terkumpul di Wilayah Terlarang, karena hanya di tempat inilah mereka merasa aman dan tidak diburu oleh manusia berhati jahat.
Kana turun dari kudanya, King dan Queen mendarat tepat di sampingnya.
"Di mana Gardos?"
King mendengus ke kanan, "Di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poison Princess [End]》✔
FantasyLacia la Midford adalah seorang putri, namun ia ditakuti dan disegani karena kemampuannya sebagai ahli racun, orang-orang menyebutnya sebagai Putri Racun. Namun, apa kemampuan itu membuatnya disayangi oleh keluarganya? Jawabannya, tidak. Keluarganya...