*Chapter 18*

1K 85 14
                                    

Setelah melihat dan mendengar percakapan di ruangan itu, Leia mengikuti Kana yang dipanggil menuju ruangan lain di mana kedua orangtuanya sudah menunggu. Kana menduduki sebuah sofa di depan kedua orangtuanya dan menunggu mereka berbicara.

"Aku tidak percaya pada pemuda itu," kata ibunya tanpa basa-basi, "Dia kelihatan berbahaya. Aku merasakan dia memiliki rencana tersembunyi dibalik maksud ucapannya."

"Tidak, Marie. Aku rasa kau salah," ujar ayahnya menyela, "Pemuda itu cukup baik untukku."

Kana menatap kedua orangtuanya yang berdebat dan menghela napas. Perdebatan ini akan sangat panjang, mengingat ibunya tidak akan menyerahkannya pada sembarang pria.

Sifat yang sangat ingin ditiru oleh Kana.

"Ayah, Ibu," Kana mendapatkan perhatian mereka, "Aku tidak menyukai pemuda itu. Bisakah kalian membatalkan perjodohan ini?"

"Kau tidak menyukainya?" tanya ayahnya, "Dia seorang pangeran. Ini kesempatan yang bagus untuk memperluas koneksi keluarga kita."

"Aku tidak menyukainya," tegas Kana, "Dia terlihat licik dan aku membencinya."

Marie tersenyum puas pada ucapan Kana dan menatap suaminya, "Sudah diputuskan. Kita akan menolak perjodohan itu."

"Tapi, Marie, Kana ...," Alger menghela napas. Bila ibu dan anak itu sudah pada keputusannya, tidak ada yang akan bisa mengubahnya.

"Tetapi ...," Kana terdiam, "Aku ingin tahu ada apa di dunia luar sana. Hanya menjelajahi tempat yang sudah menjadi tempat bermain sejak kecil rasanya membosankan."

"Jadi, kau mau menerima lamaran pemuda itu?" Marie menyipit menatap putrinya.

"Aku tidak mau menerimanya, tetapi bila dia akan membawaku ke dunia luar, kurasa bukan masalah."

Kana tidak berbohong. Seumur hidupnya, ia tidak pernah keluar dari Wilayah Terlarang. Ia hanya pernah mendengar kisah-kisah tentang tempat-tempat di luar Wilayah Terlarang dari Tron atau teman-temannya yang diperbolehkan keluar untuk ... 'mengacau'.

Well, bukan mengacau, hanya saja kata itu yang paling tepat menggambarkan apa yang dilakukan Tron dan teman-temannya.

"Berarti sudah diputuskan," Alger tersenyum, "Kau akan menerima lamarannya."

"Aku tidak mau menerima lamarannya, Ayah," Kana memutar bola matanya, "Aku hanya ingin pergi ke dunia luar. Aku tidak akan menerima lamarannya."

"Aku akan membawa Marina dan Chloe bersamaku. Mereka berdua sudah cukup untuk menjadi pelayan pribadiku ketika di sana." Ujar Kana lagi.

"Tapi—"

"Alger, sudahlah," sela Marie, "Putri kita perlu mengenal dunia luar. Sudah cukup kita mengurungnya di sini tanpa mengajarinya tentang apa yang ada di luar Wilayah Terlarang."

"Lalu apa yang harus kita katakan pada pemuda itu? Ia menunggu jawaban kita esok pagi." Balas Alger.

"Katakan saja sejujurnya," ujar Marie, "Lebih baik kita jujur daripada masalah menghampiri."

Alger menatap Marie lekat-lekat. Istrinya itu hanya membalas tatapannya dengan senyum simpul.

"Baiklah," pria itu mengangguk, "Marina dan Chloe akan mendampingimu. Jika terjadi sesuatu, kau harus menghubungi kami sesegera mungkin."

Kana tersenyum puas, dia mengangguk anggun mendengar ucapan ayahnya, "Tentu, Ayah."

Leia merasa seperti ditarik lagi, kali ini dia membuka matanya setelah menghadapi rasa pusing yang luar biass. Matanya menangkap pemandangan taman istana di Kerajaan Silvista. Di sana ada Kana dan juga Marina, Nanny-nya. Mereka berdua berdiri di dekat sebuah danau buatan.

Poison Princess [End]》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang