Chapter 20 part A

1K 106 8
                                    

Leia membuka matanya dan merasakan sepasang tangan memeluknya dari belakang. Ia menoleh dan melihat Mikail yang sedang tertidur di belakangnya. Leia membalikkan badannya perlahan agar tidak membangunkan Mikail yang tampak sekali tertidur pulas.

Jarang sekali iblis bisa tidur dengan nyenyak.

"Leia ..."

Kedua mata Mikail membuka dan langsung bertatapan dengan mata Leia. Seulas senyum tersungging di bibir pemuda itu, "Kau tidak pergi."

"Tentu saja aku tidak akan pergi," kata Leia, "Kau terlalu khawatir."

"Aku pantas khawatir," Mikail mengeratkan pelukannya di sekeliling tubuh Leia, "Aku takut kau meninggalkanku."

Leia tersenyum tipis. Dia mengelus kepala Mikail, "Aku tidak akan melakukannya."

"Apa kau sekarang membenciku?"

"Tidak. Setelah kau memperlancar proses membuat bayi kita, bagaimana aku bisa membencimu."

Senyum Mikail makin lebar ketika mendengarnya. Dia kemudian bangun dan membantu Leia mengenakan gaun tidurnya. Ia kemudian mengecup kening Leia, "Kalau begitu, hari ini kau bisa pergi bersamaku ke wilayah timur?"

"Kapal perang Kerajaan Silvista ada di sana?"

Mikail mengangguk, "Tengah malam kemarin salah seorang peri pelayan Kana mengatakan bahwa mereka ingin kau kembali bersama mereka. Yang kutebak, mereka berusaha menjadikanmu tumbal lagi."

"Aku masih tidak mengerti mengapa Ratu Iris menumbalkan putrinya sendiri," kata Leia, "Jika benar bayi yang dikandung Ratu Iris ia tumbalkan, lalu mengapa aku juga ..."

Leia tidak mengerti jalan pikiran Ratu Iris. Entah apa yang direncanakan wanita licik itu, tetapi diam-diam Leia bersyukur bahwa Ratu Iris bukanlah ibu kandungnya. Itu artinya Lucius pun bukan saudara kandungnya. Mereka hanya kebetulan memiliki ciri fisik yang mirip seperti rambut pirang dan mata biru.

"Leia," Mikail menarik perhatian Leia dengan menyentuh surainya, "Kau mau ikut, 'kan?"

"Iya," Leia mengangguk, "Aku mau ikut."

***

Kana mengembuskan napas dan menatap simbol di lengan bagian dalam kanannya. Warna merah pada bunga mawar yang dibawa burung raven itu hanya tersisa satu kelopak. Ia menggigit bibir bawahnya, itu artinya hanya satu rahasia lagi yang masih ia simpan rapat-rapat.

Ini juga berarti Leia sudah tahu bahwa ia adalah ibu kandung gadis itu.

"Kana,"

Kana menoleh dan melihat jenderal perangnya, Jenderal Saldera memasuki tenda. Pria salamander itu membungkuk hormat sebelum memasang sikap tegak seorang prajurit.

"Apa ada perkembangan dari dua kapal perang musuh?"

"Mereka benar-benar ingin mengajak kita berperang," ujar Jenderal Saldera, "Sudah ada pasukan yang menangkap mata-mata mereka berusaha masuk ke Wilayah Terlarang."

"Mereka benar-benar mencari mati," Kana mengungkapkan persetujuannya, "Kalau begitu, bila mereka kembali menyerang, tidak perlu ragu untuk membalas. Jika yang tersisa di antara mereka kurang dari dua puluh orang, biarkan mereka mundur dan memberikan peringatan pada kerajaan itu."

"Baik, Nona Kana," kata Jenderal Saldera, "Dan ada satu hal lagi."

"Apa itu?"

"Yang Mulia Raja Mikail dan Yang Mulia Ratu Leia sudah berada di perkemahan ini."

Kana terdiam mendengarnya, "Izinkan mereka masuk."

Jenderal Saldera mengangguk, kemudian membukakan pintu tenda untuk dua orang yang menunggu di luar.

Poison Princess [End]》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang